"Kandungan Nona sudah memasuki tiga bulan, Selamat. Karena ini adalah kehamilan trimester pertama, jaga kandungannya baik-baik, ya." Dokter kandungan itu menjelaskan lewat layar saat Aulia melakukan pemeriksaan lewat USG.
Tubuh Aulia bergetar, bukan rasa bahagia yang dia rasakan saat ini. Justru dia merasakan ketakutan. Bagaimana reaksi yang akan diberikan oleh Papa dan Mamanya Rangga? Bagaimana dengan Bapaknya yang selalu mengingatkan dia agar jangan sampai terlibat dengan perbuatan pergaulan bebas.
Aulia kini merasa pikirannya kacau. Meski dia sudah mempersiapkan diri untuk kenyataan ini, tetap saja berbeda pada waktunya saat melihat ada gumpalan kecil di dalam perutnya.
"Terima kasih dokter. Kami akan menjaga buah cinta ini dengan baik," balas Rangga.
Saat dalam perjalanan pulang, baik Aulia maupun Rangga sama-sama diam. Keduanya sedang berpikir, bagaimana dengan masa depan mereka? Baik Aulia maupun Rangga belum siap untuk punya anak.
***
"Kak Rangga, sekarang kita harus bagaimana?" tanya Aulia dengan air mata yang berlinang.
"Apa sebaiknya kamu pergi dari kota ini? Kebetulan akan masuk kuliah, kan. Aku akan selalu mengunjungi kamu di sana, nanti." Rangga memegang tangan kekasihnya.
"Jadi, aku menyembunyikan kehamilan ini dengan pergi ke luar kota?" tanya Aulia dengan sangsi.
"Iya, bilang saja kita ini suami istri pada orang-orang di sana. Mereka tidak akan tahu siapa kita yang sebenarnya," jawab Rangga.
Aulia menatap Rangga dan memikirkan idenya barusan. Dia tidak menyangka akan seperti ini jawabannya. Saat dia minta Rangga untuk pertanggungjawaban atas kehamilannya.
Keduanya pun sepakat dengan ide itu. Padahal Aulia sudah keterima di universitas negeri favorit, kini mendaftarkan diri di universitas swasta di kota lain. Dia rela melakukan hal ini demi rasa cintanya pada Rangga dan demi bayi yang ada di dalam kandungannya.
***
Sudah tiga hari berlalu saat Aulia dinyatakan hamil oleh dokter. Dia masih suka muntah-muntah saat pagi-pagi. Hal ini membuat Yusril khawatir.
"Nak, kamu kita ke dokter, ya! Bapak perhatikan sudah beberapa hari terakhir ini kamu muntah-muntah terus," ajak Yusril sambil berdiri di depan pintu kamar mandi.
Betapa terkejutnya Aulia saat melihat ada bapaknya di sana. Wajahnya yang sudah pucat kini semakin pasi saja.
"Lia mungkin masuk angin saja, Pak. Minum wedang jahe juga kayaknya akan cepat sembuh," ucap Aulia sambil tersenyum tipis.
***
Yusril pun membuang sampah ke bak sampah yang ada di sebrang jalan rumahnya. Dia membuang dua kantong plastik sampah berukuran sedang. Saat dia meletakan sampah itu ada test pack yang menyembul dari kantong keresek yang tadi dia bawa. Tangannya terulur dengan gemetar mengambil benda panjang pipih berwarna biru itu.
"Kenapa ada benda seperti ini di kantong sampah rumahku?" gumam Yusril.
DEG!
Tiba-tiba tubuhnya lemas, dia teringat akan putrinya yang sering muntah-muntah saat pagi hari. Lalu dia pun bergegas pulang ke rumahnya dan mencari Aulia.
"Lia! Lia!" teriak Yusril sambil berjalan ke arah kamar putrinya.
"Ada apa, Pak?" sahut Aulia sambil berjalan menghampiri bapaknya.
"Ini milik siapa? Kenapa ada di kantong keresek sampah dari rumah kita?" tanya Yusril dengan menatap tajam ke arah putrinya.
Aulia terbelalak matanya, jantungnya bergemuruh dan keringat dingin membanjiri tubuhnya. Wajahnya kembali pucat dan matanya berkaca-kaca. Lidahnya terasa kelu dan dia kesulitan untuk berbicara.
"Apa ini milik kamu?" tanya Yusril dengan mendesis.
Aulia hanya diam dan air matanya jatuh membasahi pipinya. Dia tidak bisa menyangkal lagi. Air matanya memberikan jawaban atas pertanyaan bapaknya.
"Sama siapa kamu melakukannya?" tanya Yusril dengan nada tinggi karena dia mulai naik pitam.
"Katakan Aulia!" Yusril sangat murka apalagi putrinya hanya diam saja dan malah menangis.
"Katakan siapa ayah dari bayi itu?" Yusril mencengkram kedua lengan Aulia.
Aulia nangis tergugu sambil menundukkan kepalanya. Dia tidak bisa bicara atau cuma menyebutkan nama laki-laki yang memberikan benihnya dan menanamnya di dalam perut dia.
"Baiklah. Jika kamu tetap tidak mau memberitahu siapa laki-laki itu. Terpaksa bapak usir kamu dari rumah. Pergilah pada laki-laki yang sudah membuat kamu hamil. Sana minta pertanggungjawaban padanya," ucap Yusril sambil membuka pintu rumahnya menyuruh Aulia ke luar dari rumahnya.
"Pak, Lia minta maaf." Aulia duduk bersimpuh di lantai memohon ampunan pada bapaknya.
"Katakan siapa laki-laki yang sudah menghamili kamu itu?" tanya Yusril dengan tegas dengan menatap pada anaknya.
"Dia … Kak Rangga," jawab Aulia akhirnya jujur.
"Maksud kamu … Rang-ga anak-nya Pak Abi-mana?" tanya Yusril dengan tergagap karena tidak percaya.
"Iya, Pak. Kak Rangga anaknya Pak Abimana," ujar Aulia membenarkan.
"Astaghfirullahal'adzim. Lia, apa yang sudah dia lakukan padamu? Apa di sudah memperkosa kamu?" tanya Yusril dengan gusar.
"Tidak, Pak. Kita sudah pacaran lebih dari dua tahun," jawab Aulia dengan menahan rasa malu dan bersalah pada bapaknya.
"Kau …!" Yusril menunjukan jari telunjuknya pada Aulia.
"Ampun, Pak. Maafkan Lia. Lain dan Kak Rangga saling mencintai. Kita juga melakukannya karena suka pada suka," kata Aulia.
Yusril yang sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi, menampar pipi Aulia dengan keras sampai anaknya itu tersungkur ke lantai. Dia sudah tidak bisa lagi memaafkan kesalahan putrinya ini.
"Lia, sudah berapa kali bapak bilang. Jangan sampai kamu jatuh ke pergaulan bebas itu perbuatan dosa! Setiap hari bapak bicara sama kamu dan kamu hanya menganggap omongan bapak itu angin lalu!" teriak Yusril sambil menjebak rambutnya sendiri. Dia merasa sudah jadi ayah yang gagal karena tidak bisa menjaga putrinya dari perbuatan zina.
Mungkin kalau Aulia hamil karena diperkosa, Yusril tidak akan semurka ini pada anaknya. Ini putrinya bilang suka pada suka. Mereka melakukannya dalam keadaan sadar. Hati ayah mana yang tidak akan terluka dan marah, saat mengetahui hal ini.
"Apa Rangga sudah tahu kamu saat ini sedang hamil?" tanya Yusril dengan mendesis.
"Iya, Kak Rangga tahu," jawab Aulia sambil menganggukkan kepalanya.
"Lalu apa kata dia?" tanya Yusril dengan menatap intens pada bola mata Aulia.
"Kak Rangga bilang, kalau tidak mau menggugurkan bayi ini. Lia harus pindah ke kota lain. Di mana tidak ada seorang pun yang mengenali Lia. Kak Rangga akan sering mengunjungi Lia ke sana dan mengaku kita sebagai pasangan suami istri," jawab Aulia dengan pelan karena merasa takut dalam tekanan sorot mata Yusril yang begitu tajam.
"Apa? Apa kamu yakin kalau dia akan benar-benar bertanggung jawab pada kamu dan bayi yang ada di dalam perut kamu ini" tanya Yusril dengan senyum miringnya. Dia berpikir kalau Aulia itu bodoh karena mudah dibohongi oleh orang lain.
Aulia diam termangu dan memikirkan lagi kata-kata yang tadi diucapkan oleh bapaknya.
***
Apa yang akan dilakukan oleh Yusril? Akankah Rangga bertanggung jawab? Tunggu kelanjutannya ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Nimas Bin Udin
sabar pasti ada solusinya
2024-12-24
1
ayu nuraini maulina
sudah d peringati sama BPK nya masih aja liar Aulia😏😏
2023-08-11
2
Umi Salamah
haiii thor, aq mampir dsini tertarik dgn judulnya 😊
2022-12-29
1