Bab 11

Di saat Julian menciumnya, Dea hanya diam dan membiarkan lelaki itu melakukan keinginannya. Setelah puas menikmati bibir mungil milik Dea, Julian pun kembali tersenyum sambil menatap kedua bola mata nan indah milik gadis itu.

Namun, beberapa detik berikutnya, ekspresi wajah lelaki itu tiba-tiba berubah setelah menyadari ada sesuatu yang aneh di kedua sudut bibir Dea. Ia menyentuh sudut bibir Dea yang terlihat agak membiru tersebut dengan lembut dan hal itu membuat Dea memekik kesakitan.

"Aw!" Dea menepis tangan Julian.

"Ehm, maafkan aku." Julian tampak cemas kemudian kembali berkata.

"Sebenarnya apa yang terjadi padamu, Dea? Siapa yang sudah melakukan ini? Apa ini perbuatan Mbak Susi?" tanya Julian, sambil menatap lekat kedua netra gadis itu.

Dea menggeleng pelan. "Bu-bukan, Mas."

Alis Julian mengkerut. "Lalu siapa yang sudah berani melakukan hal ini kepadamu? Katakan padaku," lanjutnya.

Dea menundukkan kepala sembari menghembuskan napas berat. "Sebenarnya yang melakukan hal ini adalah Kak Herman. Dia kesal dan marah padaku karena aku sudah melakukan kesalahan," lirih Dea.

Julian terdiam sejenak. Ini pertama kalinya ia mendengar bahwa Herman melakukan kekerasan terhadap Dea. Padahal sebelumnya Julian tahu bahwa Herman tidak pernah berbuat kasar kepada adik perempuannya tersebut.

"Dea, apa ini ada hubungannya dengan malam itu? Jika itu benar, itu artinya ini semua adalah kesalahanku. Seharusnya aku tidak memintamu datang," lirih Julian sembari meraih wajah Dea yang tertunduk.

Dea sempat terdiam untuk beberapa saat. Tidak mungkin ia berkata jujur soal tragedi memilukan itu kepada Julian untuk saat ini. Bisa-bisa Susi mengamuk lagi kepadanya dan dengan sangat terpaksa Dea pun akhirnya memilih berbohong. Ia menganggukkan kepala tanpa berani membalas tatapan elang Julian.

"Ya, ini soal permintaanku kepada Kak Susi sore itu. Kak Susi tidak mengizinkan aku menemuimu. Namun, aku tetap bersikeras dan akhirnya Kak Herman pun ikut kesal kemudian refleks memukulku," sahut Dea bohong.

Julian menghela napas berat dan membawa gadis itu ke dalam pelukannya. "Maafkan aku, Dea. Seharusnya aku tidak meminta hal yang aneh-aneh kepadamu. Seandainya aku tidak memintamu menemuiku malam itu, mungkin kamu akan baik-baik saja," ucap Julian dengan penuh penyesalan.

"Ingin sekali rasanya pernikahan ini dipercepat, agar aku bisa membawamu pergi dari rumah yang seperti neraka itu. Kita akan bahagia di sini, Dea. Aku, kamu dan anak-anak kita nantinya. Tidak ada lagi Susi Si Pemarah, tidak ada lagi Virna Si Pengadu domba. Hanya kita dan masa depan kita," tutur Julian sambil mengelus lembut puncak kepala Dea yang kini bersandar di dada bidangnya.

Untuk sesaat Dea dapat melupakan beban beratnya. Pelukan hangat Julian saat itu membuatnya merasa aman dan nyaman. Dea ingin terus seperti itu, walaupun ia tahu hal itu rasanya sangat tidak mungkin.

Tak terasa, sore pun menjelang. Dea bersiap-siap kembali ke kediaman kakaknya. Sementara Julian berniat mengantarkan gadis itu kembali. Setelah membersihkan tubuhnya di kamar mandi yang baru ia bangun, Julian pun segera mengajak Dea untuk pergi bersamanya.

"Mari," ajak Julian sembari mengulurkan tangannya ke hadapan gadis itu.

Dea segera meraih tangan Julian kemudian mereka pun berjalan bersama sambil bergandengan tangan. Beberapa kali Julian melirik Dea yang tengah berjalan di sampingnya. Ia heran karena gadis itu terlihat berbeda dari biasanya. Jika biasanya Dea selalu tampak riang gembira, tetapi kali ini tidak. Gadis itu lebih banyak diam dan selalu terlihat murung.

"Dea, kamu beneran baik-baik saja, 'kan?" tanya Julian penuh selidik.

Pertanyaan Julian yang tiba-tiba membuat lamunan Dea buyar seketika. Ia menoleh ke arah lelaki itu, masih dengan tatapan sendunya. "Ya, aku baik-baik saja, Mas," sahut Dea lirih.

Julian tersenyum. "Syukurlah kalau begitu. Entah kenapa aku begitu mengkhawatirkan keadaanmu, Dea. Aku takut terjadi sesuatu padamu," balas Julian lagi.

Dea hanya bisa tersenyum getir kemudian kembali fokus pada langkahnya.

Setelah beberapa saat kemudian, mereka pun tiba di depan kediaman Susi dan Herman. Kebetulan saat itu Susi sedang berada di halaman rumahnya. Wanita itu terlihat sibuk mengangkat jemuran ikan-ikan kering miliknya.

"Selamat sore, Mbak," sapa Julian kepada Susi yang sempat melirik ke arahnya dengan ekspresi wajah malas.

"Bagaimana rumah kalian? Sudah rampung semua?" tanya Susi, berbasa-basi.

"Tinggal sedikit lagi, Mbak. Masih ada ruangan yang harus dirapikan sebelum kami menempatinya," jawab Julian dengan mantap.

Melihat Susi yang sibuk merapikan jemuran ikannya, Dea pun tidak tinggal diam. Ia segera menghampiri Susi dan membantunya memasukkan semua ikan-ikan tersebut ke dalam rumah mereka.

Setelah pekerjaannya ditangani oleh Dea, sekarang Susi berdiri di hadapan Julian sambil menatapnya lekat. Ia menyilangkan tangan di dada dengan tatapan serius menatap calon adik iparnya tersebut .

"Heh, Julian! Kenapa acara pernikahan kalian tidak dipercepat saja, sih? Dari pada seperti ini! Nanti tidak enak kelihatan para tetangga dan warga desa lainnya," ucap Susi.

Julian tersenyum tipis mendengar ucapan wanita itu. "Sebenarnya aku juga menginginkan hal itu, Mbak Susi. Tapi, mau bagaimana lagi? Semuanya sudah diatur, lagi pula pernikahan kami tinggal dua minggu lagi, 'kan?" sahut Julian.

Susi memutarkan bola matanya karena agi-lagi alasan Julian seperti itu. Susi merasa hidupnya tidak akan pernah tenang selama Dea dan Julian belum menikah. Selain untuk menutupi aib Dea, ia juga sudah bosan tinggal bersama gadis itu. Susi ingin Dea secepatnya hengkang dari rumah sederhananya itu.

Dea yang baru menyelesaikan pekerjaannya, kembali menghampiri Susi dan Julian yang masih berdiri di depan teras rumah Susi. Melihat Dea yang datang mendekat, Susi pun segera meminta Julian untuk pulang.

"Sebaiknya kamu segera pulang, Julian. Lagi pula ini sudah hampir gelap," ucap Susi sambil melirik Dea dengan wajah masam.

"Baiklah. Aku pamit dulu." Julian melirik Dea sambil tersenyum hangat dan ia pun segera pergi meninggalkan tempat itu dan kembali ke kediaman kedua orang tuanya.

Sepeninggal Julian, Susi mendorong tubuh Dea agar segera masuk ke rumahnya. "Aku sudah tidak sabar menunggu hari pernikahan kalian. Biar semuanya beres! Dan semoga saja tidak akan muncul masalah baru. Hih, amit-amit jabang bayi," celetuk Susi.

"Masalah baru? Maksud Kakak apa?" Dea tersentak kaget dan ia bingung apa maksud Susi berkata seperti itu kepadanya.

"Ya, aku harap kamu tidak akan hamil anak lelaki bajungan itu. Bisa saja 'kan hal itu terjadi. Apa kamu tidak pernah dengar berita yang sering terlihat di televisi? Seorang gadis hamil setelah diperkosa," jawab Susi dengan gamblang tanpa memikirkan bagaimana perasaan Dea saat itu.

"Kakak! Kenapa Kakak bicara seperti itu?" Mata Dea berkaca-kaca dan hatinya seakan kembali diobrak-abrik.

"Heh, aku 'kan hanya mengingatkanmu, dasar gadis bodoh! Bukan berarti aku mendoakanmu hal yang tidak-tidak," gerutu Susi.

...***...

Terpopuler

Comments

perjuangan ✅

perjuangan ✅

dasar ipar laknut mulut nya pedes betul...KLO km tahu anak yg lahir itu anak konglomerat,, baru tahu km Susi..

2022-11-29

0

Sarini Sadjam

Sarini Sadjam

susi similikiti pengen gw bebek aja mulut nya

2022-10-13

2

Kendarsih Keken

Kendarsih Keken

si Susi mulut nya minta di kruwesss 😠😠😠

2022-09-26

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Jerat Hasrat Pangeran Gaib
139 Promo Karya 'Ternoda Sebelum Akad'
140 Promo Karya 'Jerat Asmara Sang Mafia'
141 Promo Karya 'Terjerat Cinta Pria Dingin'
142 Promo Karya 'Still Love You'
143 Promo Karya 'The Gray Autumn'
144 Derit Ranjang Adik Angkat
145 Simpanan Janda Kaya
146 Gadis Kaki Palsu
Episodes

Updated 146 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Jerat Hasrat Pangeran Gaib
139
Promo Karya 'Ternoda Sebelum Akad'
140
Promo Karya 'Jerat Asmara Sang Mafia'
141
Promo Karya 'Terjerat Cinta Pria Dingin'
142
Promo Karya 'Still Love You'
143
Promo Karya 'The Gray Autumn'
144
Derit Ranjang Adik Angkat
145
Simpanan Janda Kaya
146
Gadis Kaki Palsu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!