Mayat pelayan tersebut segera di bawa ke lab untuk diperiksa. Arizawa, Zeldris dan Cezo mengambil alih untuk pemeriksaan nya.
"Lukanya parah sekali ya ampun" ucap Cezo.
"Luka ini.. dia sepertinya ditikam berkali kali di bagian jantung, sebentar akan ku periksa lebih teliti lagi" ucap Arizawa.
"Duh kenapa harus ada mayat segala sih, aku jadi takut" keluh Feria.
"Tenanglah dulu, bukan berarti kita adalah target selanjutnya" ucap Hosura.
Setelah beberapa menit di selidiki, Zeldris menemukan sesuatu.
"Ini.. parah sekali"
"Ada apa? aku barusan menemukan peluru di otaknya" ucap Arizawa.
"Seluruh darahnya.. mengental, seperti di gigit oleh ular. Setelah ku analisis lagi, si pembunuh ini menggunakan pisau dapur kita, tapi dia menambahkan racun pada bilahnya, sehingga dapat menyebar ke seluruh tubuh" jelas Zeldris.
"Namun jika itu racun yang dapat mengentalkan darah kenapa darahnya terus mengalir saat kita baru datang?" tanya Cezo.
"Soal itu aku tidak tahu, aku juga masih bingung soal ini" balas Zeldris.
"Luka di sekujur tubuh nya bekas hantaman si pembunuh, kira kira dia di pukul 4 kali di kepala, 6 kali di kaki, dan tulang lengannya hampir patah" ucap Arizawa.
"Kejam sekali ya.." ucap Aizo.
Lalu Arizawa, Zeldris dan Cezo keluar dari lab sambil membawa mayat yang sudah dibungkus, lalu Cezo berkata "Kita harus berhati hati, mulai sekarang kita akan bermalam secara berdekatan, kalau bisa 1 kamar 2 orang atau lebih."
"Pembunuhan misterius ini bisa saja akan terus menyerang kita, berhati hatilah"
"Baiklah, kalau perlu pasang lah jebakan beberapa" ucap Azashi.
"Jebakan? hmm boleh juga, akan kubuat replika anggota kita agar dia tertipu" ucap Arizawa.
Jam sudah menunjukan pukul 8 malam, semua anggota berkumpul di depan kamar Katsura.
"Baiklah kita sudah terbagi menjadi beberapa kelompok"
"Kamar Katsura:
• Katsura
• Aizo
• Raiha
Kamar Aizo:
• Homura
• Hosura
• Zeldris
Kamar Herald:
• Arizawa
• Cezo
• Feria
Kamar Zeldris:
• Yubino
• Yukichi
• Azashi "
"Mari kita lihat pergerakan musuh, aku sudah menyiapkan cctv yang banyak sekali, nah ayo masuk" jelas Arizawa.
"(MENGAPA AKU TIDAK SEKAMAR DENGAN KATSURA? MENGAPA HARUS RAIHA?? AHH AKU KESAL)" geram Feria dalam hati.
"Hei kamu seperti kesal, ada apa? apa karena kau tidak bisa sekamar dengan Katsura?" sindir Cezo.
"HAH? APA APAAN KAU" balas Feria.
"Iya iya tidak usah marah" ucap Cezo.
Sudah beberapa jam berlalu, akhirnya si "musuh" menunjukan jejaknya di dekat lab.
"Hei lihat kamera 3, dia masuk" ucap Arizawa.
Orang itu memakai jubah hitam, tidak terlihat apapun kecuali kakinya yang memakai celana panjang berwarna abu abu.
Orang itu lalu mulai mendekati si umpan untuk membunuhnya.
"Jika dia sudah membunuhnya kita akan langsung menyerbu dia, siap?" ucap Arizawa di telepon.
"Baiklah kami siap" balas Katsura.
...***Diatas Atap Markas Viper***...
"Baiklah.. mari kita lihat.." ucap seseorang.
...***Kembali Ke Situasi Viper***...
"Tahan dulu semuanya... sebentar lagi.." bisik Arizawa di telepon.
1...
2...
3...
*DORR
Umpan yang telah dibuat meledak dan mengeluarkan gas air mata.
"SEKARANG!!" teriak Arizawa.
Semua anggota Viper berlari ke arah tempat kejadian.
"KENA KAU PENYUSUP!" seru Azashi sambil berlari ke arah nya.
"Tunggu! jangan gegabah!" balas Cezo.
Si pelaku membawa pisau yang sudah dilumuri dengan racun, dia berniat menusukannya ke badan Azashi.
Azashi sigap langsung membelokan arah tusukannya ke kanan, dan mematahkan tangan si pelaku.
"AARGGHH SAKIT!!" teriak si pelaku.
*DUAARRR
Atap di belakang anggota Viper bolong dan terlihat pria berambut hijau dengan jubah hitamnya turun.
"SIAPA KAU?" teriak Yubino.
"BOS!! TOLONG AKU!!" teriak si pelaku.
"Bos? dia bosnya ya?" ucap Arizawa.
..."Dari yang teratas hingga terakhir, genggamlah percikan api ini selamanya!"...
...Ucap Yubino merapal mantra....
Rantai api yang panas diputar putar oleh Yubino.
"Ooh? pengguna sihir ya? tak kusangka ada yang lain" ucap pria berambut hijau.
"TUAN NICO! DIBELAKANGMU!" teriak si pelaku.
Rantai api Yubino hampir mengenai Nico, namun dia dapat mengindari nya, lalu dia mundur keatas sambil mengatakan
"Tempat ini terlalu sempit, benar begitu ikutilah aku.."
Yubino yang kesal menghantam atap atap dengan rantainya, dia memakai batu yang jatuh sebagai pijakan keatas.
Sampai diatas, Yubino siap siaga melemparkan rantainya lagi.
"Terlalu lambat.." ucap Nico yang tiba tiba berada di belakang Yubino.
"Apa? Sej-"
..."Sihir Petir : Ancaman Sang Dewa Gemuruh"...
Sihir itu membuat gelombang petir yang lumayan luas, dan Yubino terkena serangan telak dari jarak 1 meter saja.
"DIA MENGGUNAKAN SIHIR TANPA MENGUCAPKAN MANTRA?" teriak Katsura.
"Aku akan kesana!" ucap Katsura lagi.
"JANGAN! DIA BUKAN LAWAN YANG SEPADAN UNTUKMU!" balas Arizawa.
"Mending kita urusi bawahan dia saja dulu" ucap Cezo.
"BEGITU PULA DENGAN YUBINO! AKU TAK AKAN MEMBIARKAN TEMANKU MATI LAGI!" teriak Katsura.
"Heh mau berapapun jumlah kalian, kalian tidak akan bisa menandingi kekuatan tuan Nico." ucap si pelaku.
"Hei kau siapa namamu?" tanya Raiha sambil menodongkan pisau.
"E-E-EH-H NAMAKU KARMA" ucapnya.
"Warna rambutmu bagus juga ya, merah cerah, bisa kujadikan referensi" ucap Aizo.
Diatas atap terlihat Yubino yang hampir tumbang dengan tubuh yang hampir gosong.
"Aku tak akan menyerah..." ucapnya dengan lemah sekali.
"Payah.. ternyata masih amatiran" balas Nico.
Lalu Nico tertusuk oleh laser petir yang di buat oleh Yubino tepat di dada.
"Sialan.. Serangan terakhir ya? yah seperti itu juga akan mati sendiri, nikmati prosesnya ya"
Dibelakang Nico ada Katsura yang melompat dari bawah dan melemparkan bola bola api.
"Rasakan itu!" ucap Katsura, lalu dia membawa tubuh Yubino ke bawah.
"Lumayan juga seranganmu, siapa namamu?"
"Aku tak akan memberi tahu namaku pada orang sepertimu."
Katsura merapal mantra lagi yang berisikan
..."Wahai Badai yang tak kunjung berhenti, berkatilah aku anginmu!"...
"Harus merapal mantra? lemah sekali" ucap Nico yang berada didepan Katsura persis, saat dia menyerang Katsura dengan tangannya, tapi dia malah kembali mundur.
"Apa itu? sesaat aku merasakan waktu tubuhku dimundurkan"
Lalu Katsura melancarkan badai angin yang sangat kuat, bahkan mampu mencabut pohon dari akarnya, Nico dalam posisi bertahan sekuat tenaga bertahan agar tak terpental.
Katsura yang berada di belakang Nico menyerang dengan pedang api nya, membuat tubuh Nico terbakar.
"Lumayan.. namun tetap tak berefek padaku!" ucapnya sambil menghempaskan api yang ada di tubuhnya.
"Aku akan mencoba seperti dia.." ucap Katsura.
..."Sihir Petir : Ancaman Sang Dewa Gemuruh"...
Nico menunjukan ekspresi kaget serta siaga.
Serangan itu kena telak pada bagian depan tubuh Nico, membuatnya sedikit terbakar pada tangannya.
"Keparat.."
"Kau terlihat cocok dengan luka itu"
"Sialan kau!"
..."Sihir Api : Kebakaran Di Malam Gelap Gulita"...
Sihir itu membuat seperti dinding yang bergerak ke arah Katsura.
"Cepat sekali!"
..."Wahai air yang mengalir, alirkanlah amarah sucimu!"...
Katsura mencoba menahan dinding api itu dengan air yang deras, namun tetap tak bisa memadamkan api Nico yang teramat panas.
Pada Akhirnya Katsura terkena serangan api milik Nico.
"Berakhir sudah.. padahal kuharap kau menunjukan sihir waktumu" ucapnya lalu mengarahkan serangan bola listrik ke arah Katsura.
..."Sihir Petir : Pedang Suci Penebas Kejahatan"...
Nico yang lagi mengumpulkan energi tertusuk oleh Katsura dari arah belakang.
"B-Bagaimana bisa? u-ghooghh" ucapnya sambil memuntahkan darah.
"Aku memakai caramu, terimakasih telah menunjukannya"
Nico berlutut, namun dia masih menyimpan bola listrik yang dia isi energinya, lalu dia melemparkannya ke bawah dengan berkata
"RASAKANLAH SERANGAN INI, INGAT INI BELUM BERAKHIR, VIPER!"
Katsura yang shock langsung melompat kebelakang, namun tetap terkena jangkauan serangannya.
Serangan itu membuat ledakan yang tidak terlalu besar, namun suara dan cahaya yang dihasilkan sangat dahsyat.
Nico yang sudah ada di dibalik pepohonan berkata "Maaf Karma, aku tak bisa membantumu" sambil menutupi luka tusuk.
Ledakan petir itu membuat atap markas semakin bolong.
Katsura berteriak dari atas "Hei apakah kalian baik baik saja?"
"Ya kami baik baik saja, turunlah!" ucap Feria.
Katsura pun turun dan berkata "Biar aku yang menyembuhkan Yubino"
"Apakah kau bisa?" tanya Arizawa.
"Tentu, tapi aku tidak bisa menggunakan sihir waktuku dalam jangka tertentu, tadi sepertinya sihir waktu yang melindungi sekitar tubuhku hancur dilahap oleh api Nico" jelas Katsura.
..."Sihir Air : Mata Air Penyembuhan"...
Sihir itu membuat gelembung air yang menyelimuti tubuh Yubino dan mulai menyembuhkan luka gosongnya.
"Dah biarkan saja ini, mungkin dalam 3 hari akan sembuh, soal Nico dia pasti akan bersembunyi dulu setelah ku tikam di bagian perut, kita santai saja dulu" ucap Katsura.
"Baiklah kalau begitu" ucap Zeldris.
"T-TIDAK MUNGKIN KAN? TUAN NICO TERTUSUK? AKU HARUS PERGI" ucap Karma.
"Hei kau mau kemana, ikuti kami dulu" ucap Raiha sambil memegangi tangan Karma.
"(Oh jadi begini rasanya tangan wanita, halus sekali...)" ucapnya dalam hati.
"Hei tadi kau nangis nangis kenapa sekarang malah tersenyum?" tanya Homura.
"Kau tidak perlu tahu" balas Karma.
"Dah dah ayo ikuti kami ke ruang interogasi" ucap Arizawa sambil menyeret Karma.
"Atapnya bagaimana?" tanya Aizo.
"Biarkan saja, nanti akan ku perbaiki" ucap Yukichi.
Setelah pertempuran yang berlangsung sekitar 2 jam, mereka pergi ke tempat interogasi.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments