Teman-teman baca sampai selesai, ya. Terus kasih like dan komentar. Semoga hari ini kalian bahagia.
BAB 16
Hari ini Annisa main ke rumah Kakek Yusuf. Dia ingin belajar membuat donat. Ning satu ini sedang keranjingan membuat makanan. Tentunya dia akan memberikan secara diam-diam kepada salah seorang pengajar untuk santri laki-laki. Siapa lagi kalau bukan Ustadz Azka. Laki-laki yang berusia 23 tahun itu sudah mencuri perhatian Annisa sejak masih menjadi santri didikan Abah-nya.
"Lia, ini takarannya sudah benar segini, 'kan?" tanya Annisa sambil memperhatikan angka di timbangan digital.
"Iya, sudah pas. Tinggal campurkan ke dalam tepung terigu. Terus masukan telur, baru kamu mixer sampai mengembang," jawab Aruna yang berdiri di sampingnya. Dia sendiri membuat getuk lindri yang berbahan singkong.
Kemarin Aulia membuat sedikit getuk lindri karena ada sisa singkong untuk membuat keripik. Biasanya yang berukuran kecil, tidak terpakai. Maka, Aulia sering membuat olahan makanan dari singkong yang tidak terpakai. Kakek Yusuf dan Nenek Halimah sangat menyukainya.
Annisa pun mendiamkan dulu adonan donatnya biar mengembang, sebelum di cetak dan di goreng. Sambil menunggu, dia membantu Aulia yang sedang menimbang keripik-keripik untuk dititipkan ke toko dan warung.
"Sekarang orderan jualan keripik sudah banyak bahkan sering kekurangan. Apa tidak terpikirkan oleh kamu untuk mencari tambahan tenaga?" tanya Annisa sambil menimbang keripik dan memasukan ke mulut jika ada lebihnya.
"Aku juga disuruh oleh Kakek Yusuf untuk mencari orang yang bisa membantu aku. Hanya saja, aku masih belum menemukan orang yang kira-kira bisa diajak kerja sama bersama aku," jawab Aulia sambil merapatkan plastik keripik itu pakai steples.
"Hm, aku punya kenalan. Dia anak yatim, hanya saja jangan disuruh dia untuk berpikir. Bisa kejang-kejang dia nanti," ujar Annisa.
"Kenapa?"
"Dia itu korban kekerasan bapak tirinya. Ibunya menikah lagi setelah bapak kandungnya meninggal. Ya, kayak sampai stress gitu. Sekolah saja tamatan SD, itu juga karena guru dan kepala sekolah kasihan sama dia. Tapi, dia orangnya jujur dan pekerja keras," jelas Annisa.
Aulia sampai berkaca-kaca mendengar cerita tentang anak itu. Dia merasa beruntung bapaknya dulu tidak menikah lagi setelah ibunya meninggal. Dia juga dulu sering berpikir kalau ibu tiri itu jahat. Makanya, dia tidak mau punya ibu tiri.
"Siapa nama orang itu?" tanya Aulia.
"Namanya Mutiara, sering dipanggil Ara," jawab Annisa.
"Kalau gitu, aku ingin bertemu dengannya. Apa dia bisa diajak kerja sama dengan aku atau enggak?" Aulia berharap mereka bisa bekerja sama.
Makanan yang dibuat oleh mereka berdua pun sudah berhasil. Annisa dengan donat kentang jumbo sedangkan Aulia dengan getuk lindri yang warna-warni.
"Ini titip untuk Kiai Akbar dan Nyai Khadijah. Terus ini untuk—"
"Mas Fathir. Aku tidak perlu dikasih lagi. Sudah kenyang barusan," kata Annisa sambil menyeringai. Sementara Aulia, tersipu malu.
"Aku juga mau tinggalkan sebagian buat Ustadz Yusuf dan Ustadzah Halimah. Bilang ini donat buatan aku seratus persen," ujar Annisa sambil menaikan turunkan alisnya.
"Iya-iya, akan aku bilang begitu sama Kakek dan Nenek," balas Aulia dengan menahan senyum.
"Sampaikan salam untuk Ustadz Azka," kata Aulia ingin menggoda sahabatnya itu.
"Kok ke Ustadz Azka. Ke Mas Fathir, dong! Akan aku sampaikan salam hangat dari Aulia Nur Assyifa," balas Annisa.
"Kok, ke Gus Fathir? Nanti malah jadi gosip dikalangan pesantren," ujar Aulia dengan muka yang memerah.
"Ya, nggak apa-apa. Siapa tahu gara-gara gosip itu, kalian langsung dinikahkan," kata Annisa sambil tertawa dan membuat Aulia menutup wajahnya karena merasa malu sekali.
***
"Mas Fathir, nih ada bingkisan cinta dari orang spesial." Annisa menyerahkan satu kotak misting makanan.
"Terima kasih, Dek Annisa," balas Fathir. Dia tahu kalau itu adalah pemberian dari Aulia. Hatinya bersorak senang.
"Seneng, ya! Seneng 'kan?" Annisa mengoda kakaknya.
"Seneng lah, masa enggak." Fathir mencubit kedua pipi adiknya dengan gemas. Senyum mengembang pun terus tercipta di wajah teduh dan bercahaya milik Fathir.
"Ahk, sakit. Aku mau jalan-jalan dulu ke depan," ucap Annisa sambil menarik tangan kakaknya.
"Awas, loh. Kalau sampai ketahuan berduaan dengan Ustadz Azka. Bakalan dikasih hukuman," ujar Fathir.
"Kakak sendiri juga sama. Berdalih bersilaturahmi pada Ustadz Yusuf. Padahal ingin melihat Lia. Sayangnya, Lia nggak dikasih izin berduaan dengan Mas Fathir." Annisa balas mengejek kakaknya.
"Siapa bilang? Jangan asal nuduh, ya." Muka Fathir kini merona karena malu.
Benar Fathir belakangan ini sering main atau bersilaturahmi ke rumah Kakek Yusuf. Sebenarnya dia ingin melihat Aulia, meski sekilas. Mendengar satu kata dari mulutnya Aulia saja sudah sangat senang.
Fathir memakan getuk lindri buatan Aulia dengan hati yang bahagia. Mungkin, jika dilihat dari kamera drama Korea akan terlihat bunga-bunga di sekitar wajah Fathir. Ini untuk pertama kalinya dia mengenal perasaan seperti ini. Sampai-sampai dulu dia meruqyah mandiri, takut terkena gangguan jin. Wajah Aulia seakan terlihat di pelupuk matanya. Atau matanya selalu saja bisa melihat Aulia meski sedang berada di kerumunan orang-orang. Entah kenapa dia bisa mengenali sosok perempuan itu, meski dia memakai cadar.
Annisa pernah bilang padanya, kalau itu adalah kekuatan cinta. Bisa menemukan orang itu di mana pun dia berada. Meski sedang berada di lautan manusia.
"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mentakdirkan dan bukanlah aku yang mentakdirkan. Dan (Engkau) Maha Mengetahui apa yang tidak kuketahui. Engkau Maha Mengetahui hal-hal yang gaib. Maka, jika Engkau melihat kebaikan antara diriku dengan Aulia untuk agama, ibadah, dan akhiratku. Maka, takdirkanlah aku bersamanya." Fathir berdoa dengan bersungguh-sungguh penuh harap.
***
Keesokan harinya, Annisa datang ke rumah Kakek Yusuf bersama Mutiara. Dia akan mengenalkannya kepada Aulia, sesuai janjinya.
"Lia, ini Tiara yang aku ceritakan kemarin. Katanya jika kamu membutuhkan tenaganya, dia siap bekerja di sini," kata Annisa.
"Terima kasih, Ning. Sudah mengajak Tiara ke sini," kata Aulia sambil tersenyum.
Perempuan bernama Tiara itu badannya sangat kurus. Terlihat ada bekas luka di pelipis sebelah kanannya. Di tangannya juga ada bekas luka memanjang. Kulitnya berwarna sawo matang dan matanya sayu. Siapapun yang melihatnya pasti akan merasa kasihan padanya.
Hati Aulia bergetar, matanya juga berkaca-kaca. Dia merasa iba kepada gadis yang sejak tadi masih diam.
"Kenalkan nama aku, Aulia," kata Aulia sambil mengulurkan tangannya.
"Ti-Tiara," balas gadis itu tergagap dan suaranya aneh. Serak dan mencicit.
***
Siapakah Aulia sebenarnya? Kenapa dia bisa jadi seperti itu? Tunggu kelanjutannya, ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Mut Mainah
ya iyalah pasti tak tunggu 😉
2022-11-08
3
🌷💚SITI.R💚🌷
lanjuuut
2022-09-03
1
Susilawati Rela
apa maksud pertanyaan siapa Aulia? apa maksud othor siapa Ara? yah kalo itu sih hanya Allah dan othor yg tahu....🤔
getur lindri mah NU diperecetkeun ya bukan yg di emple emple...🤭
2022-07-30
8