Rahasia Sang Office Girl
“Kau bercanda? Aku melawan seorang wanita?”
Itulah kalimat pertama yang diucapkan oleh seorang pria bertubuh tambun ketika melihat seorang gadis tengah mengikat rambut di ujung sana akan menjadi lawan duelnya.
Salah seorang temannya berbisik dengan suara gemetar.
“Jangan anggap sepele, Max! Dia adalah Kirana Putri Mahendra, rumornya dia pernah menjuarai ajang MMA.”
“MMA? Mix Martial Arts, seni bela diri campuran itu?” Max berdecih. “Dia tidak lebih dari seorang wanita.”
Pria bertubuh tambun itu mendengus keras. Ucapan dari temannya itu seolah tengah meremehkan kemampuan tinjunya.
Teng Teng…
Suara bel yang menjadi tanda dimulainya acara tinju bebas pun dibunyikan.
Baik Max dan Kirana telah siap dengan sikap kuda-kuda mereka. Keduanya saling menyeringai pada sang lawan.
“Ini pertarungan tinju bebas, Nona. Bukan acara dansa bertopeng,” cemooh Max pada Kirana yang memakai topeng hitam untuk menutupi setengah wajah.
Kirana menampilkan senyuman tipis yang terlihat jelas karena bagian mulutnya tak tertutup oleh topeng.
Dengan cepat, Max melayangkan tinju yang sangat mudah untuk Kirana hindari. Wanita itu hanya memiringkan kepala sedikit, lalu menyerang wajah Max sebanyak dua kali.
Pria itu terhuyung ke belakang. Sorak dari para penonton semakin ricuh, terutama yang mempertaruhkan atas kemenangan Kirana.
Max kembali menyerang namun sekali lagi Kirana menangkis dan balik menyerang sang lawan dengan menendang keras adik kecil Max yang seketika menjerit kesakitan.
Para penonton, terutama yang laki-laki, turut mengaduh. Seolah ikut merasakan sakit yang dialami Max.
“Kau yang merusak rem mobil ayahku, sehingga dia mengalami kecelakaan beberapa bulan lalu, iya kan?” ucap Kirana selagi Max masih membungkuk.
“I-iya, Nona,” jawab Max sambil meringis kesakitan.
“Katakan! Siapa yang menyuruhmu?”
“A-aku tidak tahu namanya.”
Max kembali menjerit karena Kirana sangat gesit memukul perut, lalu menyikut keras punggungnya.
Kemudian Kirana mendorong tubuh Max. Kericuhan penonton semakin menjadi.
Di lain sisi, Max tidak terima predikat juara bertahan tinju bebasnya dipatahkan oleh seorang wanita. Dia kembali melayangkan pukulan.
Namun, lagi-lagi meleset. Malah dia yang mendapat serangan dari wanita bar-bar itu, hingga kondisinya babak belur.
Max terbaring lemah di lantai. Tubuhnya telah terkunci oleh Kirana.
“Katakan atau aku patahkan semua tulangmu?”
“Aku benar-benar tidak tahu namanya, hanya saja dia bekerja di perusahaan Irawan Group,” tutur Max terengah-engah dan menahan sakit.
Lalu detik berikutnya kepala Max tergolek seperti boneka.
Sial. Dia malah pingsan. Hanya segitu kemampuannya? Umpat Kirana di dalam hati.
Max, sang juara bertahan, kalah telak oleh Kirana.
Ketika wasit hendak mengumumkan juara baru, Kirana melangkah pergi dari arena. Tidak peduli pada teriakan orang-orang yang memintanya untuk kembali bertarung.
Kirana melepas topeng dan menggantinya dengan kacamata hitam, lalu mengambil kopernya yang disimpan di sebuah loker.
Yap, tidak salah Kirana membawa koper, karena dia baru saja pulang dari Negeri Matahari Terbit.
Dia menempuh pendidikan dan mendirikan perusahaan di sana, dan ini adalah kepulangannya ke tanah air setelah sekian lama.
Kirana memutuskan kembali ke negeri kelahirannya bukan tanpa sebab. Dia akan mengurus perusahaan cabang yang ada di Indonesia, sekaligus menyelidiki kasus kecelakaan yang menimpa sang ayah, Balin Mahendra.
Langkah kaki Kirana terusik ketika dia mendengar suara gaduh dari sebuah lorong. Rasa penasaran membuat Kirana membelokkan arah.
Di lorong remang itu, Kirana melihat Max diseret paksa oleh dua orang pria.
Tak perlu pikir panjang, Kirana meninggalkan kopernya sejenak, berjalan perlahan tanpa menimbulkan suara untuk menguntit Max dan gerombolan pria misterius.
“Kamu tahu kesalahan terbesarmu?” tanya seorang pria bermantel hitam dengan suara berat.
“A-ampun, B-bos,” tubuh Max yang gemetaran bersujud pada pria itu.
Kirana tidak mampu melihat wajah sang pria, karena posisinya membelakangi tempat persembunyian KIrana saat ini.
“Kau hampir saja menyebutkan mata-mata yang telah berhasil aku masukkan ke Irawan Group.”
Apa? Jadi, ada mata-mata yang bekerja di perusahaan Papa? Kirana bertanya dalam hati sambil menajamkan telinga.
“Nyalimu sungguh ciut, Max. Melawan wanita itu saja kamu langsung K.O. Pantas saja kamu tidak becus menjalankan tugas dariku untuk memusnahkan Balin Mahendra.”
“Saya mohon ampun, Bos,” kata Max memelas.
“Ampun? tidak ada kata ampun di kamusku. Kau akan mati hari ini juga.”
Pria itu tertawa dingin, lalu memerintahkan anak buah yang lain untuk membawa Max ke dalam mobil.
Kirana tidak mau kehilangan jejak mereka, dia pun kembali mengikuti arah perginya Max dan kelompok pria itu.
Namun, tiba-tiba, sebuah tangan menepuk bahu Kirana. Menjadikan gadis cantik itu memutar badan, sekaligus memelintir tangan yang telah berani menentuhnya.
“Aw, No-Nona Kirana, saya Ken, pengawal yang ditugaskan Tuan Balin untuk menjemput Nona,” tutur Ken meringis kesakitan.
Seketika Kirana melepaskan tangannya, mengendurkan badan lega karena ternyata orang di depannya adalah salah satu pengawal keluarga Mahendra.
“Kenapa kalian bisa tahu aku ada di sini?” tanya Kirana begitu iris matanya menangkap barisan pria di belakang Ken.
“Kami tahu Nona Kirana sengaja kabur saat di bandara, tapi kami mampu melacak Nona Kirana sampai di tempat ini. Mari Nona, kita pulang! Tuan Balin telah menunggu Nona,”
“Tunggu! Aku harus mengikuti Max, aku ingin tahu siapa orang yang menjadi bosnya itu,”
Lengan Kirana yang hendak pergi ditahan oleh Ken.
“Nona Kirana, saya mohon, Nona pulanglah sekarang juga. Seharusnya Nona sudah ada di rumah dua jam yang lalu. Tuan Balin pasti akan memecat kita semua, jika Nona tak kunjung pulang.”
Kirana berdecak, melihat raut memelas Ken dan para pengawal lain membuat dia iba dan akhirnya mengikuti langkah Ken.
Kirana masuk ke dalam salah satu deretan mobil mewah yang terparkir di tepi jalan. Kemudian, iringan mobil yang mengawalnya pun melaju ke kediaman keluarga Mahendra.
***
Di depan gedung Irawan Group, Si Duo Balin Junior alis Nakula dan Sadewa melangkahkan kaki menuju ruangan CEO.
Sepanjang perjalanan, mereka menanyai semua karyawan yang kebetulan berpapasan dengan mereka. Entah itu satpam, Office Boy, atau bahkan pegawai yang sedang sibuk mengetik cepat.
Pertanyaan yang mereka lontarkan adalah…
“Hai, menurutmu mana yang lebih tampan di antara kita berdua?”
Tentu semua orang yang mendapat pertanyaan itu hanya bisa mengerutkan dahi karena kedua pria yang ada di depan mereka kembar identik. Sangat sulit untuk dibedakan.
Begitulah mereka sampai langkah kaki mereka berhenti tepat di depan pintu ruang kerja sang ayah.
“Untuk sementara skor ketampanan kita imbang. Lima sama,” ucap Nakula yang sejak tadi menghitung jawaban orang-orang.
Kemudian Nakula dan Sadewa mendengar suara yang tak asing bagi mereka. Suara desah*n yang selalu ada di setiap film dewasa yang mereka tonton tanpa sepengetahuan Papa dan Mama.
Mereka semakin menajamkan telinga, dan mengangguk pelan saat meyakini bahwa suara itu berasal dari ruangan yang hendak mereka masuki.
“Nakula, kamu masih ingat di film yang link-nya dikasih oleh Paman Rama?” tanya Sadewa pada kakaknya.
“Iya, CEO yang selingkuh dengan sekretarisnya,” sahut Nakula sambil menyipitkan mata.
“Papa pasti sedang bersama selingkuhannya di dalam. Ayo, kita grebek mereka! Kalau perlu rekam,” Sadewa mengeluarkan ponselnya dan menyalakan kamera dalam mode merekam video.
“Lalu kita tunjukan pada Mama,” usul Nakula.
“Jangan! Jangan tunjukan ke Mama! Kita gunakan bukti rekaman ini untuk memeras Papa. Supaya Papa mau tidak mau memberikan uang jajan yang lebih banyak,” ucap Sadewa tersenyum menyeringai.
“Bingo! Harus aku akui, otakmu lebih encer dariku, Sadewa.”
“Ayo kamu buka pintu, aku yang rekam. Dalam hitungan ketiga.”
“Satu… Dua… Tiga…”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
KEREN JUGA MMANYA AIDEN, TERNYATA JAGO BELADIRI..
2023-02-15
0
Erlina Purwanty Moe
misi intip² thor
2022-11-30
1
Nana
Sesajen prrtsma kak 😍
2022-07-18
2