Dea tiba di depan kediaman calon suaminya. Di sana tampak ramai. Para tetangga samping rumah berbondong-bondong mendatangi kediaman Julian untuk membantu keluarga besarnya mempersiapkan berbagai keperluan pesta pernikahannya bersama lelaki itu.
Dea ingin masuk ke halaman rumah calon mertuanya tersebut, tetapi ia ragu. Banyaknya orang-orang yang berkumpul di sana membuat Dea kembali berpikir ulang.
"Katakan ... atau kembali?" gumam Dea sembari mengedarkan pandangannya ke seluruh tempat itu. Mencoba mencari sosok Julian di antara banyaknya orang yang berkumpul di sana.
Salah seorang sahabat Julian tanpa sengaja melihat ke arah Dea yang tampak kebingungan di depan pagar rumah orang tua Julian. Menyaru dengan banyaknya orang di tempat itu.
Lelaki itu menyentuh pundak Julian kemudian memberitahunya soal Dea. "Heh, Julian. Bukan kah itu Dea? Sepertinya dia sedang mencarimu," ucap lelaki itu sembari menunjuk ke arah Dea berada.
Julian menoleh ke arah gadis itu, kemudian tampak sebuah senyuman hangat tersungging di wajahnya. "Dea? Mau apa dia ke sini? Apakah dia sudah tidak sabar ingin bertemu denganku?" gumam Julian pelan, tetapi masih terdengar jelas di telinga lelaki itu.
"Cieee ... yang mau jadi manten," goda lelaki itu sambil tertawa pelan.
"Aku ke sana dulu, ya. Mungkin ada sesuatu yang ingin ia bicarakan padaku," ucap Julian kepada sahabatnya itu.
"Ya. Tapi jangan lama-lama, ya! Soalnya pekerjaan kita masih banyak di sini," goda lelaki itu lagi.
Julian tersenyum. Setelah berpamitan kepada sahabatnya itu, ia pun segera melangkah menuju ke arah Dea tanpa bersuara sedikitpun. Ia sengaja melakukan itu untuk memberikan kejutan kepada gadis itu. Benar saja, Dea sama sekali tidak menyadari bahwa saat itu Julian sudah berada di dekatnya.
"Ehem! Sepertinya ada yang merindukanku," ucap Julian sambil tertawa pelan.
Suara Julian yang terdengar begitu dekat membuat Dea tersentak kaget. Gadis itu berbalik kemudian menatap lelaki itu sambil tersenyum tipis. "Mas Julian."
"Apa yang kamu lakukan di sini, Dea? Kamu merindukanku, ya!" goda Julian sembari mencolek dagu gadis itu.
"Ehm, sebenarnya bukan itu. Eh, maksudku ya! Aku merindukanmu tapi bukan karena itu aku ke sini. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan padamu, Mas," sahut Dea dengan wajah sendu.
Melihat ekspresi Dea saat itu, Julian sadar ada sesuatu yang tidak beres pada gadis itu. Ia menarik tangan Dea pelan kemudian membawanya ke tempat yang aman dan nyaman untuk mereka bicara.
"Kemarilah. Sebaiknya kita duduk di sana dan bicarakan semuanya," ucap Julian.
Setibanya di tempat itu, Julian segera mendudukkan Dea. Sementara ia duduk tepat di hadapan gadis itu. Julian mulai serius, ia menatap Dea lekat dan meminta gadis itu menjelaskannya.
"Sebenarnya apa yang terjadi padamu, Dea? Akhir-akhir ini aku perhatian, sepertinya kamu sedang memiliki masalah berat. Wajahmu selalu terlihat murung. Sebenarnya apa yang mengganggu pikiranmu, Dea? Apa ini ada hubungannya dengan hari pernikahan kita? Atau ada masalah lain? Tolong, katakan lah padaku," ucap Julian dengan wajah cemas.
Tepat di saat itu, Susi sudah tiba di sana. Dan dari kejauhan ia sudah dapat melihat dengan mata dan kepalanya sendiri, Julian tengah berbicara dengan serius bersama Dea.
"Wah, gawat! Sepertinya apa yang aku khawatirkan akan terjadi! Sepertinya gadis bodoh itu ingin mengakui semuanya!" gumam Susi dengan wajah panik.
Susi mempercepat langkahnya. Ia tidak ingin Dea melakukan hal yang ia anggap bodoh itu. Hal bodoh yang bisa menghancurkan pernikahan mereka.
"Tidak! Aku tida boleh membiarkan hal ini terjadi," gumamnya lagi.
Saat itu mata Dea kembali Berkaca-kaca. Bibirnya bahkan terlihat bergetar. Terlihat jelas kesedihan yang mendalam dari raut wajahnya saat itu. "Ya, Mas. Ini tentang hubungan kita. Aku rasa sebaiknya kita--"
Belum kelar Dea berucap, tiba-tiba Susi sudah berada di samping gadis itu dan langsung menyela ucapan Dea.
"Dea, apa yang kamu lakukan di sini, ha? Apa kamu tidak malu, menemui lelaki yang dua hari lagi akan menjadi suami sah-mu! Lihatlah, semua orang sedang menatapmu! Nanti kamu dibilang kecentilan lagi sama mereka! Ayo, sekarang kita pulang!"
Susi menarik paksa tangan Dea dan mencoba ingin membawa gadis itu kembali ke kediaman mereka. Namun, Dea terus menolak. Ia bersikeras ingin mengatakan yang sebenarnya kepada Julian soal kejadian naas di malam itu. Malam naas di mana Dea harus kehilangan kesuciannya.
"Lepaskan tanganku, Kak Susi! Aku harus mengatakan yang sebenarnya kepada Julian sebelum semuanya terlambat!" ucap Dea sambil mencoba melepaskan genggaman erat tangan Susi.
"Ini sudah terlambat, Dea! Jika kamu mengatakan yang sebenarnya saat ini, kamu hanya akan membuat mereka mengalami kerugian yang sangat besar! Memangnya kamu dapat menggantikan semua uang yang sudah mereka keluarkan, ha?!" kesal Susi dengan setengah berbisik dan penuh dengan penekanan.
Susi terus berusaha menarik paksa tangan Dea dan membawanya menjauh dari tempat itu. Julian yang sudah terlanjur penasaran segera menyusul Dea dan Susi yang mulai menjauh dari posisinya. Ia pun melangkah dengan cepat dan kini ia berhasil meraih tangan Dea yang satunya.
"Lepaskan Dea, Mbak Susi! Biarkan dia mengatakan apa yang ingin dia katakan kepadaku!" titah Julian dengan tegas kepada wanita pemarah itu.
Namun, walaupun Julian sudah mengatakan hal itu dengan tegas, tetapi Susi tetap teguh pada pendiriannya. Ia tidak akan pernah membiarkan Dea mengatakan yang sebenarnya kepada Julian.
"Tidak ada yang penting, Julian! Beberapa hari ini Dea memang terlihat agak stress. Ia terlalu memikirkan masalah pernikahan kalian. Ia sudah tidak sabar ingin pernikahan ini segera dilaksanakan," tutur Susi, masih berjuang membawa Dea agar pulang bersamanya.
Mendengar penjelasan dari Susi, Julian pun tersenyum. Entah mengapa tiba-tiba saja Julian percaya dengan ucapan yang keluar dari bibir Susi barusan. Sementara Dea masih berusaha melepaskan genggaman tangan kakak iparnya tersebut dari tangannya.
"Bukan itu, Julian! Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dan itu sangatlah pent-- eum!"
Susi membekap mulut Dea dengan sangat erat bahkan hingga Dea kesulitan bernapas. Ia terus menarik paksa tangan gadis itu hingga menjauh dari tempat itu. Sementara Julian hanya bisa terbengong-bengong melihat Susi mengajak Dea pulang dengan paksa.
"Dea!" Baru saja Julian ingin melangkah, kembali menyusul Susi dan Dea, tiba-tiba salah seorang saudara sepupunya memanggil.
"Julian! Sini, kami butuh bantuanmu!" panggilnya, meminta bantuan Julian untuk mendirikan sebuah tenda di belakang rumahnya.
Julian menoleh ke arah lelaki itu kemudian mengangkat sebelah tangannya. "Baiklah, tunggu sebentar!" teriaknya.
Julian terpaksa mengurungkan niatnya untuk menyusul Dea dan Susi, walaupun sebenarnya ia sangat penasaran dengan apa yang ingin Dea katakan.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Amelia Syharlla
kok geregetan ya aku sama Susi similikiti 😡😡😡😡
2022-12-30
1
Emojje
sesak nafas bacanya wooiyyy... Menegangkan hahah
2022-12-23
1
Kendarsih Keken
jadi ikut bingung akoh nya
2022-09-27
2