“KAMU!”
Suara bariton itu melengking ke penjuru area, membuat tubuh Kirana membeku di tempat.
Dia menjatuhkan ember, matanya mendelik melihat Raka, si pria dingin dari kutub utara, ada di hadapannya dengan kondisi basah kuyup.
Sial. Kenapa Raka yang tersiram? Kemana perginya Clara si Nenek Lampir itu?
Sambil membatin, Kirana menengok kanan kiri untuk mencari sosok Clara. Akan tetapi wanita itu telah menghilang entah kemana.
“Bisakah kamu bekerja dengan benar? Kalau ingin dipecat, bilang saja! Tidak perlu menyiramku dengan air kotor seperti ini,” kata Raka yang darahnya sudah mendidih sampai ke ubun-ubun.
“Maaf, Tuan. Maafkan saya.”
Kirana menunduk meminta ampunan.
Tepat saat itu, Nakula yang kebetulan lewat, melihat Raka sedang memarahi seseorang.
Lalu dia berjalan mendekati mereka berdua dengan sedikit terpincang karena kakinya masih sakit akibat diinjak Kirana saat di lift tadi.
“Ada apa ini? Raka, kenapa pakaianmu basah?”
“Maaf, Tuan. Wanita ini menyiram saya dengan air kotor.”
Nakula menoleh, dan dia terkejut karena wanita yang dimaksud Raka adalah kakaknya sendiri.
“Kak Kira…aw. Maksudku, kaki rasanya sakit lagi.”
Kirana lagi-lagi menginjak kaki Nakula yang langsung berteriak kesakitan.
“Hai, kamu ingin dipecat, hah? Kenapa kamu suka sekali menginjak kaki Tuan Nakula ?” teriak Raka.
“Sekali lagi aku minta maaf, Tuan. Saya juga tidak tahu kenapa kaki saya ingin sekali menginjak kaki Tuan Nakula,” Kirana membual sambil menunduk menatap lantai.
Raka menghela napas kesal.
“Raya, kerja yang benar kamu. kamu pikir perusahaan ini warisan dari kakekmu?”
“Lah, memang ini perusahaan kakeknya…Aw. Aduh kaki ku sakit lagi.”
Nakula membungkuk meringis kesakitan karena kakinya telah diinjak oleh Kirana sebanyak tiga kali dalam sehari. Sudah seperti minum obat saja.
“Lihat! Kamu menginjak kaki Tuan Nakula lagi.”
“Sudah, Raka. Sebaiknya kamu mandi dan ganti pakaianmu,” titah Nakula melerai Raka dan Kirana.
Raka memutuskan untuk ke ruangannya. Untung saja dia selalu membawa pakaian cadangan saat berangkat bekerja.
Akan tetapi, sesaat Raka lupa pakaiannya itu tersimpan di mobil. Sehingga dia menyuruh Raya untuk mengambil pakaian di dalam mobil. Dia menyerahkan kunci mobilnya dan berlalu pergi.
“Kak, eh. Maksudku Raya, tolong papah aku ke ruanganku. Kaki aku sakit juga karena kamu,” ucap Nakula yang bukan seperti perintah namun terdengar seperti permohonan.
“Salah kamu sendiri selalu kelepasan bicara.”
“Astaga, Kak. Eh Raya, aku kan belum terbiasa memanggilmu Raya.”
“Ya sudah. Sini aku papah.”
Pemandangan Kirana yang tengah memapah Nakula ternyata dilihat oleh dua rekan office girl senior dengan tatapan iri. Mereka adalah Maesaroh dan Neneng, pengagum rahasia Nakula dan Sadewa.
Mereka tengah bersembunyi di balik pilar. Pandangan mata mereka terus saja mengikuti langkah Kirana dan Nakula.
Beberapa hari yang lalu mereka tanpa sengaja berpapasan langsung dengan Nakula dan Sadewa. Lalu si kembar itu bertanya mana yang lebih tampan.
Hanya ditanya begitu saja, sudah membuat Mae dan Neneng berbunga-bunga. Tentu saja Mae memilih Nakula yang lebih tampan, dan Neneng memilih Sadewa karena dia mengidolakan Sadewa.
Sekarang mereka, khususnya Mae, harus menelan pil pahit mendapati ada OG baru yang mempuyai kesempatan memeluk Nakula tampannya.
“Anak baru itu cari perhatian sekali ke Tuan Nakula,” ucap Mae sinis tanpa melepas tatapan tajam ke arah Kirana.
Sementara Neneng tidak peduli ucapan Mae, di sedang memberengut dan menghentak-hentakan kaki.
“Kenapa sih yang kerja di sini Tuan Nakula? Bukannya Tuan Sadewa saja. Aku kan ingin melihat wajah tampannya,” gerutu Neneng.
Mae berdecak, memutar bola matanya dan menatap Neneng.
“Tuan Nakula dan Tuan Sadewa itu kembar, jadi ketika kamu melihat Tuan Nakula, anggap saja itu Tuan Sadewa. Simpel kan?”
“Tidak mau. Aku mau lihat Tuan Sadewa.”
“Begini, aku punya rencana. Kita buat pelajaran ke anak baru itu,” bisik Mae di dekat telinga Neneng.
“Ish, pelajaran naon atuh. Ai Neneng teh lain guru. Kasih pelajaran segala.”
(Ish, pelajaran apa sih. Neneng itu bukan guru. Kasih pelajaran segala.)
“Bukan pelajaran sekolah, Neneng. Tapi pelajaran supaya anak baru itu tidak cari perhatian lagi ke Tuan Nakula.”
“Kumaha carana?”
(Bagaimana caranya?)
Mae membisikkan sesuatu ke telinga Neneng yang membuat gadis desa itu sedikit geli tapi juga terkejut dengan ide gila Mae.
Neneng membelalakan mata saat Mae selesai membisikinya. Mulanya dia tidak setuju. Namun, hasutan Mae membuat dia menurut saja.
Beralih ke Kirana yang selesai memapah Nakula ke ruangannya, dia kini menuju baseman tempat di mana mobil Raka terparkir. Mengambil setelan jas yang ada di dalam mobil.
Begitu sampai di depan ruangan Raka, Kirana tidak mengetuk pintu. Dia langsung saja masuk ke dalam dan mendapati Raka tidak ada di sana.
Kirana mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan yang tidak jauh berbeda dengan ruangan Nakula. Hanya yang ini lebih sempit. Ada kamar mandi khusus dan terdengar pula suara gemericik air.
Pastilah Raka sedang mandi di dalam sana.
Kirana berniat menaruh setelan jas itu di meja Raka. Namun, saat itu juga pintu kamar mandi terbuka dan kepala Raka menyembul.
“Raya, kenapa kamu lama sekali?” bentak Raka yang membuat Kirana teronjak kaget.
“Maaf, Tuan. Tadi saya membantu Tuan Nakula berjalan ke ruangannya.”
“Cepat berikan baju itu kemari!” perintah Raka.
“Baik, Tuan.”
Kirana melangkahkan kaki menuju kamar mandi sambil menutup mata. Takut kalau nanti dia melihat sesuatu yang tersembunyi di balik pintu itu.
Namun, justru dengan Kirana berjalan sambil menutup mata, membuat dia tersandung keset, tubuhnya ambruk mendobrak daun pintu sehingga pintu kamar mandi terbuka lebar.
“Aw. Pinggangku sakit.”
Kirana terjatuh di lantai kamar mandi, meringis kesakitan dan di saat yang tidak tepat itu, dia malah membuka matanya.
Alhasil dia melihat gundukan daging yang ada di bawah perut Raka.
Kirana menjerit dan mengatupkan mata menggunakan telapak tangannya. Satu detik dia mengintip melalui sela-sela jari. Lalu menutupnya lagi.
Raka buru-buru mengambil handuk yang terjatuh dan membalutkan ke pinggangnya.
“Dasar kamu, Raya. Keluar dari ruanganku!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Sweet Girl
Waduh Saroh... Neng... jangan coba coba cari masalah sama Raya... entar tanganmu kenak plintir...
2025-01-10
0
Sweet Girl
Masak udah tiga kali...? bukannya baru dua kali ya...🤔
2025-01-10
0
Sweet Girl
Rezeki anak Sholih.
2025-01-10
0