Perjodohan

Nadeo memasuki rumah dengan wajah ceria. Sepertinya ia baru saja pulang bertemu dengan kekasihnya. Sang kekasih yang amat ia cintai. Wajah gembira, bibir bersiul tanda hati kegirangan bak mendapatkan hadiah tak terduga.

Bu Ningrat yang duduk di sofa di ruang tamu, memang sedang menunggu kepulangan anak laki-lakinya. Ya, Nadeo. Apalagi jikalau bukan ingin membahas masalah perjodohan yang sudah dikatakan minggu lalu.

Jikalau Nadeo belum menemukan pacar lain atau lebih jelasnya, perempuan baik-baik di mata Bu Ningrat, bukan seperti kekasihnya yang pernah terjerat kasus prostitusi, maka siap-siap Nadeo akan kembali ke era 60-an yang gentar akan jodoh menjodohkan.

"Nadeo sini kamu!"

"Iya Ma."

Nadeo yang tadinya ingin menaiki tangga dan menuju ke kamarnya, tapi tidak jadi. Ia segera mendekati mamanya yang ada di ruang tamu lalu duduk berhadapan.

"Ada apa Ma?" Tanya Nadeo lembut.

Nadeo yakin pasti mamanya ingin membicarakan hal penting padanya. Kalau tidak, tidak mungkin sudah hampir tengah malam masih menunggunya pulang.

"Gimana yang mama bilang minggu lalu, sudah dapat belum?" Tanya Bu Ningrat langsung tanpa basa-basi lagi.

"Yang mana ya Ma? Nadeo lupa, kan obrolan minggu lalu banyak." Balik tanya Nadeo.

Jujur, sebenarnya Nadeo juga tidak tahu kemana arah pembicaraan Mamanya. Karna memang banyak hal yang dibahas minggu lalu. Masalah tentang mall, di kampus, atau di rumah sakit. Tapi tidak dengan masalah perjodohan, Nadeo tidak sempat berfikir kesitu. Bahkan, Nadeo sudah lupa akan hal itu.

"Halah kamu ini sok-soan lupa." Lontar Bu Ningrat yang menganggap ucapan Nadeo hanya bercanda.

Bu Ningrat tidak tahu bahwa Nadeo benar-benar lupa tentang perjodohan yang dikatakannya minggu lalu. Padahal masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Nadeo tak terlalu menggubrisnya.

"Iya kan memang pembahasannya banyak Ma. Masalah mall kita yang sekarang bersaing dengan toko online atau keseharian Nadeo di kampus dan rumah sakit."

"Eh eh bukan itu. Ini masalah kamu, kamu udah dapat pacar belum?"

"Astaghfirullah Mama!" Seru Nadeo sambil menepuk jidat. Nadeo tidak habis fikir, rupanya Mamanya benar benar serius ingin mencarikannya pasangan hidup. "Ya ampun Nadeo pikir apaan."

"Apaan gimana? Kamu kok nyepelein. Denger, kamu itu udah dewasa, udah mau tiga puluh tahun, bukan ABG lagi yang masih bisa menghabiskan masa pacaran, jalan sana jalan sini." Cletuk Bu Ningrat panjang lebar, "Kalau bukan sekarang, kapan kamu mau ngasih Mama menantu sama cucu? Mama ini udah bau kubur!" Tambah Bu Ningrat lagi, mengingatkan bahwa ia sudah tak lagi muda, usianya sudah mendekati 60, tapi belum juga bisa menimang cucu. Sedangkan ines kakaknya Nadeo, sudah menikah selama lima tahun, tapi belum juga dikaruniai buah hati. Harapan Bu Ningrat sekarang ada pada Nadeo.

"Mama jangan ngomong gitu dong!" Balas Nadeo.

"Lah terus, kamu dibilangin gak dengar. Kamu gak kasian apa sama mama, mama itu pengen sekali menimang cucu. Mbak ines mu juga belum juga isi, sekarang Mama berharap sama kamu. Mama pengen sebelum mama dijemput tuhan, mama bisa merasakan bagaimana rasanya punya cucu, seperti teman-teman mama yang lainnya." Terang bu Ningrat.

"Iya Ma, baru juga seminggu, mana mungkin bisa langsung dapat pengganti." Kilah Nadeo.

"Iya maka dari itu, Mama mau ngenalin kamu sama seseorang, yang pastinya baik bibit, bebet, bobotnya!" Ucap Bu Ningrat semangat.

"Siapa?" Tanya Nadeo penasaran.

"Pokoknya cantik dan soleh, gak lama lagi mareka kesini!"

"Terserah Mama deh!" Pasrah Nadeo. Lagian tidak ada gunanya juga berdebat dengan Mamanya. "Tapi nadeo ada syarat ma!"

"Apa?" Tanya Bu Ningrat antusias.

"Nadeo gak mau ada resepsi, gak mau ada tamu, cuma akad aja. Dan dilakukan secara tertutup!"

Bu ningrat tampak berpikir sejenak, lalu ia tersenyum "Gak masalah, yang penting kamu mau."

"Oke, nadeo ke kamar dulu." Pamit Nadeo seraya bangun dan beranjak menuju kamar.

Sebenarnya Nadeo ingin sekali menolak perjodohan ini, tapi Nadeo tidak berdaya. Nadeo sangat sayang pada Mamanya, apalagi Mamanya mengidap penyakit jantung. Sungguh sangat sulit menolak permintaannya. Padahal ingin sekali Nadeo membawa sang kekasih sebagai calon istrinya.

...****************...

Langkah kaki jenjang seorang perempuan cantik nan ranum berhenti di meja nomor delapan. Tujuannya telah sampai kepada sang kekasih. Diiringi senyuman manisnya, perempuan yang punya lesung pipi dan gigi gingsulnya menarik sebuah kursi dan mendudukinya, tepat di hadapan sang kekasih.

"Udah nunggu lama ya Mas?" Tanya perempuan itu ramah tanpa berhenti tersenyum.

Raya. Iya, Raya. Pujaan hati Nadeo Arga Winata. Seorang perempuan yang berprofesi sebagai designer dan model, yang juga punya masa lalu kelam. Dan akan di pandang hina oleh siapapun yang mengenalnya di masa lalu.

Mungkin hal itu tidak berlaku untuk Nadeo. Walau Nadeo sudah tahu tentang masa lalu Raya, tapi tak sekalipun rasa cintanya berkurang. Malah yang ada rasa cintanya semakin menggebu-gebu karna rasa nyaman yang diberikan oleh Raya.

"Enggak kok sayang." Jawab Nadeo sambil membalas senyum sang kekasih. Senyum yang paling manis dan tulus.

"Udah pesan makanan Mas?"

"Udah. Aku tadi pesan dimsum udang 2 sama lemon tea" Nadeo memang sudah hafal dengan makanan kesukaan sang kekasih.

"Tau aja aku lagi pengen dimsum."

Tak berselang lama, pesanan mareka pun datang, dua dimsum udang dan dua gelas lemon tea ditaruh di atas meja oleh pelayan resto tersebut. Pelayan dengan baju seragam warna merah dan hitam dengan ramah mempersilahkan nadeo dan raya untuk mencicipi pesanan mareka.

"Silahkan Mbak, Mas!" Ucap sang pelayan ramah.

Pelayan itu menyunggingkan senyum lalu berpamitan pergi. Nadeo dan Raya pun mengambil sumpit untuk mencicipi dimsum udangnya.

"Kamu nyuruh aku kesini mau ngomong tentang apa Mas?" Tanya Raya seraya memasukkan dimsum ke dalam mulut.

"Udah makan dulu, abis itu baru aku ngomong." Jawab Nadeo.

Sebenarnya Nadeo tidak ingin apa yang akan diutarakan pada Raya, membuat nafsu makan Raya hilang. Karna tidak mungkin ada perempuan yang baik-baik saja ketika melihat orang yang dicintai menikah dengan orang lain.

"Udah ah mas, ngomong aja, bikin aku penasaran tau gak?" Desak Raya disela mengunyah makanan.

Nadeo diam sejenak. Menarik nafas, lalu menghembuskannya kembali. Berat!. Begitu berat rasanya mengatakan semua pada Raya.

"Aku mau dijodohi Ray." Lirih Nadeo.

Seketika dimsum yang ingin masuk ke dalam mulut Raya, ditaruh lagi. Dalam sekejap nafsu makan Raya hilang.

Sebenarnya Raya tidak kaget akan hal itu. Sebab Raya sendiri tahu, kalau Bu Ningrat tidak pernah suka padanya, lebih tepatnya dengan masa lalu yang dimiliki Raya. Raya tidak marah. Raya tahu semua ibu ingin yang terbaik untuk anaknya, tidak terkecuali Ibunya Nadeo.

Raya juga sadar diri, dengan masa lalunya yang kelam memang sangat sulit untuk diterima oleh keluarga laki-laki. Siapa pun itu. Karna sudah kodrat wanita, jika wanita dilihat dari masa lalunya, sedangkan laki-laki dilihat dari masa depannya.

Sakit!. Mungkin itulah kata yang tepat untuk mendeskripsikan perasaan Raya sekarang. Bertahun-tahun menjalin hubungan asmara, tapi tetap tidak bisa bersama disebabkan tidak adanya restu dari orang tua.

"Kamu terima kan Mas?" Tanya Raya lembut memastikan. "Aku udah bilang berapa kali sama kamu Mas, itu pasti yang terbaik untuk kamu. Semua orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya, enggak terkecuali Mama. Aku gak pantas Mas buat kamu!"

"Tapi yang aku mau kamu Ray." Ujar Nadeo dengan nada memelas.

"Mas, tolong jangan pikirin diri sendiri dulu. Jangan egois Mas. Mas Nadeo pikir dengan kita menentang restu orang tua, kita akan bahagia? Enggak mas!"

"Terus aku harus gimana Ray? Aku gak mau kehilangan kamu."

"Lupain aku Mas, apapun yang kita lakukan gak akan merubah kehendak Mama. udah bertahun-tahun Mas, menikahlah dengan pilihan Mama, aku yakin kamu akan bahagia Mas."

"No! Aku bahagianya sama kamu, aku gak mau kehilangan kamu, apapun yang terjadi." Nadeo tetap kekeh sama pendiriannya.

"Terus maunya Mas gimana?"

"Jangan tinggalin aku," Pinta Nadeo, "Tetap stay dengan aku. Aku janji akan lakuin apapun yang penting kita bisa bersama."

"Dengan cara?" tanya Raya Ragu.

"Apapun itu."

"Jangan gila Mas!"

"Aku gila, aku emang udah tergila-gila sama kamu!"

"Apapun yang mas lakukan, jangan sampai buat Mama kecewa dan sedih." Mohon Raya.

"Pasti!" Sahut Nadeo yakin, "Asal kamu gak akan berpaling dari aku. Kita akan menikah juga."

Sebenarnya Raya adalah perempuan lembut dan baik hati. Di saat seperti ini dia masih memikirkan perasan Bu Ningrat, yang jelas-jelas tidak menyukainya. yang merenggut kebahagiaanya. Padahal bisa saja ia menghasut Nadeo, untuk kawin lari. Tapi Raya masih punya perasaan.

Dan karna kesalahannya di masa lalu, membuat Raya harus menelan pil pahit sekarang. Pasalnya ibu dari orang yang ia cintai tidak menerimanya.

Raya melakukan semua itu bukan tanpa alasan, Raya yang saat itu bekerja di sebuah cafe, harus rela menjual diri kepada lelaki hidung belang untuk membiayai kuliahnya. Raya tidak tahu harus meminta kepada siapa, karna memang dia tidak punya siapa-siapa.

Gaji tempat Raya bekerja tidak cukup untuk membiayai kuliahnya, sedangkan Raya sangat berkeinginan menjadi designer profesional.

Walaupun mempunyai masa lalu yang pahit, tak membuat karir Raya hancur. malah sekarang Raya juga menekuni dunia permodelan. Mungkin ini adalah hasil dari kerja kerasnya. Karirnya sedang di puncak kesuksesan.

Terpopuler

Comments

da alfa

da alfa

terimakasih😁

2022-11-07

0

Fatmawatiiska Fatmawatiiska

Fatmawatiiska Fatmawatiiska

semangat ya kak 👍💪💪💪💪

2022-11-07

0

lihat semua
Episodes
1 Awal
2 Perjodohan
3 Tak Dapat Ditolak
4 Pertemuan
5 Menikah
6 Tega
7 Penolakan
8 Istri Kedua
9 Hancur
10 Melihat Kemesraan Mareka
11 3 Tahun Kemudian
12 Tentang Nabila
13 Tubuh Nabila
14 Pertunangan Cinthya
15 Pertengkaran Pertama
16 Bangkai yang tercium
17 Mama sakit
18 Sekamar berdua
19 Telpon dari bude
20 hinaan dari ipar
21 menolak tidur bersama
22 Nasehat dari pakde
23 Nadeo vs egy
24 Ultah nabila
25 Nadeo Cemburu
26 Mahkota Yang Terenggut
27 Nabila Sakit
28 Perubahan Nabila
29 Aku Bukan Lagi Gadis Perawan
30 Aku Menerima Kamu Apa Adanya
31 Ingin Berpisah
32 Pakde Sakit
33 Pertengkaran Raya Dan Nadeo
34 Noda Yang Ke Dua
35 Hamil
36 Perubahan
37 Kado Untuk Mama
38 Menjemput Istri
39 Tidur bersama
40 Bersama Suami
41 Masakan Suami
42 Kiriman Dari Mertua
43 Sikap Manis dan Pahit
44 Masihkah mencintaiku?
45 Semakin Manis
46 Musibah
47 Tuduhan
48 Tuduhan Dan Ancaman
49 Khawatir
50 Talak
51 Musibah lagi
52 Semua Pergi
53 Mencintai Nabila
54 Meminta Kesempatan
55 Permohonan Perceraian
56 Setuju Bercerai
57 Depresi
58 Menyesal
59 Kejujuran Yang Menyakitkan
60 Berjuang
61 Sekilas Tentang Nabila
62 Rival Datang
63 Nadeo VS Egy
64 Nadeo VS Egy Part 2
65 Kembali ke Jakarta
66 Sah Bercerai
67 Setelah Berpisah
68 Lamaran
69 Sesudah Iddah
70 Putri
71 Mawar Merah
72 Siapa Nabila?
73 Bersaing
74 Bertemu Masa Lalu
75 Kenyataan yang baru
76 Nabila VS Putri
77 Aksi selanjutnya
78 Cemburu?
79 Bertemu Calon Mertua
80 Penolakan
81 Menjauh
82 Nabila VS Putri Part 2
83 Perubahan Egy
84 Ancaman
85 Kemenangan musuh
86 Keresahan Egy
87 Sikap yang melukai
88 Akar masalah
89 Perjuangan Egy
90 Membujuk Bu Yura
91 Ditolak
92 Tawanan
93 Kedatangan Soegi
94 Nabila yang malang
95 Mencari Nabila
96 Nadeo Dewa Penyelamat
97 Terjebak
98 Dia Datang Lagi
99 Dewa penolong
100 Ajakan Menikah
101 Rahasia Yang Baru Terungkap
102 Rahasia Lagi?
103 Arah Yang Berbeda
104 Memohon
105 Gelap Mata
106 Dewa Penyelamat
107 Perhatian Dari Mareka
108 Permintaan Maaf
109 Lamaran?
110 Pertemuan
111 Memilih
112 Menuju Lembaran Baru
113 Malam Pertama Yang Kedua
114 Masa Lalu
115 Epilog
116 Extra Part
117 Novel Baru
118 Novel Baru
119 Menyapa Teman Kembali
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Awal
2
Perjodohan
3
Tak Dapat Ditolak
4
Pertemuan
5
Menikah
6
Tega
7
Penolakan
8
Istri Kedua
9
Hancur
10
Melihat Kemesraan Mareka
11
3 Tahun Kemudian
12
Tentang Nabila
13
Tubuh Nabila
14
Pertunangan Cinthya
15
Pertengkaran Pertama
16
Bangkai yang tercium
17
Mama sakit
18
Sekamar berdua
19
Telpon dari bude
20
hinaan dari ipar
21
menolak tidur bersama
22
Nasehat dari pakde
23
Nadeo vs egy
24
Ultah nabila
25
Nadeo Cemburu
26
Mahkota Yang Terenggut
27
Nabila Sakit
28
Perubahan Nabila
29
Aku Bukan Lagi Gadis Perawan
30
Aku Menerima Kamu Apa Adanya
31
Ingin Berpisah
32
Pakde Sakit
33
Pertengkaran Raya Dan Nadeo
34
Noda Yang Ke Dua
35
Hamil
36
Perubahan
37
Kado Untuk Mama
38
Menjemput Istri
39
Tidur bersama
40
Bersama Suami
41
Masakan Suami
42
Kiriman Dari Mertua
43
Sikap Manis dan Pahit
44
Masihkah mencintaiku?
45
Semakin Manis
46
Musibah
47
Tuduhan
48
Tuduhan Dan Ancaman
49
Khawatir
50
Talak
51
Musibah lagi
52
Semua Pergi
53
Mencintai Nabila
54
Meminta Kesempatan
55
Permohonan Perceraian
56
Setuju Bercerai
57
Depresi
58
Menyesal
59
Kejujuran Yang Menyakitkan
60
Berjuang
61
Sekilas Tentang Nabila
62
Rival Datang
63
Nadeo VS Egy
64
Nadeo VS Egy Part 2
65
Kembali ke Jakarta
66
Sah Bercerai
67
Setelah Berpisah
68
Lamaran
69
Sesudah Iddah
70
Putri
71
Mawar Merah
72
Siapa Nabila?
73
Bersaing
74
Bertemu Masa Lalu
75
Kenyataan yang baru
76
Nabila VS Putri
77
Aksi selanjutnya
78
Cemburu?
79
Bertemu Calon Mertua
80
Penolakan
81
Menjauh
82
Nabila VS Putri Part 2
83
Perubahan Egy
84
Ancaman
85
Kemenangan musuh
86
Keresahan Egy
87
Sikap yang melukai
88
Akar masalah
89
Perjuangan Egy
90
Membujuk Bu Yura
91
Ditolak
92
Tawanan
93
Kedatangan Soegi
94
Nabila yang malang
95
Mencari Nabila
96
Nadeo Dewa Penyelamat
97
Terjebak
98
Dia Datang Lagi
99
Dewa penolong
100
Ajakan Menikah
101
Rahasia Yang Baru Terungkap
102
Rahasia Lagi?
103
Arah Yang Berbeda
104
Memohon
105
Gelap Mata
106
Dewa Penyelamat
107
Perhatian Dari Mareka
108
Permintaan Maaf
109
Lamaran?
110
Pertemuan
111
Memilih
112
Menuju Lembaran Baru
113
Malam Pertama Yang Kedua
114
Masa Lalu
115
Epilog
116
Extra Part
117
Novel Baru
118
Novel Baru
119
Menyapa Teman Kembali

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!