Hari ini seperti biasa, gue berangkat sama abang gue ke sekolah. Dan seperti biasa juga, abang gue udah ditunggu sama kedua temannya dan___
Perempuan yang semalam bersama kak Macri.
Abang gue terlihat marah, tapi gue menggandeng tangan abang gue, supaya abang gue gak melampiaskan kemarahannya. Apalagi ini area sekolah.
Tapi gue bingung kenapa perempuan itu disini. Seragamnya juga sama. Apa dia baru pindah? Soalnya gue belum pernah liat dia sebelumnya disini.
Entahlah.
“Gue mau bicara sama lho, berdua” tatap abang gue datar penuh penekanan dikata berdua.
Kak Macri yang sepertinya mengerti mengangguk dan mengikuti abang gue yang udah berjalan duluan.
Gue berharap abang gue bisa bicara baik-baik sama kak Macri.
Gue yang tidak terlalu nyaman karena hanya ada kak Nico sama cewek itu, akhirnya gue pamit dengan agak segan. Apalagi gue langsung pergi tanpa berkenalan dengan cewek itu, keliatan sombong banget gue.
Gue masuk ke kelas dan hanya ada Febry dengan beberapa siswa lainnya yang ada di dalam.
“Morning baby” sapa Febry riang, mungkin suasana hatinya lagi baik.
“Ceria amat lho. Tumben banget”
“Iyalah, karena hari ini anniversary gue sama Bara yang kedua tahun!”
“Wih... udah dua tahun aja lho berdua. Selamat yah, semoga lho gak selalu tersakiti” ucap gue menjulurkan tangan untuk berjabat.
“Anjink lho, bdw makasih yah. Andai aja Angel masuk hari ini, pasti lebih seru” cemberut Febry
“Emang angel kemana?"
“Entahlah, katanya suruh izinin dia tadi”
“Kok dia gak ngasih tau gue?”
“Mmm. Pakai perantara aja katanya. Tapi yang gue liat, dia keliatan murung banget. Besok kita tanya aja. Oke?”
“Mmm. Mau bagaimana lagi?”
Ada apa yah dengan Angel, gak biasanya dia main rahasia kek gini. Apa masalahnya sebesar itu? Tapi harusnya dia bisa kasih tau kami, mana tau kami bisa bantu kan? Lagian walaupun gak bisa bantu, kami kan bisa kasih saran. Walaupun gak bantu-bantu amat, tapi setidaknya beban di hati dan pikiran berkurang. Karena gue selalu merasa lega kalau sudah menceritakan semua unek-unek dalam hati.
Bel sudah berbunyi. Dan seperti biasa, kelas adalah tempat konser sebelum guru masuk.
Tania mengambil sapu, meletakkannya didepannya, memperagakan sapu itu adalah mikrofon.
“Tes... tes satu dua. Baiklah teman-teman, berhubung hari ini guru gak masuk, karena sudah saya konfirmasi bersama bapak ketua kelas yaitu bapak Ahmad ke ruang guru. Jadi kepada teman-teman yang lain, mohon memberikan waktunya sebentar untuk mendengar sepatah dua kata dari bapak ahmad, selaku ketua kelas.”
Tania memberikan sapu dengan menundukkan kepala, seakan ahmad adalah pejabat tinggi. Ahmad menerima sapu dengan senyuman berwibawa.
“Baik. Pertama-tama, marilah kita mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan karunia-Nya lah kita dapat berkumpul disini. Terima kasih kepada ibu Tania selaku sekretaris yang sudah memberikan saya waktu dan tempat untuk mengucapkan sepatah dua kata kepada teman-teman yang ada disini. Teruntuk teman-teman sekalian, seperti yang sudah ibu Tania bicarakan tadi bahwa ibu Siti berhalangan masuk, teruntuk ibu Ria silahkan mengambil tempat untuk menjadi biduan kelas!”
Gue berdiri dengan anggun dan melenggokkan pantat dengan tangan yang melambai seakan model terkenal yang berjalan ke panggung kebanggaan untuk bernyanyi. Gue berdiri di samping Ahmad dengan senyuman ala-ala anggun bak princess yang menduduki tahta.
“Berhubung biduan kita sudah di depan. Kita sambut lagi bapak Adi selaku drummer kita dan Toni bapak gitaris kita dengan 4 wanita cantik yaitu Febry, Riana, Tanu dan Imel sebagai penari terhebat kita. Mari kita sambut dengan meriah”
“Huh....” Teriak heboh satu kelas dengan berjalannya para penari dan Toni ke depan dengan adi yang yang pindah tempat duduk ke depan dan memukul meja brutal menyambut mereka.
Seperti biasa, Radiman adalah satpam kelas atau kerap dibilang pengintip jendela memastikan guru yang akan datang.
Gue menerima sapu dan berdehem singkat untuk menghilangkan lendir indah di tenggorokan.
Toni mengambil sapu lainnya untuk dijadikan ala gitar.
Gue mulai bernyanyi diiringi musik ketukan meja dan para penari yang menari gemulai di depan dengan Toni di samping gue menggerakkan tangannya bak pemain gitar professional.
“Aku...”
“Aku cinta padamu...” sambung seisi kelas.
“Tu a ga pat.
Meski ku bukan yang pertama...
Di Hatimu tapi...
Cintaku terbaik untukmu...
Meski ku bukan bintang di langit...
Tapi cintaku yang terbaik...” semua serempak bernyanyi dengan lambaian tangan bak saat ini adalah konser besar-besaran.
“WOi.... BOI GIRL” Teriak Radiman.
Kami menatap Radiman bersamaan seakan menanyakan ada apa.
“Kepsek datang” teriaknya kembali ke tempat duduk.
Begitu juga kami semua berlari bagaikan dikejar singa dan mencampakkan sapu ke sudut dan Ahmad membuka kunci pintu yang sudah dikunci tadi setelah mereka masuk dengan kekuatan super dan dengan cepat dia duduk di kursinya paling depan.
Kepala sekolah mulai menampakkan diri di pintu yang terbuka lebar dengan tatapan tajam.
“Pagi pak” sapa kami dengan suara menggelegar
“Mmm. Pagi”
Kepala sekolah duduk di meja guru dan memperhatikan kami dengan seksama dan tak lama kemudian menghela nafas panjang.
“Dasar kalian ini, kalau gak ada guru aja ributnya minta ampun. Dikira ini cafe tempat konser apa? Guru sebelah kanan dan sebelah kiri sampai datang loh ke bapak karena kalian. Tempat kalian ini strategis, jadi jangan membuat keributan. Karena yang lain sedang belajar. Terganggu loh mereka karena ulah kalian”
Pak Kepsek beranjak dari kursi dan berjalan ke sela-sela pemisah meja dengan meja sebelah. Mengelilingi semua siwa-siswi yang sudah dengan rapi membuka buku.
Oh ya. Pak kepsek ini kayak punya dendam sama orang pendek. Seperti sekarang, ia memukul dan menampar jidat Toni lumayan keras, karena Toni itu pendek tingginya hanya seratus empat puluh Sembilan.
Kami semua hanya tertawa termasuk juga Toni, karena dia sudah biasa diperlakukan seperti itu. Dan bukan hanya itu, ada tiga teman cowok kelas kami juga bernasib sama.
Pokoknya kepala sekolah terus saja menindas cowok pendek. Tapi walaupun seperti itu, mereka yang ditindas dan yang bandel banget malah bestian sama kepala sekolah alias akrab.
Mereka gak sakit hati sama sekali karena memang kepala sekolah kami ini kang lawak. Pintar semua pelajaran pula kecuali fisika kimia yah.
Sangking kompaknya siswa bandel dan yang sering ditindas tadi sama kepala sekolah, mereka bahkan saling bercengkrama di kantin. Dan mereka selalu main catur secara bergantian melawan kepala sekolah. Kadang siswa yang menang kadang kepala sekolah yang menang.
Dan siswa yang lain saling memberikan dukungan. Ada yang mendukung siswa dan ada juga yang mendukung kepala sekolah. Ada juga yang ikut bermain dengan guru lain disebelahnya.
Kalau kepala sekolah yang menang, pasti mendapat pujian dari siswa yang mendukung tadi dan digantikan yang lain. Kalau siswa yang menang pasti___
“Tadi bapak sengaja karena kasihan, dari tadi gak ada yang menang lawan bapak. Makanya bapak kasih kesempatan menang. Kalau kita ulang pasti bapak yang menang” elak kepala sekolah yang mendapat tawa dari sebagian siswa dan sebagian lagi mengakui yang dikatakan kepala sekolah dan memberikan pujian dan semangat walaupun sebenarnya mereka tau kalau kepala sekolah hanya membual saja.
Kalau kepala sekolah menang, maka dengan bangga ia akan mengatakan “Kan apa saya bilang tadi, bapak hanya ngasih kesempatan aja sama kamu. Biar gak sedih kali perasaanmu”
Semua hanya mengangguk ria supaya kepala sekolah senang. Dan kalau kepala sekolah kalah lagi, maka___
“Tadi hanya kesalahan teknis, bapak lagi kurang fokus aja. Ulang lagi!”
Dan selalu seperti itu. Dasar kepala sekolah kami. Eits bukan Cuma kepala sekolah, tapi guru yang lain juga seperti itu. Dan abang gue and the geng juga ikut berpartisipasi.
Hahaha random kali memang sekolah ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments