bab 6

Adam segera menghubungi Garry, untuk membantu Emily. Terdengar bunyi tutt beberapa kali, lalu panggilannya terhubung.

“Halo, Pak Adam?”

“Garry, apakah aku bisa meminta bantuanmu?” ucap Adam.

“Bantuan apa Pak?”

“Kamu sudah punya Sekretaris Pribadi?”

“Saat ini belum, Pak. Tahu sendiri yang berkuasa di perusahaanku adalah istriku. Untuk Sekretaris maunya dia rumit, dia ingin laki-laki, andai wanita dia ingin wanita yang sudah senior.”

“Owh … aku memahami apa maksudmu.”

“Pak Garry mau minta tolong apa?”

“Aku punya Sekretaris, kinerjanya bagus, tapi istriku tidak menyukainya.”

“Lalu?” tanya Garry.

“Karena pekerjaannya bagus, rasanya aku tidak rela memecatnya begitu saja, sedang mempertahankannya adalah hal yang sulit, karena istriku selalu mencari celah untuk memecatnya,” terang Adam.

Adam memikirkan kata-kata yang tepat untuk merekomendasikan Emily di perusahaan Garry. “Sebelum istriku berhasil memecatnya. Aku ingin menitipkannya padamu, maksudku barangkali dia bisa bekerja sebagai Sekretaris pribadimu. Sekretarisku namanya Emily Karzia.”

Di sisi lain.

Garry mematung mendengar Emily yang ingin dititipkan Pak Adam padanya. Andai Perusahaan ini berada di tangannya, secepat kilat dia akan menyetujui permintaan Pak Adam.

“Garry ….”

Panggilan di ujung telepon menyadarrkan Garry dari lamunannya. “Iya, Pak Adam.”

“Bagaimana?”

“Seperti yang aku ucapkan sebelumnya, aku tidak mengambil keputusan penerimaan atau pemecatan di Perusahaan ini, semua itu di tangan Lesty, Pak. Jadi … aku tidak bisa menjanjikan apa-apa.”

“Maafkan aku, Pak.” Sesal Garry.

“Aku mengerti Garry, maaf mengganggu waktumu sebelumnya.”

“Tidak masalah, Pak.”

Keduanya sama-sama mengakhiri sambungan telepon mereka.

Di Salawa Group.

Adam menghela napasnya berulang kali, rasanya mustahil untuk memasukan Emily ke Perusahaan Garry. Secara Lesty yang memegang kekuasaan di sana sangat membenci Emily.

“Bagaimana Om?” tanya Emily.

“Susah, Em. Karena keputusan perusahaan itu ada di tangan Lesty.

“Huhh!” Emily menghempas kasar napasnya. “Sepertinya kerja kerasku selama satu tahun ini percuma.”

Suara dari handphone Adam membuat obrolan mereka terjeda. Adam memeriksa handphonenya, ternyata itu alarm pengingat jadwal untuk meminum obatnya.

“Sebentar ya Em, Om mau minum obat dulu.” Adam berjalan mendekati lemari di mana dia biasa menyimpan obatnya. Adam mengambil 3 butir obat yang biasa dia minum.

Saat Adam selesai, dia merasa dadanya begitu sesak. Melihat ada yang tidak beres pada pamannya, Emily panik dan langsung mendekati Adam.

“Ada apa Om?”

“Sepertinya ada yang menukar obat om.” Adam terus memegang dadanya yang semakin terasa sesak.

“Aku harus bagaimana Om?”

“Kamu telepon dokter Nirwa—” Adam belum selesai mengucapkan kata-katanya, dia ambruk jatuh ke lantai.

“OM!” Emily panik, dia mengambil handphone pamannya dan mencari kontak dokter itu.

Setelah menemukan nama yang dimaksud Pamannya, Emily menceritakan keadaan pamannya. Dokter meminta Emily membetulkan posisi Pak Adam, berbaring di lantai dengan posisi telentang dan tanpa bantal, Dokter meminta Emily membuka beberapa kancing kemeja bagian atas Pak Adam. Emily melakukan semua yang dokter itu katakan.

“Baik, saya akan segera ke kantor Pak Adam.”

20 menit kemudian, dokter pribadi Adam akhirnya sampai di ruangan Adam. Dokter itu langsung memeriksa Adam. Setelah memberi beberapa suntikan dokter itu meminta beberapa petugas keamanan yang ada di sana untuk mengangkat Adam ke tempat tidur yang ada di ruangan pribadinya.

Melihat kecemasan di wajah Emily, dokter mendekati Emily. “Tenang saja, Pak Adam akan segera siuman, kondisi ini biasa terjadi jika dia terlalu banyak pikiran.”

Di dalam ruangan Adam, kini hanya ada Emily dan dokter itu yang menunggu Adam. Dua petugas keamanan sudah pergi. Melihat Ada pergerakan dari Adam, Dokter Nirwa langsung mendekati Adam.

“Bagaimana perasaan Bapak? Apa yang saat ini Bapak Rasakan?”

“Tadi, saya kesulitan bernapas, sekarang lebih nyaman.”

“Sebelumnya, apa yang Bapak Konsumsi? Kenapa bisa begini?”

“Sepertinya ada yang menukar obat saya, dok.” Adam menceritakan apa yang dia rasa setelah meminum obatnya.

“Bisa saya minta obat yang Bapak minum sebelumnya?”

Adam meminta Emily mengambilkan 3 botol obat di lemari yang dia dekati sebelumnya. Emily segera melakukan apa yang diminta Adam, dan memberikan 3 botol obat itu pada dokter.

“Saya akan memeriksa obat ini, beruntung saya membawa obat yang biasa. Karena tadi saya mengira Pak Adam kehabisan obat.”

Dokter Nirwa memberikan obat pengganti, sedang obat yang sebelumnya diminum Adam, dia bawa. Dokter Nirwa izin undur diri, di ruang pribadi itu kini hanya ada Emily dan Adam.

“Om punya musuh?” tanya Emily.

“Pertanyaanmu lucu Em, kamu tahu sendiri musuh om ya istri om sendiri. Kamu lupa apa tujuan om menikahi dia?”

"Kalau begitu, Om jangan cerita tentang masalah obat pada Nyonya Arsyila."

"Itu pasti, Em."

Emily menunduk, dia terharu dengan perjuangan Pamannya yang rela menghabiskan hidupnya dengan menikahi anak dari keluarga yang diduga terlibat pembunuhan kedua orang tuanya. Demi mencari bukti, apakah mereka terlibat atau hanya sebatas dugaan. Sesaat Emily menegakan wajahnya, dia melihat wajah pamannya begitu lemas.

“Om mau sesuatu? Wajah om sangat lemas.”

“Aku hanya ingin minum air putih hangat, Em.”

“Baik Om.”

Melihat pamannya berusaha memperbaiki posisi rebahannya, Emily tidak tega membiarkannya, dia segera membantu pamannya untuk memposisikan diri dengan nyaman.

“Akhirnya aku bisa memiliki bukti perselingkuhan kalian!”

Suara lantang seorang wanita mengejutkan Emily dan Adam. Keduanya menoleh kearah yang sama. Di depan pintu Arsyila berdiri sambil mengarahkan mata kamera handphonneya pada Emily dan Adam.

“Arsyila! Apa yang kamu lakukan?!” bentak Adam.

“Mengabadikan bukti perselingkuhan kalian!”

Adam ingin berbicara lagi, namun Emily menahannya.

“Biarkan saja Nyonya melakukan apa yang dia mau, jangan memintanya untuk percaya, karena dia tidak akan percaya.”

“Badebah macam kalian tidak pantas untuk dipercaya!” maki Arsyila.

“Terus apa yang Nyonya inginkan?”

“Kamu keluar dari perusahaan ini!” ucap Arsyila.

“Aku tidak akan memecat Emily!” sela Adam.

“Kamu tidak mau memecatnya, beberapa menit kemudian, video ini akan aku viralkan,” ancam Arsyila.

“Lebih baik, Tuan lakukan apa yang Nyonya minta, kekeh mempertahankan saya di Perusahaan ini tidak memberi keuntungan apa-apa, namun jika Tuan menentang Nyonya, nama baik Tuan tercemar, dan akan berdampak buruk pada Perusahaan, dan dampaknya sampai pada karyawan.”

Mendengar perkataan Emily, Adam terpaksa mengabulkan permintaan istrinya untuk mengeluarkan Emily dari perusahaannya. Adam sudah memiliki rencana yang lama dia susun, dia juga tidak ingin rencananya kacau. Adam memberi perintah pegawai yang lain untuk menyiapkan surat pemecatan Emily. Sedang Emily segera kembali ke ruangannya untuk membereskan barang-barangnya.

Adam memaksa dirinya untuk bangun, dia berjalan menuju meja kerjanya. Surat pemecatan pun Adam Tanda tangani, dia memperlihatkan surat itu pada istrinya.

“Sekarang sudah puas?!”

“Belum, aku tidak akan puas sebelum memastikan kalian benar-benar tidak berhubungan lagi!”

Terpopuler

Comments

Jasmine

Jasmine

ada motif apa pembunuhan ortunya Emily..trs apa hubungannya dgn andita dan lesty yg bersekongkol dgn istri omnya

2023-01-19

0

chrysan the mom

chrysan the mom

ini kok kondisi emily rumit bener, di tuduh pelakor, di kata2 i mandul, sekarang sm om nya sendiri hrs bersikap kyk org lain. so sad for emily 😢

2022-11-29

1

⏤͟͟͞R◇Adist

⏤͟͟͞R◇Adist

satu lagi ini arsyilla Mak ndower ellahh ..klo bukan karena mis plingn juga ogak adm nikahin kamu..itu pling juga obt yg tukar asyila biar meninggal terus harta jatuh ke tangan dia...dasar licikk...
ehh kk ituu emily umur brpa sihh??????

2022-07-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!