BAB 3

Ina terdiam mendengar ucapan adiknya. Ia akui ia pernah menjadi wanita yang bodoh saat itu. Dia tau itu semua kesalahannya. Akan tetapi kesalahan itu menjadi pelajaran berharga seumur hidupnya.

"Ina jangan dengarkan adik kamu." ucap mamanya menghibur anaknya yang nampak bersedih.

Bagi Feby yang terjadi biarlah terjadi. Saat ini tidak ada gunanya menyalakan anaknya. Ia fokus membantu anaknya bangkit dari keterpurukannya dan membantu anaknya membesarkan cucunya.

"Nggak apa-apa ma, ucapan Beby ada benarnya, nggak ada yang bisa di banggakan dari aku ma." ucap Ina berjalan menuju kamarnya.

"Beby ini mulutnya perlu di sumpal kayanya, nyakitin." ucap Feby kesal.

"Nah kamu juga jangan banding - bandingkan dia dengan Ina, setiap anak pasti berbeda." tegur Dion kepada Feby.

Ina menutup kamarnya dengan perlahan. Ia lihat anaknya sedang tertidur pulas. Anak ini wajahnya sangat mirip dengan sang ayah.

Pada awal kehamilannya, Ina sempat menolak kehadiran bayinya. Tapi kedua orang tuanya selalu menguatkannya.

Ian kembali mengingat pertama kalinya mengenal ayah anaknya.Lelaki yang menghamilinya lalu menolak untuk menikahinya.

**Flashback**

Suatu Abrina atau di sapa Ina sedang melihat - lihat buku di toko buku. Ia memang hobi mengoleksi buku - buku bacaan.

Ia melihat suasana toko buku tampak agak sepi. Ia berjalan fokus melihat - lihat buku.Ketika Abrina mengambil buku, tiba - tiba bukunya di ambil oleh seseorang. Ina dengan kesal menoleh kepada lelaki yang berdiri di sebelah kanannya. Lelaki itu nampak gagah, putih, tinggi dan cakep deh.

"Ini aku yang duluan." ucap Abrina.

"Tapi ini sudah di tangan aku, gimana dong?" ucap laki - laki itu.

"Tapi kan aku yang melirik duluan, bukunya cuma tinggal satu lagi." ucap Abrina kesal.

"Wah gimana dong, aku juga mau buku ini."!ucapnya juga agak kesal.

"Gimana kita bacanya gantian? atau bacanya barengan, kenalkan nama saya Raka." ucap lelaki itu mengenalkan dirinya. Dia terpikir sebuah ide secara tiba-tiba.

"Abrina."

"Jadi gimana?"tanya Raka.

"Ya udah silahkan kamu baca duluan, nanti aku pinjam ya." jawab Ina.

"Oke, sini ponsel kamu."

"Buat apa?"

"Mana tau nanti ada niat buat beli tanah sebelah rumah kamu."

"Apaan sih."jawab Ina masih belum mengerti.

"Habis pakai nanya segala sih, katanya mau baca buku ini gantian.

Abrina memberikan ponselnya ke lelaki yang ada di hadapannya. Laki - laki itu memasukkan nomornya ke ponsel Abrina lalu mencoba menelpon ke ponselnya sendiri.

"Itu nomor aku." ucap Raka sambil tersenyum.

Senyum Raka membuat Ina sedikit terpikat.

"Oke, nanti hubungi aku jika udah selesai baca." ucap Raka dengan bersemangat.

"Kamu,aku punya banyak buku motivasi, jika kamu mau nanti aku pinjamkan." ucapnya lagi.

"Kamu hobi baca buku juga?" tanya Abrina senang karena menemukan teman satu frekuensi.

"Iya, aku juga sering nongkrong di perpustakaan umum juga."

"Lain kali bolehlah kita pergi sama - sama." jawab Abrina antusias.

"Emang aku mau?"

Wajah Abrina lansung berubah ketika mendengar jawaban Raka. Raka lansung tertawa melihat perubahan wajah Abrina.

"Hahahahaha, aku hanya bercanda tau."

"Kamu ini." ucap Abrina mencubit tangan Raka dengan kesal.

"Sakit tau, masa baru kenal sudah kasih aku stempel kayak gini."

"Biarin aja, jahil sih."

"Tapi sukakan di jahilin." jawab Raka tertawa.

"Udah ah, aku mau pamit dulu ya, mau jumpa keluarga."

"Baik, mau aku antar?"

"Nggak usah,aku duluan ya."

Ina meninggalkan Raka yang berdiam diri di tempat. Tanpa Ina sadari senyum di wajah Raka berubah menjadi dingin. Dia menatap Ina dengan tatapan yang sulit di artikan?

**Ayo tebak siapa Raka ini? apa motif mendekati Ina?

Yuk berikan like, komen, vote dan dukungan sebanyak mungkin. Jangan lupa untuk ikuti akun author.

Terima kasih atas dukungan dan kunjungan pembaca semuanya, semoga rezekinya semudah jempol kalian memencet tombol like dan lainnya. Aamiin 😄🙏🌷**

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***