Benih Sang Pewaris
Sebuah mobil sport mewah tengah melaju di sebuah perkampungan dan kini menjadi perhatian warga sekitar. Mobil mewah berharga milyaran itu dikemudikan oleh seorang laki-laki tampan bersama dua sahabatnya.
Tampak beberapa orang anak-anak desa berlarian, mengikuti pergerakan mobil tersebut dari belakang. Bocah-bocah itu tampak senang, terlihat dari gelak tawa yang terus meluncur dari bibir-bibir mungil mereka.
Di dalam mobil.
"Sebenarnya kita mau ke mana, Al? Apa kamu tidak tahu bahwa saat ini badanku rasanya remuk semua," keluh Ervan kepada sahabatnya yang bernama Alfa Alexander Graham (29 tahun), yang merupakan seorang pewaris tunggal dari sebuah perusahaan manufaktur besar, Algra Grub.
"Sebentar lagi kita akan tiba dan aku yakin kalian semua akan senang setelah melihat keindahan tempat itu," jawab Alfa sambil terus fokus pada kemudinya.
Arman yang juga sudah merasa kelelahan, memutarkan bola matanya. "Halah, sejak tadi kamu selalu bilang begitu. Buktinya, sudah lebih dari satu jam kita berada di sini, tempat yang kamu maksud bahkan belum terlihat sedikit pun."
Alfa tersenyum miring setelah mendengar keluhan kedua sahabatnya itu. "Oh ya, kalian tidak lupa 'kan, membawa minuman itu? Karena kita akan berpesta malam ini!" tanya Alfa sembari melirik Arman dari kaca spion mobilnya.
"Tentu saja, tidak! Bagaimana kita bisa melupakan yang satu ini, ha? Ini 'kan minuman wajib kita," ucap Arman sambil menenteng sebuah minuman memabukkan yang tidak pernah absen menemani ketiga sahabat itu ke manapun mereka pergi.
Alfa dan Ervan pun tersenyum puas melihat benda tersebut dan rencananya mereka akan berpesta di tempat yang akan mereka tuju pada malam ini.
Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya mobil yang dikemudikan oleh Alfa pun tiba di tempat tersebut. Sebuah pantai yang belum terjamah dan benar-benar masih alami.
Alfa memarkirkan mobilnya sambil tersenyum puas. Ia kembali melirik Arman dan Ervan sambil mengangkat kedua alisnya. "Kita sudah sampai. Bagaimana menurut kalian?"
"Wah, kamu benar, Al! Tempat ini benar-benar sangat indah! Ngomong-ngomong, siapa yang sudah memberitahumu soal tempat ini?" tanya Ervan yang tidak hentinya berdecak kagum melihat keindahan di tempat tersebut.
Alfa yang baru saja selesai mengamankan mobil mewahnya tersebut, segera keluar dan berdiri tepat di samping pintu mobil. Tak mau ketinggalan, Ervan dan Arman pun bergegas menyusul Alfa kemudian berdiri di samping lelaki itu.
"Tepat di saat aku tahu bahwa Cecilia sudah mengkhianatiku. Apa kalian tahu, aku menghabiskan waktuku di tempat ini dan sedikit demi sedikit rasa sakit yang aku rasakan saat itu berkurang. Dan ada satu hal lagi yang harus kalian tahu tentang desa ini," tutur Alfa dan kemudian menatap kedua wajah sahabatnya itu secara bergantian.
"Apa itu?" Ervan dan Arman saling lempar pandang untuk sejenak kemudian kembali fokus pada sahabatnya itu.
"Gadis-gadis di desa ini cantik-cantik. Aku bisa pastikan kepada kalian berdua bahwa mereka jauh lebih cantik daril gadis-gadis di perkotaan," lanjut Alfa dengan sangat antusias.
Arman menggeleng pelan. "Ah, tidak mungkin!" elak Arman. "Aku tidak percaya. Mana mungkin mereka lebih cantik dibandingkan dengan cewek-cewek di kota. Mungkin matamu kebalik, Al," lanjutnya lagi, sambil mencebikkan bibir.
Alfa mengangkat kedua bahunya. "Ya, sudah jika tidak percaya. Tapi awas, aku tidak ingin bertanggung jawab jika nanti kalian bakal terpincut pada salah satu gadis di desa ini."
Arman dan Ervan tergelak setelah mendengar jawaban dari Alfa. Mereka masih menganggap ocehan Alfa barusan hanyalah bercandaan semata.
Alfa mencebikkan bibirnya kemudian melenggang pergi dengan membawa tenda serta peralatan lainnya untuk mereka gunakan pada nanti malam.
Arman dan Ervan mengikuti langkah Alfa kemudian membantunya memasang sebuah tenda untuk tempat peristirahatan mereka. Yang terletak tak jauh dari tempat Alfa memarkirkan mobilnya.
Tak terasa malam pun tiba.
Benar saja, ketiga lelaki itu tengah asik menikmati keindahan malam di pinggir pantai tersebut sambil meminum minuman memabukkan yang sudah mereka persiapkan sebelumnya.
Terdengar pekikan suara tawa mereka di sela bunyi nada gitar yang kini sedang dipetik oleh Alfa. Selain itu, nyanyian dengan nada sumbang juga keluar dari bibir Arman yang tengah duduk di samping Alfa.
Sementara Ervan terlihat asik dengan ponsel yang sejak tadi terus menempel di tangannya. Lelaki itu terlihat sedang mengelus sesuatu yang mengeras di dalam celananya tersebut. Menyadari hal itu, Arman menyenggol Alfa yang masih asik bermain dengan gitarnya.
"Heh, Al. Coba kamu lihat itu!"
Alfa sontak menoleh dan kini matanya tertuju pada tangan Ervan yang masih mengelus benda sensitifnya sambil terus menatap layar ponsel tanpa berkedip sedikit pun.
"Apa yang sedang kamu lakukan, Ervan!" tegur Alfa sambil tertawa renyah. Sementara Arman segera bangkit dari posisinya kemudian duduk di samping Ervan.
"Apaan sih itu?" Arman menengok ke layar ponsel milik Ervan dan setelah tahu apa yang sedang di tonton oleh lelaki itu, Arman pun ikut tergelak.
"Ya ampun, Ervan! Kenapa kamu tidak mengajakku!" ucapnya sembari meraih ponsel tersebut dan menunjukkannya kepada Alfa.
Alfa membuatkan matanya dengan sempurna. "Gawat kamu, Ervan! Di sini tidak ada cewek yang bisa menyalurkan hasratmu, tau!"
Ervan yang masih saja mengelus area sensitifnya yang terbungkus celana jeans berwarna biru malam tersebut, tertawa pelan. "Aku bisa melakukannya sendiri," jawab Ervan dengan gamblang.
"Ya ampun!" pekik Alfa dan Arman sambil tertawa renyah.
Bukannya menghentikan aksi mereka, ketiga lelaki itu semakin larut dalam acara tak senonoh mereka tersebut. Bahkan hingga waktu menunjukkan pukul 02.00 pagi, ketiga sahabat itu masih belum juga menghentikan aksinya.
Malah sebaliknya, ketiga sahabat itu mulai mabuk dan berceloteh tanpa tahu apa yang mereka perbincangkan saat itu. Di tengah-tengah percakapan aneh mereka, tiba-tiba mata Alfa tertuju pada seseorang yang sedang berjalan di tepi pantai.
"Hei, apa aku tidak salah lihat? Ada seorang gadis yang sedang berjalan di pagi-pagi buta seperti ini," ucap Alfa sambil menunjuk ke arah seseorang yang berjalan semakin mendekat ke arah mereka.
Arman dan Ervan pun segera menoleh ke arah yang ditunjukkan oleh Alfa. Dan ternyata mereka pun melihat sosok wanita tersebut. Terlihat jelas dari rok yang sedang dikenakan olehnya melambai-lambai tertiup angin pantai.
"Kamu benar. Apa menurutmu wanita itu wanita sungguhan?" tanya Ervan yang masih terlihat berhasrat.
"Sepertinya, ya! Memangnya kenapa? Apa kamu ingin melepaskannya bersama wanita itu?" Pertanyaan gila yang tiba-tiba saja keluar dari bibir Arman.
Ternyata bukan hanya Ervan yang saat itu membutuhkan pelepasan, tetapi Alfa dan Arman pun sama. Mereka sama-sama terpengaruh oleh video tak senonoh yang mereka tonton sebelumnya.
"Sepertinya, ya!" sahut Ervan sambil menyeringai menatap kedua sahabatnya itu secara bergantian.
"Bagaimana kalau kita kerjain saja wanita itu?" ucap Alfa kemudian.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Juniva Miykha
ada visual
2024-05-22
0
MutiaMamu mutiamamu
ya cntkn gadis desa ygg MSI punya attitude nya d bndng gds Dkota🙏 nmnya juga cerita
2023-03-25
1
Nurhayati Nia
aku hadirr thorr di karyamu
2023-03-21
0