Part 5 - Misi Pertama

Pagi hari pun tiba, saya membawa kereta kuda baru saya dan menaruh barang belanjaanku disana.

Kebanyakan adalah bahan makanan untuk bertahan sekitar satu bulan.

Sepertinnya tidak terlalu banyak memakan ruang penyimpanan.

Dan tidak lupa saya sudah membeli seekor kuda tambahan yang paling murah di pasar kota, bahkan aku saja tidak menyangka ada yang semurah ini, sekitar setengah dari harga rata-rata.

Jika dihitung-hitung, semuannya seharga 20 keping koin emas.

Aku sampai harus menjual kereta kuda lamaku untuk bisa mendapatkan kereta baru ini.

Yah, karena saya tidak memerlukan dua kereta sekaligus maka tanpa banyak pilihan aku langsung menukarnnya.

"Carla, apa kau sudah selesai dengan urusanmu?"

Aku menoleh ke belakang dan menemukan Carla tengah duduk sambil menggangukan kepala.

Sepertinnya kita bisa berangkat sekarang.

"Tu-tunggu!"

Ah? Ada apa lagi?

Saya melihat, seorang pria berlari menghampiriku dengan membawa sebuah kotak kayu berukuran agak besar tepat saat kami akan berangkat.

Dilihat dari penampilannya, dia mirip seperti seorang prajurit terlatih, mungkin dia berasal dari serikat petualang.

Secara reflek aku memberhentikan kereta untuk memulai pembicaraan.

"Ada apa?"

"Aku sedang membutuhkan bantuan anda! Bisakah anda mengantarkan barang ini ke desa yang ada di peta!"

Pria itu memberikan selembar kertas berisikan peta wilayah sekitar termasuk lokasi sebuah desa yang berada tidak jauh dari kota Tulha.

Saya mengambilnnya serta membiarkannya untuk beristirahat sejenak karena sepertinnya dia membutuhkannya.

"Terima kasih, bisakah saya mendapatkan jawaban sekarang?"

"Kenapa kau terburu-buru? Bukankah ini hanya soal mengirimkan barang?"

"Tidak, ini lebih dari itu. Ada seseorang yang membutuhkan ini untuk membuat ramuan! Aku tidak mengetahui alasannya, tapi dari informasi, itu mempertaruhkan nyawa banyak orang!"

Kedengarannya sangat serius.

Saya sampai mengerutkan dahi begitu mendengar tentang ramuan, apakah ada seorang penyihir di desa itu? Dan, apa maksudnnya mempertaruhkan nyawa banyak orang?

"Aku menyarankan agar kau tidak menolaknnya, sepertinnya dia memang serius membutuhkan bantuanmu ..." Drag membisikan itu di samping telingaku.

Aku memikirkannya sekali lagi, memang tidak ada ruginnya saya menerima permintaannya mengingat tujuan perjalanan kami memang akan melewati desa itu.

"Berapa banyak kau akan membayarku?"

"Saya memiliki lima ratus koin tembaga. Apakah ini cukup?" Pria itu menunjukan sebuah kantong kulit.

Itu lebih murah dari yang aku perkirakan, lagipula ini hanya sekedar mengirimkan barang.

"Sepakat. Kau sudah bisa menaruh barang itu dibelakang sekarang."

"Terimakasih!"

***

Gerbang kota terbuka setelah seorang penjaga membolehkan kami untuk keluar.

Cukup dengan membayar 2 koin tembaga, setidaknnya mereka tidak akan mencegahmu untuk pergi.

Saya sampai lupa bahwa setiap kota memiliki peraturannnya masing-masing.

Prajurit bahkan sampai mengatakan akan menahanku atau yang lebih parah lagi akan menjadikanku sebagai budak jika tidak mampu membayarnnya.

Saya kembali teringat akan Game yang pernah kumainkan.

Apakah sekarang tuan putri baik-baik saja?

Saya sedikit penasaran dengan keadaannya. Maksudku, memang di dalam cerita game saya akan bertemu dengannya tapi aku tidak mendapatkan kesempatan mengingat jalan cerita sudah menyimpang dari arah yang seharusnnya terjadi.

Saya menepis pikiran untuk mencari sang putri dan mencoba untuk menemukan cara agar bisa secepatnnya mendapatkan penghasilan tetap di dunia ini.

Sepertinnya akan membutuhkan banyak kerja keras.

"Louis, kita hampir sampai. Apakah aku akan tetap bersembunyi menghindari penduduk?"

"Setidaknnya sampai kita bisa menemukan tempat yang lebih sunyi. Aku tidak ingin repot menjadi pusat perhatian disana ... Kau mengerti bukan apa maksudku?"

Drag menggangukan kepala begitu selesai dengan urusannya, dia tidur di dalam kereta seperti bayi dan akan menunggu kami kembali setelah mengantarkan barang tersebut.

Betapa menggemaskannya naga kecil ini saat tidur!

"Tuan! Lihat!" Carla tiba-tiba menunjuk ke satu arah.

Saya memberhentikan kereta tepat setelah sebuah pagar kayu menghalangi jalan kami.

Dilihat dari cara pembuatannya, sepertinnya ini adalah desa yang dimaksud.

Desa ini termasuk sangat unik bagiku, lokasi permukiman penduduk terletak di tengah-tengah benteng kayu kokoh dan disekitarnnya dikelilingi sebuah sungai, mirip seperti sebuah pulau kecil di tengah lautan.

Aku sampai bingung bagaimana carannya untuk masuk ke dalam tanpa harus berenang.

"Carla, tolong jaga kereta selagi aku memeriksa keadaan!"

"Baik!" Carla mengangguk setuju.

Aku melompat turun untuk menemui penjaga yang mengawasi desa.

Namun ...

"Siapa kau?!"

Tepat sebelum kakiku melangkah lebih jauh, sekitar beberapa penduduk asli muncul dihadapanku sambil mengarahkan tombak ke leher.

Hei! Hei! Aku bukan orang jahat, bisakah kalian tidak sembarangan melakukan itu?!

Saya buru-buru menjelaskan tujuan kedatanganku ke desa dan memperlihatkan sebuah barang yang secara mengejutkan langsung membuat mereka memanggil seseorang dari balik pagar.

"Nenek tua, sepertinnya barangmu sudah sampai."

Nenek tua?

Aku terheran-heran mendengar penduduk yang memanggil seorang perempuan cantik yang terlihat berusia sekitar 20 tahunan dihadapanku.

Memang dari penampilan dia tampak lebih tua dariku.

Tapi yang paling membuatnnya menarik perhatian adalah memiliki postur tubuh indah diatas rata-rata kebanyakan gadis di desa tersebut, dan jika diperhatikan lebih detail lagi, dia terlihat seperti sengaja memamerkan bagian atas ... Ah, lupakan saja.

"Apakah anda yang akan menjadi pemilik barang ini?" Saya menunjuk sebuah kotak kayu di kereta.

"Benar,  namaku Rafiel, seorang penyihir di desa Ritress. Sepertinnya anda tidak disambut dengan baik. Apakah saya perlu memberikan mereka pelajaran?"

Wanita bernama Rafiel melirik pada penduduk yang tertangkap basah telah menyulitkanku dengan senyuman manisnnya.

Aku bahkan sampai melihat tubuh salah satu pria bergetar karenannya.

"Sebaiknnya nona tidak melakukannya, saya menggangap semua ini wajar ..." aku tepat waktu mengatakannya, Rafiel sudah hampir memukul salah satu warga.

"Ah, ternyata tuan ini selain memiliki rasa belas kasihan juga pandai memikat wanita dengan perkataannya, bagaimana jika kita berbincang sebentar sebelum anda melanjutkan perjalanan ..."

Apakah saya mengatakan hal yang salah?

Jantungku hampir copot saat melihat Rafiel sudah berada tepat dihadapanku dengan tangan menyentuh bagian dadaku, bahkan saya mulai merasakan ada sesuatu yang empuk menempel di bagian atas tubuhku.

Yang benar saja, aku bisa saja kehilangan akal sehatku karena hal ini!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!