Menggenggam Rindu (Sebuah Penantian)
Safira Fadaei
Makna cinta yang sebenarnya adalah sikap memberikan cinta atau kasih sayang tanpa harapan. Seperti halnya aku, yang mencintainya tanpa syarat.
8 tahun yang lalu aku mencintainya begitu dalam dan sampai saat ini rasa cinta ini masih ada untuknya.
Dan dia pun mencintaiku. Berharap jika kami akan bersatu dan bahagia bersama setelah banyaknya cobaan yang menghalangi kisah cinta kita akan tetapi semua itu harus kandas.
Sikapnya berubah, bahkan dia membatalkan rencana pernikahan kita yang sudah tersusun rapi tanpa alasan yang jelas.
...***...
"Mau sampai kapan kamu seperti ini, Fir?" tanya Raya, ketika melihat putrinya enggan beranjak dari atas tempat tidur.
"Wake up!" Raya menarik selimut yang menutupi seluruh tubuh putrinya.
"Mami!!" Safira segera menutup wajahnya dengan bantal. Gadis yang berusia 31 tahun itu masih enggan beranjak. Membuat sang Mami menggeram kesal dan terpaksa harus mencubit bo*kong Safira dengan kuat.
"Sakit!" Safira memekik, sembari mengusap bo*kongnya yang terasa panas dan perih. Dengan terpaksa ia mendudukan diri diatas tempat tidur.
Raya berkaca pinggang sembari menatap tajam putrinya yang sedang mengucek mata. "Oh, My God! Kamu menangis lagi?!" Raya membola, saat melihat kedua mata putrinya yang terlihat sembab dan bengkak.
Safira tidak menjawab, melainkan langsung turun dari atas tempat tidur, menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Raya menghembuskan nafasnya berulang kali, berusaha untuk bersabar menghadapi sikap putrinya yang sedang patah hati. Lalu merapikan tempat tidur putrinya, setelahnya ia beranjak keluar dari kamar tersebut menuju lantai bawah.
"Mana Safira?" tanya Devan kepada istrinya baru mendudukan diri di ruang makan.
"Anak itu masih mengingat Jeff," jawab Raya mendesah frustasi, seraya menatap suaminya yang terlihat santai sambil menenggak susu hangat. "Apakah kamu tidak punya empati sekali kepada putrimu?!" kesal Raya.
Devan meletakkan gelas yang sudah kosong di atas meja, lalu menatap istrinya dengan dalam. "Aku harus apalagi? Aku sudah berupaya untuk memintanya untuk melupakan Jeff," jawab Devan, masih menatap istrinya.
Oboralan mereka terhenti ketika Safira berjalan menuju meja makan. "Pagi, Mami dan Papi," sapa Safira dengan datar, seraya mendudukan dirinya di hadapan kedua orang tuanya. Mengambil sarapan tanpa suara, dan segera melahapnya sampai habis tidak tersisa. Devan dan Raya hanya memperhatikan sikap putrinya tanpa berkomentar apa pun.
"Aku selesai," ucap Safira, seraya menyilangkan garpu dan sendok diatas piring.
Devan dan Raya saling pandang dan menganggukkan kepalanya bersamaan.
"Fira, apakah kamu tidak ingin pindah ke kantor pusat? Sepertinya Papi, membutuhkan sekretaris baru," ucap Devan dengan hati-hati.
"Tidak, Pi," jawab Safira singkat, sembari mengusap kedua sudut bibirnya dengan tisu.
"Emh. Tapi, jika kamu berada di kantor cabang, kamu akan terus bertemu dengannya." Kali ini Raya yang membujuk putrinya.
"Hatiku sudah sekuat baja, dan jangan mengkhawatirkan aku," ucap Safira, menahan rasa sesak didada. "Aku berangkat." Safira segera beranjak, mendekati kedua orang tuanya, lalu mengecup pipi Ayah dan Ibunya bergantian.
*
*
*
Mengendarai mobil mewahnya menuju kantor Cabang FD Grup yang di pimpin oleh Jeff Smith, mantan tunangannya.
Tidak berselang lama, mobil yang di kendarainya sudah sampai tempat tujuan dengan selamat.
Safira melangkah masuk ke dalam gedung mewah itu dengan elegan. Tampilan Safira selalu cantik dan memukau, membuat siapa pun akan berdecak kagum melihatnya.
"Selamat pagi, Bu," sapaan dari para Karyawaan. Safira membalasnya dengan anggukan kepala dan senyuman tipis saja.
Menuju lantai 8 dimana ruangannya berada menggunakan Lift. Dadanya bergemuruh saat melihat Jeff sudah menatapnya sambil menyilangkan kedua tangan didada. Pria yang sudah berusia 45 tahun itu masih terlihat sangat tampan, gagah dan semakin arogan.
"Ada yang bisa saya, bantu Pak?" tanya Safira, dengan formal. Ia berusaha untuk menetralkan detak jantungnya berdetak tidak karuan. Rasa rindu, cinta dan kebencian bercampur menjadi satu di dalam dadanya.
"Sudah jam berapa ini?" Suara bariton terdengar sangat tegas.
"Maaf," ucap Safira, segera berlalu menduduki kursi kerjanya. Jabatannya sebagai sekretaris Jeff, membuat dirinya harus menguatkan hatinya.
Jeff menatap Safira yang terlihat cuek kepadanya. "Apa kamu tidak ingin menjelaskan kenapa terlambat 5 menit?" tanya Jeff, dengan nada mengintimidasi.
Safira masih berusaha untuk tetap tenang menanggapinya, namun kedua tangannya terkepal erat di balik meja.
"Saya ada urusan pribadi yang tidak bisa saja jelaskan kepada, Anda," jawab Safira dengan datar, tanpa menatap Jeff, karena saat ini dirinya sedang membuka laptopnya.
Jeff menggeram kesal di buatnya, ia mengepalkan tangannya dengan erat. Lalu segera memasuki ruangannya, karena tidak ingin berlama-lama berdekatan dengan Safira.
Jeff menudukkan dirinya di kursi kebesarannya, seraya memijat pelipisnya. Bayangan malam itu kembali melintas di kepalanya, membuatnya mengetatkan rahangnya dan semakin membenci Safira.
"Safira! Kenapa kamu tega melakukan semua ini kepadaku!"
Suara ketukan pintu terdengar dari luar ruangannya, menyadarkan Jeff yang sedang larut dalam lamunannya. Tidak berselang lama, Safira masuk ke dalam ruangan tersebut sembari memegang Tablet berlogo Apel yang habis di gigit tikus.
"Saya akan memberitahukan schedule anda hari ini, Pak," ucap Safira, seraya menggulir layar tabletnya, lalu membacakan jadwal Jeff yang tidak terlalu padat hari ini.
Safira segera berpamitan setelah memberitahukan jadwal Jeff, langkahnya tertahan ketika Jeff memanggilnya.
"Buatkan aku kopi," pinta Jeff.
"Baik," ucap Safira, tanpa menoleh. Ia tetap pada posisinya.
*
*
*
Aroma kopi menyeruak dan memenuhi ruangan kerja Jeff saat Safir masuk dengan membawa secangkir kopi di tangannya.
"Silahkan kopinya, Pak. Seperti biasa kopi 3 sendok teh dan gulanya 1 sendok teh," ucap Safira, dan segera keluar dari ruangan tersebut.
Jeff yang sedang membaca berkas, kini menghentikan akitifitasnya, menatap secangkir kopi yang sudah tersaji diatas meja kerjanya. Kopi buatan Safira yang selalu membuatnya candu.
Bayangan kebersamaanya bersama Safira teringat kembali.
"Kenapa kamu tidak menyukai manis?" tanya Safira, saat membuatkan kopi untuknya.
"Karena kamu sudah sangat manis. Aku takut diabetes nantinya."
"Dasar gombal!" Safira terkekeh.
Jeff menyeruput kopi yang baru di berikan oleh Safira, lalu beralih mengecup bibir Safira dengan mesra dan menyeruput kopinya lagi, dan begitu seterusnya sampai kopinya habis.
Tidak terasa mata Jeff mengembun saat mengingat kenangan manis bersama Safira.
Jujur di dalam hati Jeff masih ada Safira disana. Mereka berdua masih saling mencintai satu sama lain, akan tetapi karena sebuah peristiwa. Mereka terpisah, tidak bisa bersama, teriksa dalam kerinduan yang mendalam.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hai .... Hai ....
Buat reader baru, baca Oh! My Bodyguard dulu, agar tahu perjuangan cinta Safira dan Jeff yang menguras air mata.
Terima kasih, semua. Semoga terhibur. Dan jangan lupa berikan dukungan untuk Emak ya. ❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
MAYZATUN 🥰🥰🥰al rizal
safira jef smith anakx raya dan devan
2024-07-11
0
Wati_esha
Tq update nya.
2024-07-07
0
Wati_esha
Kopi : gula = 3 : 1 ... sendok teh. ☺
2024-07-07
0