"Mas Pras ingat nggak temanku susi?"
Tanya Nadia saat mereka sedang duduk santai di depan tv.
"Teman SMA mu kan?" tebak Pras,
"Tepat banget Mas, begitu lama menghilang tiba tiba saja kemarin dia muncul, kita bertemu di sekolah anak anak, kami mengobrol banyak sekali.
dia sudah menikah dengan seorang pilot"
"Ohya, bagus dong" jawab Pras.
"Dia juga bilang belakangan ini sedang mencari kontak teman teman seangkatan kami, aku termasuk target pencarian mereka. mereka sepakat akan mengadakan reoni, dan tentu saja mereka mengundangku juga"
Nadia menatap Pras dengan harap harap cemas.
"Gimana Mas?" desak Nadia lagi.
"Gimana apanya dik?" Pras pura pura tak mengerti.
"Aku boleh ikut kan?"
Pras menatap lurus ke Nadia.
"Nadia terlihat sangat berharap., aku tidak tega merusak suasana hatinya yang mulai membaik" kata Pras dalam hati.
Nadia terlihat kecewa karna Pras hanya diam
Memandangnya.
"Dimana tempatnya?" suara Pras mengejutkan Nadia.
"Susi bilang sih di luar kota, tepatnya aku belum tau. Tapi kita boleh membawa pasangan kok, mau ya Mas?!"
Pras mengangguk tanda setuju.
"Terus anak anak gimana?"
"Kan ada ibu" jawab Nadia enteng.
Melihat Pras masih diam, Nadia kembali membujuknya.
"Lagian cuma sehari kita meninggalkan mereka Mas" rengeknya.
"Tapi tak segampang itu menyerahkan pengawasan anak anak"
"Mas tidak percaya ibuku ya?" selidik Nadia.
"Bukan begitu dik, tau sendiri kan anak anak susah di aturnya, nanti ibu kewalahan"
"Alaah cuman sehari ini" kilah Nadia santai.
"Mas tidak tau sih betapa senangnya bertemu sahabat sahabat yang sudah lama tidak saling berkabar, seru banget" kata Nadia tersenyum sambil matanya menerawang membayangkan semua teman temanya.
Melihat Pras masih diam membuat Nadia sedikit kecewa.
"Ini kesempatan langka buatku Mas, kapan lagi coba aku bisa kumpul bareng mereka"
Pras merasa perlu memberi kesempatan Nadia untuk sesekali berkumpul dengan teman temanya, setelah begitu banyak masalah yang mereka hadapi.
"Kapan rencananya?" tanya Pras tiba tiba.
"Minggu depan, jadi aku boleh ikut?" mata Nadia berbinar karna senangnya.
Pras mengangguk.
"Dengan syarat cuma sehari ya"
Nadia mengangguk mengiakan.
"Tapi kayaknya minggu depan Mas banyak kerjaan, jadi mungkin tidak bisa ikut" kata Pras.
Nadia menatap kecewa.
"Tapi Mas akan usahakan" kata Pras menghibur.
"Bener ya Mas" Pras hanya menganngguk.
"Ohya Mas, gimana kabar Sofia, aku dengar kalian satu kantor sekarang" tiba tiba Nadia ingat tentang Sofia.
Pras tertegun sejenak.
"Gimana memulai ceritanya ya? Sofia ada di rumah sakit, kemarin saat mau pulang tiba tiba dia pingsan, Mas dan Arif mbawanya kerumah sakit" kata Pras mulai bercerita.
"Kalian masih saja berhubungan denganya?"
Nada suara Nadia mulai meninggi.
" Kami menolongnya, karna tidak ada siapa siapa lagi disana"
"Sama saja" omel Nadia.
"Tapi kata dokter dia sedang hamil dua bulan" Nadia yang hendak masuk meninggalkan Pras jadi berbalik lagi.
"Hamil?, memangnya dia sudah bersuami?" tanya Nada heran.
"Itu yang kami belum tau" Pras senganja selalu menyematkan kata "kami" di setiap kalimatnya untuk menjaga perasaan istrinya.
"Rasain, dasar pelakor murahan!" ucap Nadia menyumpahi Sofia.
"Hus, tidak boleh begitu" Pras mengingatkan.
"Bela saja terus, atau jangan jangan?" Nadia menahan ucapanya.
"Jangan jangan apa? Kamu jangan mulai lagi memancing kericuhan dik"
"Habisnya Mas Pras simpati banget pada perempuan itu, sudah lupa ya apa yang sudah di perbuatnya untuk menciptakan jarak di antara kita?"
"Mas tidak lupa, cuma..."
"Cuma kasian gitu??" potong Nadia, membuat Pras menggelengkan kepalanya.
Hari yang di tunggu tunggu oleh Nadia pun tiba, semua persiapan sudah selesai.
Tapi tiba tiba Pras mendapat telpon dari kantornya bahwa dia harus ke kantor karna ada urusan mendadak.
"Dik, Mas harus ke kantor sekarang juga" ucap Pras merasa bersalah.
"Jadi Mas Pras tidak bisa temanin aku?" sorot mata Nadia memancarkan kekecewaan.
"Mau bagaimana lagi?" jawab Pras tak enak hati.
"Masih mau berangkat tanpa Mas temani?"
Pras berharap Nadia membatalkan rencananya.
"Terpaksa, aku akan minta Susi menjemputku" Nadia bersikeras.
"Kita ikut yaa??" kata Nayla tiba tiba memeluk Nadia dari bekakang.
"Tidak boleh untuk anak kecil sayang" ucap Nadia memeluk si kembar.
"Kalau kami tidak boleh ikut, ibu tidak usah pergi!" sambung Kayla.
Nadia memandang Pras dengan putus asa.
Pras mengerti apa yang harus di lakukanya.
"Anak anak, biarin ibu pergi sebentar, di rumah kan masih ada Eyang, ada Mar dan juga ayah" bujuk Pras.
"Tidak mau! kita maunya sama ibu, nggak seru sama Eyang" ucapan Kayla membuat bu Warsih melotot padanya.
"Tu kaan Eyang melotot" Kayla menunjuk Eyangnya.
Bu Warsih cepat cepat memasang senyum manisnya.
"Kayla bisa saja, Eyang di bilang melotot " ujarnya.
"Mas tolong bujuk mereka, terserah gimanapun caranya, kali ini aku mohon, beri kesempatann kali ini saja" Pras merasa kasihan juga pada istrinya.
"Anak anak bagaimana kalau kita main ke maal saja, , kalian bebas mau main apa saja" bujuk Pras.
"Benar yah..?"
Pras mengangguk pasti.
"Horee! Kalau begitu ibu pergi saja, kita tidak mau ikut" sorak si kembar.
Nadia menarik nafas lega.
"Tapii.. Perginya agak siangan ya, ayah mau ke kantor sebentar saja"
" Sekarang saja yah"
"Anak anak. Ayah minta waktu sebentar saja, boleh kan?" ahirnya kedua anak itu mengerti.
Suara klakson terdengar dari gerbang.
"Pasti Susi" tebak Nadia bersemangat.
"Sebaiknya ajak masuk dulu, Mas juga ingin kenal dia" kata Pras.
Dengan berlari kecil Nadia keluar untuk menyambut Susi.
Bu Warsih mengikuti Nadia dan berbisik.
"Nad, ibu boleh ikut ya?"
Nadia kaget.
"Apa Nadia tidak salah dengar? ujar Nadia sambil tertawa.
"Ibu kesepian dirumah, kamu juga tidak pernah ngajak ibu kalau pergi belanja belanja"
gerutu bu Warsih.
"Ibu, yang benar saja, ibu mau ikut di acara reonian kami, jadi yang datang seumuranku semua, ibu akan sendirian disana, lagian ibu di minta jagain anak anak, tidak dengar apa kata Mas Pras?"
"Ibu dengar, tapi anak anakmu itu susah di atur, tidak mau dengan ibu" keluh bu Warsih lagi.
"Lagian ibu juga tidak suka ikut sama suamimu itu, banyak ceramahnya"
Nadia tidak perdulikan ibunya lagi dia terlihat gembira saat melihat Susi.
"Hai Nad.. Beneran suamimu tidak bisa ikut? Padahal sayang banget lho tidak ikut"
"Ah iya nih, tapi biarin aja nggak papa, dia ada pekerjaan penting yang tidak bisa di tinggalkan, masuk dulu yuk, Mas Pras mau kenalan"
"Boleh" lalu Susi ikut masuk menemui Pras.
Setelah berbasa basi sebentar, Susi dan Nadia berangkat ketempat reonian.
Pras juga bersiap ke kantor.
"Mar tolong jagain anak anak, saya kekantor hanya sebentar kok"
"Baik pak"
Setelah Pras pergi, bu Warsih masuk kedalam kamar Pras diam diam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments