Bab 2 Rencana Sempurna

Emily dan Garry sama-sama terlihat canggung.

"Jangan dengarkan kata-kataku tadi, aku hanya berusaha bercanda," ucap Emily.

Garry membisu, jemarinya mengetuk gelas minumnya yang telah kosong

"Tidak semua laki-laki sama Gar, misalnya kamu, kamu sangat berbeda, banyak pastinya wanita yang ingin menjadi simpananmu, tapi kamu laki-laki setia, di sini saja, kamu memilih bicara denganku, bukan dengan mereka." Emily menunjuk kearah para wanita seksi yang memang bertugas untuk menghibur semua tamu.

"Kamu bicara denganku, karena kamu menganggapku tantemu, dan kamu nyaman bukan?"

Garry tersenyum dan menganggukan kepalanya.

"Lupakan pembicaraan kita, ayo kita nikmati pestanya."

Emily mengajak Garry turun ke lantai dansa, di sana keduanya berjoged bersama tamu-tamu yang lain.

Garry mulai merasakan hal aneh, entah kenapa sekujur tubuhnya seakan menegang, apalagi di depan matanya kini perempuan dengan pakaian seksi. Pandangan Garry terfokus pada gundukan kembar yang sangat indah di depan matanya. Rasanya sangat sulit bagi Garry untuk mengalihkan pandangannya dari dada Emily.

Melihat Garry terus memandanginya, Emily berusaha menahan kebahagiaannya. Emily mengambil handphonenya dan mengetik pesan untuk dia kirim pada suruhannya.

*Saat aku berjalan menuju meja kami, nanti, tabrak aku.

Melihat pesannya sudah dibaca suruhanya, Emily bersiap untuk melancarkan rencana lanjutan.

"Kita rehat dulu yuk …."

"Ada apa Em?"

"Sudah malam, jadi aku mau pulang, dan ini aku lagi pesan taksi."

"Nggak bawa mobil sendiri? Bukankah kamu diberi mobil dan Apartemen sama om Aji?"

"Untuk pesta seperti ini, aku sengaja naik taksi, biasanya aku mencari seseorang yang bersedia menghabiskan malam bersamaku, tapi … sepertinya malam ini aku harus kesepian lagi."

"Karena aku ya?" ucap Garry.

"Lupakan." Emily menepuk pundak Garry. "Aku pamit ya Gar," Emily segera berjalan keluar dari lantai dansa.

Seper sekian detik kemudian ada pelayan yang seolah tidak sengaja menabrak Emily, membuat tubuh Emily basah kuyup tersiram oleh minuman yang tumpah.

"Maafkan saya Nona, saya tidak sengaja," sesal pelayan itu.

Melihat tubuh seksi Emily basah oleh minuman, Garry sangat susah menahan segala ledakan dalam dirinya melihat pemandangan itu, Garry berulang kali menelan salivanya.

"Tidak apa-apa, aku baik-baik saja."

"Tapi Nona basah," sesal pelayan itu.

"Tidak apa-apa, kamu lanjutkan pekerjaan kamu." Emily kembali menoleh pada Garry. "Garry aku pamit duluan ya …."

Garry tersadar dari khayalan sesatnya. "Aku antar pulang bagaimana?"

"Berbahaya pulang dalam keadaan ini sendirian," ucap Garry.

Emily memandangi keadaan tubuhnya. "Iya juga sih."

"Aku antar ya," tawar Garry lagi.

"Jangan, aku nggak mau repotin orang," tolak Emily.

"Aku Nggak repot."

Emily pun setuju, saat dia mencari yang punya hajat, terlihat dia sangat sibuk dengan tamu yang lain. Emily dan Garry pun pergi tanpa berpamitan pada siapa-siapa.

***

Setelah sampai ke mobil Garry, keduanya segera masuk. Saat di dalam mobil, reaksi itu semakin membuat Garry sulit menahan keinginannya, di luar kendalinya, dia langsung menyerang bibir Emily, menciumnya begitu buas, seakan tidak ingin melepaskan bibir yang sangat seksi itu.

Saat di tengah-tengah kegilaanya, Garry menyadari siapa dirinya. Dia langsung menarik dirinya. "Maafkan aku Emily."

"Bisa antar aku pulang sekarang?" Ucap Emily dingin.

Mendapat reaksi dingin seperti itu membuat Garry merasa bersalah. Dia menyalakan mesin mobilnya dan perlahan melajukan mobilnya.

Selama perjalanan keadaan terasa sangat canggung, Emily hanya mengatakan Apartemennya saat ini.

Sepanjang perjalanan Garry berusaha merangkai kata, untuk minta maaf pada Emily, namun semua hanya sekedar khayal. Bahkan sampai di gedung Apartemen Emily, dia tidak mampu mengucapkan sepatah kata.

Melihat Garry sudah sampai, Emily segera keluar dari mobil tanpa bicara sepatah kata pada Garry. Melihat tingkah Emily, Garry merasa sangat bersalah.

Garry terus memandangi Emily yang semakin menjauh dari pandangannya. "Kenapa aku tidak bisa menahan diriku!"

Garry memukul setiran mobilnya meluapkan kekesalannya. Garry berusaha menenangkan dirinya, sesaat kemudian dia perlahan menegakkan tubuhnya, Garry pun mulai meninggalkan gedung Apartemen Emily.

Kesunyian menyelimuti perjalanan pulang Garry. Entah kenapa ciuman tadi sangat sulit dia lupakan. Tiba-tiba deringan handphone terdengar. Garry merasa itu bukan nada deringnya. Garry perlahan menepikan mobilnya, dia menyalakan lampu dalam mobilnya, mencari benda yang terus berdering itu, dan Garry menemukan handphone dengan wallpaper wajah cantik Emily.

Garry langsung menerima panggilan itu.

"Halo!" Suara di ujung telepon itu terdengar sangat panik.

"Halo, saya bicara dengan siapa ya?"

Garry menjauhkan handphone itu dari wajahnya.

Apa Emily tidak mengenali suaraku? Atau dia tidak menyadari kalau handphonenya ketinggalan di mobilku.

"Halo mas, mbak, tante …."

Suara di ujung telepon yang samar terdengar membuat lamunan Garry buyar.

"Ehm!" Garry hanya berdeham.

"Mas, mas nemu hp saya, mas bisa antarkan ke tempat tinggal saya? Kalau mas bersedia, saya akan kasih imbalan mas." Emily menyebutkan apartemennya tinggal.

Garry tidak menjawab ucapan Emily, dia memutuskan panggilan telepon itu, dan segera melajukan mobilnya kembali ke Apartemen Emily. Sepanjang perjalanan handphone itu terus berdering, Garry sesekali memperhatikan handphone itu.

"Kasihan sekali Emily, pasti dia cemas."

Garry terus menambah kecepatan mobilnya.

Sedang di sisi lain. Emily sangat bahagia, semua rencananya berjalan sempurna, bahkan saat ini Garry akan kembali ke Apartemennya. Emily terus tersenyum sambil terus menghubungi handphone yang sengaja dia tinggalkan di mobil Garry.

15 menit kemudian handphone Emily berdering, terlihat satu pesan masuk dari nomor asing.

*Ingin handphone mu kembali? Kalau mau, temui aku di basement.

Emily tersenyum, dia yakin ini nomor Garry. Emily sengaja keluar dengan baju yang sangat mini yang dia tutup dengan jaket panjang. Emily segera menuju basement yang dimaksud dalam pesan yang dia terima.

Saat sampai di basement, Emily melihat Garry duduk di depan body mobilnya.

"Garry?" Emily memasang raut wajah syoknya.

"Aku ke sini mengembalikan teleponmu."

"Jadi … handphone kerjaku ketinggalan di mobil kamu?"

"Yup, katamu akan memberiku imbalan jika mengembalikan ini bukan?" Garry memainkan handphone Emily.

"Imbalan apa yang kamu mau?" Emily masih memasang wajah dinginnya.

"Bagaimana kalau segelas teh? Tapi teh buatanmu."

Emily menghempaskan napasnya begitu kasar. "Ikuti aku."

Garry sangat bahagia, akhirnya dia memiliki kesempatan untuk berbicara dengan Emily. Selama di dalam lift, keduanya bungkam, sampai pintu lift terbuka lagi, tidak ada obrolan diantara keduanya. Garry hanya mengekori langkah Emily, hingga dia memasuki sebuah Apartemen mewah milik Emily.

Emily masih membisu, dia segera menuju pantry, dan menyeduh 2 gelas teh di sana. Emily kembali dengan membawa 2 gelas di tangannya, dia memberikan satu gelas pada Garry.

"Ini saja imbalanmu?" Tanya Emily.

Garry menerima gelas teh yang Emily berikan. "Ini hanya alasanku, agar aku bisa berbicara padamu."

"Bicara apa?" Nada suara Emily sangat dingin.

"Em, maafkan aku atas perbuatanku tadi."

"Lupakan, hanya ciuman tidak berpengaruh apa-apa padaku. Kamu tiduri aku pun tidak berpengaruh, secara aku wanita mandul."

"Boleh aku duduk di sofa?" Garry berusaha mengalihkan pikiran Emily.

"Duduk saja di mana kamu senang." Emily melepaskan jaketnya, sehingga tubuh seksinya kembali terekspose.

Reaksi obat yang ada di tubuh Garry masih terasa, Garry merasa panas dingin memandangi pemandangan indah di depan matanya.

Garry terus meminum tehnya, hingga gelas teh itu kosong. Mereka masih tidak lanjut berbicara.

"Teh ku sudah habis, makasih Em."

"Terima kasih juga telah mengantarkan handphoneku," sahut Emily.

"Boleh nanti aku main lagi ke sini?"

"Lihat keadaan," sahut Emily.

"Takut pas aku datang saat ada kekasihmu ya?" 

"Kekasih?" Emily tertawa kaku. "Mana ada yang mau menjadikan wanita yang penuh kekurangan ini menjadi istrinya?"

"Berhenti Em, kamu itu tidak seburuk yang kamu katakan, kamu tidak sempurna bukan berarti kamu buruk."

Emily mendekati Garry, dan menarik lengan laki-laki itu. "Sudah malam, sebaiknya kamu pulang."

Saat hampir sampai pintu, Garry menahan Emily, dan kembali mencium bibir wanita itu dengan sangat buas.

Reaksi obat yang semakin terasa, membuat Garry hanya memikirkan satu hal, ingin menidurkan miliknya, sedari tadi benda itu terus menjerit melihat kemolekan tubuh Emily.

Terpopuler

Comments

Jasmine

Jasmine

itu mah krn ada obat perangsang yg dimasukin dlm minuman Garry...coba murni pasti otaknya Garry tak terkontaminasi

2023-01-18

1

me_bhebril1206

me_bhebril1206

ya ampun AQ suka gaya Emily....teruskan say akting mu😜🤣

2022-12-01

2

👙⃝᜴ᵍᵉᵐᵇᶦᶫ👻ᴸᴷ

👙⃝᜴ᵍᵉᵐᵇᶦᶫ👻ᴸᴷ

llanjut

2022-08-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!