Calista mengikuti mata kuliahnya dengan serius. Berharap kuliahnya cepat kelar dan wisuda cepat selesai agar Calista dapat mencapai cita citanya, yang ingin memajukan desanya. Ia sudah pernah berjanji bersama sahabatnya listra. Kelak mereka akan membuat desa mereka semakin maju.
Walaupun saat ini Calista sudah tidak tinggal di desa itu lagi. Setidaknya dirinya dapat berguna untuk desa kelahirannya agar tidak selamanya tertinggal. Ia tidak ingin orang-orang yang baru terlahir di desa itu merasakan sama seperti yang ia rasakan saat berada di desa itu.
Sehingga Calista Dan listra bertekad untuk memajukan desa itu, agar lebih maju. Setidaknya akses jalan dapat diperbaiki. Hal itulah yang membuat Calista mengambil jurusan teknik.
Jam kuliah telah usai, Gibran menghampiri Calista ."kelasnya sudah kelar kan lis? tanya Gibran kepada Calista
"Iya nih," Calista sudah mau pulang." jawab Calista.
"Ya sudah kalau begitu aku antar ya, supaya aku tahu tempat tinggal kamu di mana. Siapa tahu kapan-kapan aku bisa main ke tempatmu ." ucap Gibran kepada Calista
"Ya sudah deh yuk capcus kita berangkat." Sahut Calista
Di perjalanan Gibran menghentikan motornya tepat di warung mie ayam. Karena Gibran mengetahui kalau Calista sangat menyukai mie ayam.
"Lis kita makan dulu ya!" soalnya aku sudah lapar nih." ucap Gibran. Gibran sengaja mengajak Calista ke warung mie ayam agar Gibran dapat lebih lama berbicara kepada Calista.
"Ya sudah aku juga lapar." jawab Calista sambil menepuk-nepuk perutnya yang sudah kempes.Tidak ada rasa malu atau sungkan kepada Gibran mengatakan kalau dirinya sudah kelaparan.
"Mang mie ayamnya dua ya!" ucap Gibran kepada penjual mie Ayam pinggir jalan itu
"Iya kang," ditunggu ya." jawab penjual mie ayam itu. Setelah beberapa menit kemudian pesanan Calista dan Gibran pun tiba. Calista memakan mie ayamnya dengan lahap.
Karena kebetulan Calista sudah sangat lapar.
begitu juga dengan Gibran.
Setelah selesai makan Calista dan Gibran melanjutkan perjalanannya menuju rumah pak Nando yang mana semenjak Calista meninggalkan desa kelahirannya Calista tinggal di rumah pak Nando
Tin....tin... tin suara klakson motor milik Gibran. agar si empunya rumah membukakan pintu.
"Eh sudah pulang kamu Lis? ucap bu intan sambil membuka gerbang.
"Iya Bu." sahut Calista sambil memberikan salam kepada bu intan.
"Ini siapa Lis? tanya bu intan penasaran karena tidak biasanya Calista dihantar oleh seseorang. Apalagi itu seorang pria.
"Oh ini Gibran Bu, Teman sekolah Calista sewaktu di kampung. kebetulan sekarang dia juga kuliah di kota ini di kampus yang letaknya tidak jauh dari kampus Calista." jawab Calista.
"Oh masuk dulu nak." ajak bu intan kepada Gibran
"Lain kali saja Bu, ini udah malam. Saya langsung pulang saja." jawab Gibran menolak ajakan bu intan sambil memberi salam kepada bu intan.
"Oh ya udah hati-hati ya nak di jalan." ujar bu intan mengingatkan Gibran agar lebih berhati-hati mengendarai motor miliknya. Setelah kepergian Gibran, Calista masuk ke rumah bersama bu intan. Sebelum masuk ke dalam rumah, Calista melihat sebuah mobil terparkir di halaman rumah.
Rasanya mobil itu tidak asing baginya "sepertinya saya sering melihat mobil ini." gumam Calista dalam hati. Ah...tapi nggak mungkin si es kutub utara itu, datang ke rumah ini. lagi ngapain dia kemari? pertanyaan demi pertanyaan timbul di benak Calista. Calista masuk ke dalam rumah Calista menyapa pak Nando.
"Malam pa?" seperti biasanya Calista memberi salam kepada pak Nando
"Loh kamu !" ngapain kamu di sini! tanya es kutub utara itu dengan nada terkejut. Melihat Calista berada di rumah pak Nando. Karena selama ini, es kutub utara itu tidak tahu kalau Calista anak angkat pak Nando dan bu intan.
"Seharusnya saya yang nanya pada bapak ngapain bapak di rumah papaku.?
"Papa? maksudnya apa nih? tanya si kutub es "lebih baik bapak tenang dulu, biar saya jelasin semuanya." ucapan Nando menenangkan es kutub utara itu.
"Sebenarnya begini Tuan Zulkarnain dan pak Bisma, sebenarnya Calista adalah anak angkat saya dan pak Nando menceritakan segalanya tentang Calista kepada tuan Zulkarnain yang merupakan pemilik perusahaan tempat Calista bekerja saat ini.
Sementara si CEO es kutub utara itu hanya diam menyimak penuturan pak Nando tentang hubungan Calista dengan pak Nando dan bu intan. "Maaf pa.... saya pamit masuk dulu." ucap Calista.
lalu pak Nando menganggukkan kepalanya menandakan dia setuju. Calista masuk ke dalam kamar Calista dan langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. setelah selesai melakukan ritual mandi Calista memakai pakaian yang biasa ia gunakan dan mengolah wajahnya dengan bedak baby.
Bersambung.....
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 182 Episodes
Comments
Bundha Shantie
makasih kk ...upx. lagi yaaa... 🥰🥰🥰🥰
2022-08-02
1
wafabil vario
mksihhh kk udh crezy uppppp
2022-08-02
1