"Eeeh iyaa pak pras, jawab hendra tergagap. Keringat dingin mulai keluar,
Setelah pintu lift terbuka dia bergegas keluar terlebih dulu.
"Kenapa tu pak Hendra, kayak cacing kepanasan" celetuk Arif.
"Kayak kegerahan gitu deket kita" sambung Sofia cekikikan.
"Sudahlah jangan di bahas lagi" kata Pras bijak.
Mereka berpisah keruangan masing masing.
Semua aktvitas kantor berjalan seperti biasanya, sampai ahirnya tiba waktu pulang.
Pras juga bersiap untuk pulang.
Kantor sudah agak sepi saat Pras hendak meninggalkan pelataran parkir.
Namun matanya sempat melihat sosok Sofia yang berdiri dengan gelisah sambil sesekali melihat kearah jam tanganya.
Pras penasaran tumben tumbenan Sofia pulang paling ahir.
Saat melewati Sofia, Pras menurunkan kaca mobil dan menyapanya.
"Kenapa belum pulang?"
"Mobil lagi di bengkel Mas, ini nunggu ojol tidak datang datang" terang Sofia.
Pras berpikir sejenak. Sofia jadi tak enak hati.
"Tidak apa apa, Mas duluan saja" ucapnya serus.
Tapi melihat wajah Sofia yang tampak pucat dan kelelahan membuat Pras jatuh iba, beberapa kali dia melihat Sofia menyeka keringatnya. Sejahat apapun dia kita tidak berhak menghakiminya biarlah Allah yang akan membalasnya, Pikir Pras.
"Biar saya antar!"
Sofia merasa ragu dengan tawaran Pras.
tapi dia merasa badanya semakin meriang dan kepalanya juga sangat pusing.
"Ya sudah, sampai depan saja ya mas" jawab Sofia ahirnya.
" Biar saya antar sampai rumah, kondisimu sedang tidak baik" Pras memaksa.
"Tidak usaah Mas" Sofia menggeleng lemah.
Lalu ambruk tak sadarkan diri.
"Sofia, Sof..." Pras mengguncang tubuh Sofia,
Pras jadi bingung, mau mengantarnya pulang, dia tidak tau alamat rumah Sofia.
Pras berinisiatif membawanya kerumah sakit terdekat.
"Bapak suaminya?"
"Bukan, saya temanya" jawab Pras.
"Pasien biar kami tangani, bapak silahkan urus administrasinya" kata seorang perawat.
Pras kebingungan, siapa yang harus di hubunginya untuk keadaan Sofia. Dia tidak pernah kontak dengan keluarga Sofia sudah begitu lama.
Dia mencoba mencari lewat ponsel Sofia, tapi sialnya ponselnya terkunci.
"Siapa yang akan bertanggung jawab atas pasien Sofia?"
"Saya saja, saya tidak bisa menghubungi keluarganya"
Setelah itu Pras duduk di kursi koridor rumah sakit dengan gelisah.
"Tak berapa lama seorang suster mempersilahkanya masuk keruang dokter.
"Silahkan pak!" suara dokter itu menyambutnya ramah.
"Terimakasih" ucap Pras seraya duduk di depan dokter.. Pras merasa heran karna dokter terus tersenyum kearahnya.
"Bagaimana keadaan Sofia dok?"
"Tenang, tidah usah tegang begitu, dia baik baik saja,"
"Maksud dokter baik baik saja?" tanya Pras bingung, padahal jelas jelas Sofia jatuh pingsan di mobilnya.
"Selamat ya pak, ibu Sofia positiv hamil, sudah dua minggu"
"Haamil?" tanya Pras meyakinkan.
"Iyaa, dan kondisi yang sekarang dia alami itu sangat wajar, hanya perlu istirahat cukup dan minum vitamin semua akan membaik pada waktunya" urai dokter itu panjang lebar. Namun Pras tidak mperhatikanya karna bingung dan bertanya tanya Sofia hamil dengan siapa?
Tanpa memperdulikan dokter yang terus bicara dia keluar dari ruangan itu dengan linglung.
"Sofia hamil?" kata kata itu terus mengusik di benaknya.
Tak lupa Pras mengirim pesan pada istrinya bahwa dia masih di rumah sakit bersama Arif untuk megurus sesuatu, tentu saja dia harus menyertakan Arif kalau tidak,bisa bisa perang akan di mulai lagi.
"Memang sebaiknya saya minta Arif menemani saya, biar tidak timbul fitnah"
ucap Pras dalam hati.
"Bagaimana pak?" tanya Arif begitu sampai.
"Seperti yang sudah saya ceritakan di telpon, saya minta kamu temani saya untuk menghindari fitnah"
Arif mengangguk tanda mengerti.
"Terus apakah bu Sofia sudah tau kalau dirinya hamil?"
Pras menggeleng.
"Saya belum menemuinya, kata perawat dia masih tidur paska pemeriksaan tadi"
Kedua lelaki itu sama bingungnya, lalu Arif memberi ide.
"Sebaiknya kita temui bu Sofia, kita komfirmasi masalah ini"
Pras setuju, lalu mereka menemui Sofia di ruang rawat.
Sofia sedang terbaring lemah menghadap tembok.
"Assalamualaiqum" ucap Pras.
Spontan Sofia & berbalik menghadap Pras dan Arif.
Matanya terlihat basah.
"Bagaimana keadaanmu Sof, sudah lebih baik?"
Sofia menghapus sisa air matanya.
"Trimakasih ya Mas, aku tidak tau harus berkata apa apa lagi" suara Sofia terbata bata.
"kamu bicara apa? Oh ya saya tidak bisa mengabari keluargmu karna saya...."
"Aku tidak mau mereka tau keadaanku Mas" ucap Sofia memotong perkataan Pras.
Mereka terdiam..
"Sof, apakah kamu sudah tau kalau kamu hamil?" Pras bertanya dengan hati hati.
Sofia tidak menjawab justru air mata matanya meleleh kembali.
"Cukup sampai disini kalian membantuku!"
"Tapi Sof..?"
"Aku mohon, ini masalah pribadiku"
Pras dan Arif tidak bisa memaksa.
"Kalian pulanglah!"
"Tapi bu Sof..."
"Saya mohon!"
Pras mengajak Arif keluar dari ruangan itu.
"Bapak merasa ada yamg aneh tidak pada sikap bu Sofia?"
Pras hanya mengangguk.
"Tapi kita tidak berhak ikut campur terlalu jauh, apalagi ini menyangkut masalah yang sangat pribadi"
"Bapak betul, tapi siapa sebenarnya ayah dari anak itu, selama ini saya tidak pernah melihat ada pria yang dekat denganya"
"Kita tidak boleh berperasangka buruk dulu, mungkin saja dia sudah menikah diam diam"
Arif hanya tersenyum menanggapi ucapan Pras.
"Baiklah sekarang kita pulang, tentang Sofia mungkin dia akan segera mengabari keluarganya untuk menemaninya"
"Maaf ya Rif sudah menganggumu malam malam"
"Tenang saja pak, saya siap dua puluh empat jam kalau bapak membutuhkan" seloroh Arif.
Merekapun berpisah.
Sepeninggal Pras dan Arif, Sofia mencoba menghubungi Hendra.
"Apa? Kamu hamil?" suara Hendra terdengar kaget.
"Iya, aku dirumah sakit, datanglah aku tunggu!"
"Bukankah kamu sudah tidak mau berurusan denganku Sof? Jadi tidak usah libatkan aku dalam masalahmu"
Sofia merasa geram oleh jawaban Hendra.
"Apa kamu bilang, masalahku? Jangan pura pura lupa" semprot Sofia.
"Apa maksudmu?" jawaban Hendra semakin membuat Sofia naik pitam.
"Pokoknya aku tunggu! kalau tidak, liat saja apa yang akan ku lakukan!" kata Sofia tegas lalu memutus telpon dengan kasar.
"Kenapa bisa hamil sih? Padahal sudah pake pengaman" sesal Sofia.
Saat yang bersamaan seorang suster datang memeriksa.
"Ibu, siapa yang nungguin bu?" tanya suster sopan.
"Saya sendiri sus, sebentar lagi suami saya datang" jawab Sofia asal.
"Kapan saya bisa pulang sus?" tanya Sofia tidak sabar.
"Kalau tensinya sudah stabil ibu boleh pulang kok, ibu cuma butuh istirahat yang cukup saja"
"Makasih sus" kini Sofia sendiri lagi di ruangan itu.
Benar saja seperti dugaan Sofia, Hendra karna amcamanya, dia datang dengan mengendap endap seperti maling.
"Aku hamil Mas" sambut Sofia.
"Lalu?" tanya Hendra enteng.
"Ya kamu tanggung jawab!" bentak Sofia.
"Yakiin itu anak aku? bisa saja kan kamu juga tidur dengan laki laki laen, atau mungkin dengan Pras??"
"Apa maksudmu laki laji lain? Aku cuma denganmu, dan jangan bawa bawa Pras, walaupun aku dendam padanya tapi aku akui dia pria sopan"
"Puji teruus mantanmu itu" ujar Hendra tidak senang.
"Tapi memang itu kenyataan" bela Sofia.
"Pokoknya kamu harus nikahin aku! itu kan janjimu"
"Enak saja, aku belum yakin itu anak aku"
"Ini anak kamu Mas Hendra!" kata Sofia meyakinkan.
"Siapa yang bisa jamin?"
Air mata Sofia tak tertahan lagi. Bisa bisanya laki laki ini meragukanya.
"Kalau kamu masih keukeuh tidak mau bertanggung jawab, baiklah aku akan laporkan masalah ini ke atasan, sekalian saja kita malu bersama." ucap Sofia ahirnya.
Mendengar ancaman Sofia Hendra ketakutan
"Eit jangan jangan! Kan bisa kita omingin baik baik, jangan main lapor ya!" bujuk Hendra.
"Gitu kek dari tadi" sungut Sofia.
Sedangkan Hendra menggaruk kepalanya yang tidak gatal karna bingung dan ketakutan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments