"Turunkan aku! Turunkan!!!"
Teriakan keras Devana tak Georgino hiraukan.
Ia terus memanggul tubuh istri kontraknya itu meskipun tubuh mungil Devana bergerak kesana kemari dengan kedua tangan memukul bahu Georgino kencang.
Greg.
"Aaauww!!! Sh*iiit!!!" teriak Gege kesakitan.
Devana menggigit pundaknya dengan gigi runcingnya. Tetapi kekuatan Gege tak bisa dikalahkan oleh Devana yang tak ada seperempatnya itu.
Gege berhasil membopong Devana sampai kamar tidur mereka dan membantingnya di atas ranjang.
Tubuh Devana nyaris terpental sampai ke ujung dinding tembok ranjang yang pojok.
"Apa maumu, baj*ngan?!? Hik hiks..."
"Deva! Jangan buat masalah!"
"Kau yang buat masalah! Aku hanya ingin pergi dari istana ini dengan putraku Ericko! Hik hik hiks..."
Gege mendekat. Ia berusaha merengkuh tubuh Deva, namun tidak semudah yang ia kira.
Plak
Devana menampar pipinya sampai merah.
"Jangan sentuh aku!!!" hardik Deva.
"Deva...! Maaf! Maaf, please..."
Gege berusaha menekan egonya. Matanya menatap Devana dengan sayu. Pancarannya meredup seolah memohon untuk Deva meredam kemarahannya.
"Kau khan benci iler putraku! Mau apa kamu menggendongku dan minta maaf segala!? Biarkan aku dan Ericko pergi dari sini!"
"Maaf, Deva! Kenapa kita jadi ribut hanya karena masalah iler Ericko? Itu sangat kekanak-kanakan!"
"Kamu yang kekanak-kanakan! Kamu yang egois! Jahat, tak punya perasaan! Aku benci kamu! Aku benci kamuuu!!! Hik hik hiks..."
"Maaf, Deva! Maafkan aku! Itu spontanitas... bukan karena aku benci Ericko, bukan Dev! Aku..., aku hanya tak suka pada apapun itu yang membuatku bergidik ngeri!"
"Iler bayi buat kau bergidik ngeri? Ya Tuhaaan!!! Gila!!!"
"Ya, ya. Memang aku gila! Itu kenyataannya!"
"Aku gak mau tinggal lebih lama dengan pria gila sepertimu!!!"
Gerebug, gerebug...
Terdengar suara kasak-kusuk dari balik pintu kamar Georgino.
"Ssttt..., Kakek! Jangan dorong-dorong kursi rodaku sampai mentok pintu!!! Nanti mereka dengar kalau kita mengintip keributan mereka seperti bocil begini!"
Samar-samar suara Widia berbisik pada sang Suami di balik pintu kamar Gege membuat pasangan muda yang sedang bertengkar itu langsung terdiam.
"See? Kakek Nenekku sampai berlaku seperti itu! Mengintip kita yang sudah buat kegaduhan!" bisik Gege pada Devana.
Devana hanya membisu. Diusapnya sisa-sisa air mata walau kini tanpa suara.
Tiba-tiba rasa malu menyeruak di hatinya. Bagaimana nanti ia harus menunjukkan wajah dihadapan mereka semua. Bahkan sampai ada adegan bopong-bopongan setelah kejar mengejar. Hiks...
Devana kini menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya yang agak basah.
"Hihihi... malu ya?" ledek Gege membuat emosi Deva kembali mencuat.
Dicucuknya punggung tangan Gege dengan capitan kuku dari jari telunjuk dan jempolnya yang lumayan runcing.
"Aduh! Neneeek...! Deva niiih KDRT sama Gegeee!!!"
"Ish, apaan sih?!?"
Deva langsung menyergap Gege dan menutup mulut pria itu cepat-cepat.
"Nuneeeef...Devvef niief! Nuakkaaalf!!"
"Ish, ish! Kakak, kenapa teriak-teriak?!"
Kini Deva benar-benar menubruk tubuh Gege hingga terpelanting jatuh dengan posisi terlentang sementara Deva duduk di atas pangkal pahanya.
Maaak, Gusti!!!
Devana tersentak. Ia langsung bangun dengan wajah memerah seperti udang rebus.
Sementara Gege yang sebenarnya tak kalah gugup dari Deva hanya pura-pura mengomentari tangan dan bahunya yang kesakitan.
"Aduh! Kayaknya berdarah nih bahuku!" katanya membuat Deva mendengus sambil menjawab, "Ish, manja lebay!"
Ia segera berdiri, menetralisir rasa yang ada dihatinya. Lalu mencoba memalingkan wajahnya yang bersemu setelah matanya tertuju pada sesuatu yang besar dari balik celana hem milik Georgino.
Hiks...
"Devana...! Aku minta maaf, karena kata-kataku barusan memang tidak sepantasnya kulontarkan! Maaf ya? Tolong..."
Suara lembut Gege terdengar lirih di telinga Devana, meluluhkan amarah yang tadi begitu besar dan menggumpal dihati. Kini seperti mencair kemudian larut bersama sentuhan lembut jemari Gege yang tiba-tiba berdiri tepat di belakangnya.
Berbeda dengan debaran yang Deva rasa, rupanya ucapan Gege sengaja dilemahkan dan penuh dengan drama. Ia masih bisa merasakan kalau Kakek Neneknya masih menguping di balik pintu. Sampai...
"Ayo, ayo...! Jangan terlalu lama nguping dan mengintip! Nanti aku jadi terpancing, Widia!" bisik Gunawan sembari mendorong kursi roda istrinya perlahan. Mereka berlalu dengan langkah pelan, meninggalkan kamar Georgino, masuk kamar mereka sendiri.
💌TO BE CONTINUE
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
gara2 iler ribut2 gitu.
2022-09-13
0
ẅ͜͡üɭäN⃟●⃝ғғ♕︎٭ཽ࿐🐊
astaga aku ngakak sama kelakuan Devana 🤣🤣🤣
2022-09-13
1
🍁𝕬𝖓𝖉𝖎𝖓𝖎•𖣤᭄æ⃝᷍𝖒❣️HIAT
sesuatu apa dev 😗
2022-09-13
0