Teman-teman baca sampai selesai, ya. Terus kasih like dan komentar. Semoga hari kalian menyenangkan.
***
Bab 15
Mendengar ada orang yang mengucapkan salam. Maka, Kakek Yusuf pun membukakan pintu. Terlihat ada laki-laki paruh baya, orang yang selalu mendampingi Kiai Akbar jika pergi keluar pesantren. Pria itu bernama Abdullah.
"Wa'alaikumsalam. Ada apa Ustadz Abdul? Tumben mau Maghrib datang bertamu," tanya Kakek Yusuf.
"Ustadz Yusuf, saya ke sini mau menyampaikan pesan Nyai Khadijah kepada Ustadzah Halimah," jawab laki-laki yang berusia sekitar 40 tahun-an.
"Apa pesannya?" tanya Kakek Yusuf.
"Nyai Khadijah meminta Ustadzah Halimah untuk membantu dirinya, untuk memuroja'ah beberapa santri perempuan. Karena Ustadzah Siti dan Ustadzah Aminah sedang sakit flu," jawab Abdullah.
"Kalau begitu kita semua harus sholat Magrib berjamaah di Masjid Al-Ikhlas. Kasihan para santri, jika nanti harus menunggu lama," ucap Kakek Yusuf.
"Saya, ke sini membawa mobil. Katanya sekalian saja mengajak mereka biar cepat sampai," ujar Abdullah.
Sekarang Nenek Halimah dan Aulia berada di dalam mobil yang dikemudikan oleh Abdullah. Mereka bertiga terdiam tidak ada yang bersuara. Namun, sesekali Abdullah melirik Aulia. Dia seperti memikirkan sesuatu.
***
Setelah selesai sholat berjamaah. Nenek Halimah mendengarkan setoran hafalan beberapa santri perempuan. Biasanya mereka setor hafalan setelah sholat Subuh atau setelah sholat Magrib. Tempatnya di pendopo khusus lingkungan asrama santri perempuan.
Sementara itu, Aulia berada di ndalem bersama Annisa. Tadi saat mereka selesai berjamaah, gadis itu langsung menarik Aulia agar ikut dengannya. Kini kedua gadis itu sedang berada di dalam dapur. Annisa meminta Aulia untuk membantu dirinya membuatkan bolu ubi ungu. Seperti yang dulu pernah dikirim oleh Aulia untuk keluarganya.
Tentu dengan senang hati Aulia membantu temannya itu membuat bolu kesukaannya. Annisa pun mengikuti arahan dari Aulia. Tangannya dengan kaku mengerjakan itu semua. Meski hasilnya tidak sesuai dengan ekspektasi dirinya.
"Tidak apa-apa, Ning. Ini kan baru pertama kali membuatnya. Jika sering belajar, insha Allah hasilnya akan mengembang. Tapi, ini rasanya sudah enak. Coba!" Aulia menyuapi Annisa sepotong bolu ubi itu.
"Enak! Hanya saja, kenapa mengembang sebelah?" Annisa gemas sendiri.
"Hei, yang bagian mengembang saja kirim ke Ustadz Azka," bisik Aulia menggoda Annisa. Sehingga, pipi gadis itu merona.
"Apaan sih, kamu." Annisa mendorong pelan bahu Aulia karena dia merasa malu.
Kedua gadis itu tertawa. Lalu Aulia pun memotong bagian bolu yang mengembang dan memotong-motongnya. Annisa pun memasukan beberapa potong bolu itu ke dalam misting kecil.
"Tuh, lihat! Cuma segini yang gagalnya. Kita makan saja bagian yang ini. Biar orang lain makan yang bagian bagusnya," ucap Aulia sambil mengedipkan sebelah matanya. Annisa pun setuju.
***
Ternyata setelah berjamaah sholat Isya. Orang yang mengantarkan pulang Nenek Halimah dan Aulia adalah Fathir. Bahkan Aulia di suruh duduk di depan dan membiarkan Nenek Halimah tidur di jok belakang karena kelelahan.
Fathir menjalankan mobilnya dengan sangat lambat. Bahkan jika Aulia lari pun, sepertinya akan cepat sampai duluan.
Diam-diam kedua orang itu mendoakan kebaikan untuk orang yang duduk di sampingnya. Jantung keduanya pun sama-sama berdebar kencang. Keduanya juga sama-sama menahan diri untuk tidak menatap orang yang selalu mencuri perhatian bagi diri mereka.
Begitu sampai di halaman rumah Kakek Yusuf. Ternyata lelaki tua itu sudah berada di rumah. Sepertinya baru sampai juga karena belum berganti baju.
Aulia pun membangunkan Nenek Halimah. Dia terpaksa melakukan itu karena dirinya maupun Kakek Yusuf tidak akan sanggup menggendong tubuh Nenek Halimah yang berisi. Terlihat biasa saja, tetapi memiliki berat badan yang cukup berat.
"Padahal, aku sanggup menggendong Ustadzah Halimah," ucap Fathir pada Aulia.
"Nanti Kakek cemburu. Kita harus menjaga perasaan orang tua," balas Aulia dan malah membuat Fathir tertawa.
***
Aulia membaca beberapa surat pendek, sholawat, berdzikir, dan berdoa sebelum dia tidur. Tadi dia sempat mendapat pelajaran tentang berhias diri seorang muslimah dari Kakek Yusuf. Gara-gara tadi dia mendengar pembicaraan beberapa santri yang kena razia kosmetik. Katanya ada beberapa benda yang disita. Rasa penasaran membuat Aulia menanyakan hal ini.
"Kek, kenapa mereka tidak membolehkan para santri itu berhias pada wajahnya?" tanya Aulia.
"Seorang muslimah diperbolehkan berhias atau mempercantik dirinya, hanya untuk suaminya. Bukan untuk orang lain," jawab Kakek Yusuf dengan wajah teduhnya.
"Tapi, Kek. Jika perempuan tidak mempercantik dirinya nanti suaminya juga akan malu dibicarakan sama orang lain karena istrinya tidak bisa berhias diri atau tidak bisa menjaga penampilannya?" tanya Aulia penasaran.
"Saat keluar dari rumah, seorang perempuan itu harus bersama mahramnya. Tidak boleh pergi sendirian, kecuali saat mendesak dan itu pun sudah mendapat izin. Penampilannya juga tidak boleh berlebihan yang penting, bersih dan rapi. Tidak perlu memoles kosmetik yang warnanya mencolok. Baju juga yang penting menutup aurat dan tidak ketat. Baju yang bersih dan rapi. Juga tidak boleh memakai parfum. Pakai parfum saat di kamar saja, ketika berduaan dengan suami," jelas Kakek Yusuf sambil menatap Aulia dengan sayang.
"Aulia mengerti sekarang kenapa seorang perempuan tidak boleh pergi jauh seorang diri. Dulu bapak sering bilang kalau Aulia tidak boleh pergi jalan-jalan ke luar kota tanpa bapak. Selain itu agar tidak terjadi fitnah seperti yang dialami oleh Aulia, ya?" ucap Aulia tersenyum tipis.
"Ya. Perempuan itu sangat berharga. Dalam agama Islam dijelaskan betapa mulianya seorang wanita dan bagaimana cara memuliakan seorang perempuan. Hanya saja, justru banyak perempuan yang malah membuang kehormatan dirinya." Kakek Yusuf tidak bermaksud memojokkan Aulia atau mengintimidasinya.
"Benar, Aulia juga salah satunya. Alhamdulillah, Allah masih sayang pada Aulia. Sehingga diberikan kesempatan untuk bertaubat," kata Aulia masih dengan senyumannya.
"Kakek harap kamu termasuk golongan wanita yang dimuliakan di dunia maupun di akhirat. Yakinlah, kalau Allah itu Maha Pengampun."
Mereka berdua pun melanjutkan pembahasan tentang tabarruj (menampakan diri yaitu bersolek atau berhias mempercantik diri yang dilakukan oleh para wanita. Mereka memamerkan kecantikannya atau keelokan tubuhnya. Sehingga menimbulkan daya tarik lawan jenis dan menjadi fitnah bagi keduanya). Sampai batasan mana yang cara perempuan berhias akan dirinya.
Ilmu yang sangat bermanfaat untuk dirinya. Di mana seorang muslimah dilarang dalam berhias secara berlebihan. Hanya suaminya yang boleh menikmati kecantikan dirinya. Dalam berpakaian pun dilarang berlebihan, karena sesuatu yang berlebihan tidak disukai oleh Allah. Aulia juga ingin kuku-kukunya memakai hinna(pacar kuku/pewarna kuku yang halal. Biasanya terbuat dari daun pacar) yang di sunahkan untuk perempuan. Dia juga ingin memakai celak karena itu bisa menajamkan penglihatan. Dulu Aulia juga termasuk gadis yang suka memakai parfum yang sangat wangi karena kekasihnya suka jika mencium wangi tubuhnya. Kini, dia merasa malu karena seharusnya itu untuk suaminya kelak.
Meski hanya satu jam saja belajar atau lebih tepatnya berbincang dengan Kakek Yusuf. Bagi Aulia itu seakan sudah membaca satu buku. Untuknya tidak boleh menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga ini.
***
Sementara itu, Fathir tidak bisa tidur. Dia berguling ke kanan dan ke kiri. Pikirannya masih tertuju kepada Aulia. Entah sejak kapan dia menyukai perempuan itu. Saat pertama kali melihat Aulia. Dia merasa iba dengan kisah hidupnya. Namun, kini dia merasakan getaran cinta dalam dirinya.
"Ya Allah, apakah aku beneran jatuh cinta padanya? Jika dia jodoh yang Engkau takdirkan untuk aku. Maka, aku mohon permudahkan lah."
***
Apakah Fathir akan mengakui perasaannya pada Aulia? Tunggu kelanjutannya ya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Nimas Bin Udin
lanjuut banyak pelajaran yg dapet d petik dari novel ini 🙏🙏🙏
2024-12-25
1
Anonymous
Assalamualaikum warahmatulahiwabarohkatu thor,mampir ya author cerita nya bagus banyak pembelajaran dan ini mengingatkan banyak orang termasuk saya.
2022-12-09
3
lencan
setelah membaca paragraf ini. Aku jadi teringat akan diriku. Dulunya pernah seperti ini😊
2022-10-21
1