Zayyan tetap tidak percaya bahwa Beby bisa membuat gaun pengantin mereka. Ia tidak mempercayai kemampuan gadis itu. Gadis yang ia ketahui suka keluyuran tidak jelas tiba - tiba ingin membuat gaun pengantin.
Dan yang seramnya adalah gaun pengantin mereka pula. Setelah mereka dari butik mobil melaju menuju pusat pembelanjaan.
Mereka ingin melanjutkan mencari cincin pernikahan. Setelah sampai mereka melihat sesuai keinginan. Di sini pertengkaran mulai terjadi lagi karena terjadi perbedaan dalam pemilihan.
"Yang ini aja." ujar Beby menunjuk sebuah cincin yang ada permatanya.
"Itu meriah, bagusnya polos aja, simple tapi elegan." ujar Zayyan.
"Kakak ngajak Beby kesini ngapain? buat suruh Beby memilihkan? lagian yang pakai juga Beby." ujar Beby kesal sendiri dengan Zayyan.
"Masalahnya pasangannya aku nggak suka, lagian ini cuma sekali seumur hidup."
"Justru itu, makanya lelaki harus ngalah."
"Nggak bisa gitu, bisa - bisa di injak sama perempuan."
"Mana ada seperti itu, lelaki itu harus mengalah karena perempuan tidak pernah salah."
"Maaf mas dan mbak mungkin diskusinya di luar aja karena bisa mengganggu kenyamanan pengunjung lain." ucap salah satu pramuniaga toko emas dan berlian.
Karena kesal zayyan melangkahkan kakinya keluar dari toko tersebut. Beby semakin kesal karena zayyan tidak memilih satupun cincin di sana." Beby mengejar langkah kaki Zayyan.
"Kok nggak beli apa - apa sih?" tanyanya dengan Bete.
"kan nggak ada yang mau mengalah, jadi buat apa beli." jawab Zahyan cuek.
"Kamu egois."
"Sepertinya kamu tidak berminat untuk menikah dengan aku, buktinya kamu tidak mau memesan gaun dan tidak mau memesan cincin." ujar Zayyan.
"untuk gaun aku sudah buat dan untuk cincin kamu yang egois." jawab Beby.
"Oke sepertinya kita gagal menikah,belum apa-apa sudah bertengkar, gimana jika jadi menikah." ujar Zayyan dengan wajah datar.
"Kamu keterlaluan." ujar Beby berjalan masuk kedalam mobil.
Zayyan berjalan menuju mobil dengan bibir melengkung. Melihat Beby hampir menangis adalah sesuatu hal yang menyenangkan baginya.
Ketika sudah duduk di sebelah Beby, dia memasang wajah yang datar kembali. Ia pura - pura sibuk dengan ponselnya.
Melihat Zayyan yang sibuk dengan ponselnya membuat Beby semakin kecil hati. Dia hanya menatap ke sisi lain.
Beby semakin kesal karena mobil tidak berhenti di rumahnya. Ia tau bahwa mereka berhenti di sebuah kafe. Beby hanya diam tanpa menggerakkan badannya.
"Ayo turun." perintah Zayyan.
"Malas." jawab Beby.
"Ya sudah, selamat menahan lapar." ujar Zayyan turun dari mobil.
Zayyan berjalan tanpa melihat lagi ke belakang. Beby kesal sendiri saat wanita yang ada di kafe memandang Zayyan dengan mata terpana. Apalagi Zayyan tersenyum ke arah mereka.
"Nona yakin nggak turun? gimana nanti wanita - wanita itu bergabung di meja tuan, lalu kenalan." ucap pak sopir.
"Cik, benar - benar menyebalkan." ucap Beby dengan hati meronta turun dari mobil.
"Enak saja kenalan dengan kak Iyan, lewati Beby dulu." ujar Beby berjalan menuju tempat Zayyan.
Beby berjalan dengan elegan menuju meja Zayyan. Dia tidak ingin wanita - wanita centil bergabung dengan Zayyan.
Melihat Beby berjalan menujunya membuat bibir Zayyan sedikit melengkung. Prediksinya ternyata tepat. Zayyan memasang wajah datar kembali saat Beby semakin dekat.
"Maaf boleh bergabung mas?" tanya wanita yang duduk tidak jauh dari meja Zayyan.
"Maaf buk, dia calon suami saya dan saya tidak mengizinkan." jawab Beby lansung duduk di depan Zayyan.
"Eh saya ini masih 23 tahun ya, enak aja di panggil ibu." jawab wanita itu dengan kesal.
"Ops maaf saya salah, kirain udah janda anak satu." jawab Beby menutup mulutnya dengan tangan kanannya.
"Kamu." ucap wanita itu berdiri dengan marah.
"Maaf tolong jangan mengganggu selera makan saya, jika tidak saya akan panggil petugas keamanan."ucap Zayyan dengan dingin membuat wanita itu duduk karena ketakutan.
Melihat wanita itu ketakutan membuat Beby semakin senyum senang.
"Bisa nggak cari masalah nggak?" tanya Zayyan membuat senyum di wajah Beby menghilang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments