Di ruangan Adam.
Adam masih merasa lemas, namun dia terpaksa berusaha terlihat kuat di depan istrinya.
"Kalau memang nggak kuat, nggak usah pura-pura kuat, Emily masih muda, kau sudah lebih dari 60, wajar kamu kewalahan mengimbanginya," ledek Arsyila.
"Aku dan Emily tidak memiliki hubungan seperti itu!"
"Halah! Aku sudah memegang buktinya! Kalau kamu tidak menginginkanku, lepaskan saja aku!" Arsyila memandang sinis suaminya. "Ku rasa kamu tidak akan berani, karena jika kamu yang selingkuh semua aset akan jadi milikku!"
Aku bukan tidak berani menceraikanmu, tapi aku menunggu waktu yang tepat! Batin Adam.
"Cepat tanda tangani surat itu, aku mau berikan surat itu pada Zhuma." Arsyila merebut surat pemecatan Emily dari tangan Adam.
Arsyila segera keluar dari ruangan Adam dengan membawa surat itu dan memberikannya pada Sekretaris kedua di perusahaan Adam. "Mulai besok, semua tugas Emily kamu yang handle, berikan surat ini padanya, bilang tidak usah pamit, aku muak melihat wajahnya!"
Zhuma sangat bahagia, akhirnya Emily bisa tersingkir. "Siap Nyonya."
Sedang di dalam ruangan Adam. Adam mengirim pesan pada Garry, kalau Emily sudah dia pecat karena salah faham istrinya. Saat pintu ruangan terbuka, Adam segera menghapus pesanya pada Garry, dia mengetik pesan lain untuk rekan bisnisnya.
"Pasti memberi semangat pada peliharaanmu, bukan?" ledek Arsyila.
"Baca ini!" Adam memberikan handphonenya pada istrinya.
Arsyila melihat sekilas isi pesan Adam, dia hanya mengerucutkan bibir, tidak peduli dengan apa yang dia lihat.
Di ruangan Emily.
Beberapa rekan kerja yang menyukai Emily bergantian memeluknya, mereka menyukai pribadi Emily yang rendah hati dan suka menolong. Namun ini adalah saat terakhir mereka bersama di perusahaan yang sama.
"Semoga kamu secepatnya dapat pekerjaan, Em."
"Jangan ganti nomor ya, nanti kami susah mencarimu."
Mereka bertiga membantu Emily membereskan barang-barangnya, semua barang Emily sudah dimasukan kedalam bok.
Ceklak!
Pintu ruangan terbuka, memperlihatkan sosok Zhuma.
"Sudah selesai?"
"Sudah," sahut Emily.
"Bagus, kalau sudah selesai, segera tinggalkan kantor ini, ini pesangon dan surat pemecatanmu, kata Nyonya Arsyila, kamu tidak usah pamit lagi, dia muak melihat wajahmu!"
Emily sadar 2 rekannya sangat marah, Emily memberi isyarat agar mereka tenang.
"Makasih Zhum, jangan kangen ya, aku pergi dulu. Bye semua ...." Emily pergi dengan senyuman yang menghiasi wajahnya, tidak ada kesedihan di sana.
Saat keluar dari kantor Salawa Group, Emily memandangi keadaan sekitar, dia sangat malas untuk naik taksi, Emily memutuskan berjalan kaki sejauh mana kakinya mampu melangkah. Walau terik matahari seakan membakar kulitnya, Emily tidak peduli, dia melangkah dengan bahagia, dia terua berjalan melupakan tatapan mata yang tertuju padanya, bagi Emily, saat ini dia seperti berjalan menyusuri bibir pantai.
Setiap langkah yang dia ambil, serasa melepas satu beban yang dia rasa. Orang yang melihat keadaanya tentu faham, kalau dirinya baru kehilangan pekerjaan.
Ntin! Ntin!
Perlahan satu mobil sedan mewah berhenti di depan Emily, terlihat kaca jendela mobil itu perlahan turun. Emily merasa familiar dengan mobil itu. Dia segera mendekat dan membungkukan badannya.
"Ada apa Ji?" tanya Emily.
"Aji? Kenapa sekarang memanggil dengan nama?"
"Aku malas berdebat, katakan apa maumu?"
"Mau kemana?" tanya Aji.
"Bukan urusanmu."
"Iya, aku tahu kamu bukan lagi urusanku, aku hanya ingin membantu."
"Aku saat ini tidak punya tujuan, aku hanya ingin melangkah sejauh apapun yang aku mau. Terima kasih tawarannya." Emily menegakan badannya dan segera meninggalkan Aji.
Melihat sikap Emily, Aji merasa tidak puas. Dia keluar dari mobilnya dan segera mengejar Emily. "Em ... jangan begitu, walau kita bukan suami-istri, tapi kita bisa berhubungan sebagai teman."
"Tidak ada pertemanan antara mantan istri dan mantan suami, apalagi tidak ada pengikat antara kita, jangan dekat-dekat aku Ji. Karena akan berdampak buruk dengan masa depanmu, aku adalah masa lalumu yang harus kamu kubur."
Aji berusaha mengimbangi langkah Emily. "Apa ada penggantiku sekarang? Sehingga kamu bersikap seperti ini?"
"Ada penggantimu atau tidak, bukan urusanmu, aku janda, aku hanya malas membuat orang lain bahagia, karena mereka merasa benar dengan penilaian mereka saat ini."
"Jadi ... memang sudah ada yang akan mengisi posisiku nanti, ya?"
"Kepo!" Emily semakin mempercepat langkahnya.
Melihat Emily sama sekali tidak melihatnya, Aji menyerah, dia membiarkan Emily meneruskan langkahnya. Sedang Aji segera kembali ke mobilnya. Saat hampir sampai, dia terkejut melihat satu mobil yang ada di belakang mobilnya.
"Owh, ternyata kamu masih mengejar mantan istrimu yang tidak berguna itu?"
"Kak Dita, aku hanya menawarkan bantuan."
"Aku melihat semuanya Ji, kamu mengejar-ngejar dia, move on Ji!" maki Dita.
"Aku tidak memaksa Kakak untuk percaya, aku pergi Kak, ada pertemuan Perusahaan di Restoran." Aji mengabaikan Andita, dia segera masuk ke mobolilnya dan pergi dari sana.
Andita menatap nanar mobil Aji yang semakin menjauh. "Tidak bisa dibiarkan ini, aku harus terus mengawasi Aji, kalau dia balikan dengan Emily, maka mimpi Lesty akan hancur." Andita juga segera masuk ke mobilnya.
40 menit berjalan kaki, akhirnya Emily menyerah, dia menyetop sebuah taksi dan segera menuju Apartemennya. Sesampai di Apartemen Emily langsung masuk ke unit yang dia tinggali.
Brukkk!
Sebuah lengan kekar menutup pintu dengan keras, membuat Emily terperanjat.
"Garry?"
Garry memasang wajah dinginnya, dia mengunci pintu Apartemen Emily.
"Garry kenapa kamu?" Emily sangat tidak mengerti perubahan wajah Garry.
Garry tidak menjawab, dia mengambil box yang Emily pegang, dan menaruhnya di meja tamu.
"Garry ..., katakan ada apa?"
"Aku tidak mau kehilangan kamu Em, karena mu aku merasa dicintai." Garry langsung melahap habis bibir Emily.
"Em ...." Emily tidak bisa melepaskan diri, ciuman Garry sangat liar.
Emely menepuk pundak Garry, meminta laki-laki itu memberinya jeda.
Garry melepaskan pangutan mereka sesaat. "Aku tidak rela melepaskan kamu Em ...."
Saat Garry ingin menciumnya lagi, Emily menahannya. "Ada apa? Kenapa wajahmu terlihat sedih?"
"Aku sakit! Aku cemburu saat melihatmu berbicara bersama om Aji." Garry menarik Emily kedalam pelukannya.
"Saat mendengarmu di pecat, aku langsung mencarimu, dan hatiku sangat sakit saat melihatmu bersama om Aji. Aku takut kalian bersama lagi."
"Aku janda Garry, aku tidak ada yang memiliki, aku berhak dimiliki siapa saja."
Garry melepaskan pelukan mereka. "Kamu miliku!"
"Mana ada? Aku hanya mainanmu."
"Aku janji aku akan menikahimu Em, aku cari waktu untuk mengatur pernikahan kita."
"Jadi istri rahasiamu? Ck!" Emily tertawa menertawakan dirinya sendiri.
"Kenapa? Kamu tidK mau?" Garry merasa sangat sedih.
"Kalau kamu ingin jadi istri yang diakui, itu sulit. Kamu tidak mau jadi istri keduaku?"
"Sayangnya aku mau, karena aku tidak bisa berhenti memikirkanmu."
Garry sangat bahagia, dia kembali mengulangi ciuman panas mereka. Hingga keadaan kamar Emily siang itu semakin panas dengan kegiatan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Jasmine
ada dendam apa pd emiy..kenapa dia hrs dilenyapkan jg dr segala penjuru
2023-01-19
0
⏤͟͟͞R◇Adist
itu pasti juga akal² an Dita biar silesty dpt posisi tinggi diperusahaan
2022-07-28
1
⏤͟͟͞R◇Adist
knpa harus jadi istri kedua ..Garry tinggl ceraiin Lesty kelar kann..true kmu pegiii berss knpa riwbt ..
2022-07-28
0