"Oow kali ini pasti berhasil sayang, soalnya aku sendiri yang akan turun tangan"
"Baguslah" ucap Sofia tersenyum puas.
"Aku sudah tidak sabar menunggu kehancuranmu mas" bisiknya pelan.
Huek huek.. tiba tiba Sofia merasakan mual yang amat sangat, perutnya seperti di aduk aduk, dia berlari ke kamar mandi.
Hendra hanya bisa menatapnya dengan prasaan bingung. Tak berapa lama dia keluar dengan linglung.
"Kenapa sayang?"
"Tidak ngerti nih mas, perutku mual banget"
"Masuk angin barangkali" kata Hendra.
Sofia hanya mengangguk sambil mengaduk isi tas untuk mencari minyak kayu putih.
Setelah membaluri dada dan perutnya dengan minyak, dia merasa enakan.
Setelah itu dia bersiap siap untuk pergi.
"Mau kemana sayang, kenapa buru buru? Kita kan belum sempat......." ucap Hendra dengan tatapan penuh nafsu.
Sofia berbalik menatap pria itu dan mengusap wajahnya dengan gerakan erotis.
"Mas... Aku ada urusan, sebaiknya mas pulang, mandi dan bobok di ketiak istri mas itu" ucanya tersenyum meledek. Setelah itu dia pergi dengan melambaikan tanganya.
Si pria hidung belang itu hanya tersenyum kecut.
"Awas kamu sofia, kamu belum tau saja siapa aku"
Sofia melangkah tergesa di sebuah pusat perbelanjaan yang cukup ramai.
Karna asik memilih sesuatu yang mau di belinya, tak sengaja dia menabrak seseorang.
"Mbak Sofia, eh ibu maksud saya" Sofia nendongak kaget malihat orang yang di tabraknya.
"Hay Arif, lagi cari apa?" sapa Sofia.
"Hanya jalan jalan bu"
"Tidak usah formal gitu Rif, biasa saja"
"Tidak sopan rasanya, sekarang bu Sofia adalah senior di kantor"
" Tapi saya lebih suka di panggil kayak dulu"
"Iya mbak Sofia," ucap Arif dengan canggung.
"Sudah selesai mbak belanjanya?"
"Ah iyaa nih" tanpa sengaja Sofia menjatuhkan sasuatu yang baru di belinya di depan Arif. dengan cepat dia langsung memungutnya kembali.
"Kalau gitu saya duluan ya?" Sofia terlihat sangat gugup, lalu meninggalkan Arif dengan tergesa gesa.
"Iya mbak" Arif memperhatikan tingkah Sofia yang menurutnya agak aneh.
"Apa yang yang jatuh itu ya?, koq dia terlihat ketakutan begitu, sangat mencurigakan" gumam Arif.
****
Pras dan keluarganya sampai di rumah sakit.
Suasana larut dalam keceriaan si kembar .
Ibu Laila merasa sangat bahagia melihat kedatangan cucu dan menantunya.
"Mbak Mar disini saja jagain nenek, kasian nenek tidak ada temanya" ucap Kayla dengan lugu
"Kalau mbak Mar jagain nenek, terus siapa yang jagain Kay?" jawab Mar bercanda.
"Tidak usah di jagain, Kay kan sudah besar"
"Iyaa kalau tidak ada mbak Mar berarti es krim kita aman dong" celetuk Nayla yang di sambut tawa oleh semuanya.
"Apaa? Jadi Nay menuduh mbak Mar suka ngambil es krim ya?" tukas Mar sambil mencubit pipi Nayla.
"Sudah sudah, kalian jangan terlalu berisik ini rumah sakit" Bu Warsih mengingatkan sambil tersenyum.
Nadia berusaha ikut larut dalam suasana, tapi tidak bisa, wajahnya masih saja murung.
Bu Warsih mendekati besanya saat yang lain sedang sibuk dengan si kembar.
"Bagaimana keadaanya bu?" bu Warsih menyapa.
" Alhamdulillah bu Warsih, sudah membaik"
"Iya bu, di usia kita seperti sekarang ini memang rentan dengan penyakit, tapi yaa itulah namanya sudah kodrat menjadi tua, mau bagaimana lagi? Kalau saya sih sangat sadar dengan keadaan dan berusaha bagaimana caranya tidak merepotkan anak menantu" ucapnya sinis namun masih di balut dengan senyum palsunya.
Bu Laila yang bijak hanya tersenyum menanggapi sindiran besanya.
"Benar sekali bu Warsih, saya setuju, tapi sebuah anugrah juga kalau di masa tua kita masih ada anak yang mau peduli, berbakti dan mengurus orang tuanya. Itu berkah lo bu"
Jawab bu Laila lembut tapi menusuk.
Bu Warsih menelan ludah.
"Pinter juga si tua ini menyindir saya"
batinya,
lalu beringsut agak menjauh dengan wajah keki.
"Ohya bu, tadi Pras ketemu Zahra, dia bilang mau kesini nemenin ibu, koq belum nyampek ya?" tanya Pras.
"Mungkin sebentar lagi, dia memang sudah janji mau datang malam ini" jawab bu Laila.
"Siapa lagi Zahra?" tanya Nadia dalam hati..
Pras yang tau isi hati istrinya langsung menyambung.
"Zahra, yang menolong membawa ibu kesini"
Nadia menarik nafas lega.
Tak berapa lama kemudian.
"Assalamualaiqum!" sebuah suara merdu menyita perhatian yang semua yang ada di situ.
"Waalaiqum salam, nak Zahra, ibu kira tidak jadi datang" sambut bu Laila ramah.
"Maaf saya agak terlambat" ucapnya santun lalu tersenyum kearah Nadia dan yang lainya.
"Ohya, ini namanya Zahra, seingat ibu kamu sudah pernah ketemu Nad"
"Iya bu, Nadia masih ingat koq"
"Tante Zahra cantik sekali" celetuk Nayla.
"Makasih sayang, kamu juga sangat cantik dan lucu" Zahra mencubit pipi Nayla.
Tak butuh waktu lama Zahra bisa akrab dengan kedua anak kecil itu. Entah apa yang mereka bahas hingga terlihat sangat akrab.
Bu Warsih terlihat tidak suka dengan kehadiran Zahra.
"Sudah cukup malam, ayo kita pulang, besok kan sekolah" Nadia mengingatkan kedua anaknya.
"Tidak mau! Kay masih mau sama tante Zahra" rajuk anak itu.
"Kaylaa" Nada suara Nadia mulai meninggi.
"Tidak mau!!" kini Nayla malah ikut ikutan.
Hampir saja Nadia membentak anaknya lagi tapi di cegah oleh Zahra.
"Tunggu, tunggu mbak, biar saya yang bujuk mereka" Nadia justru bertambah kesal oleh tawaran Zahra.
"Jangan di lawan dengan emosi dik, mereka pasti nurut kalau di bilangin baik baik"
Nadia semakin gusar karna Pras ikut menegurnya.
"Jadi caraku kurang baik ya mas?" sergah Nadia sewot.
"Bukan begitu dik.." jawab Pras serba salah.
"Sudah, sudah.. Jangan di perpanjang. Meteka cuma anak kecil, sebaiknya kalian pulang saja, betul kata Nadia ini sudah malam" bu Laila menengahi.
"Bujuk mereka pelan pelan ya Nad" imbuh bu Laila.
"Memang yaa kalau sudah di cap salah, akan terus saja salah walauoun benar" celetuk bu Warsih tiba tiba.
Sementara itu Zahra membujuk kedua anak itu untuk pulang.
"Ayo bu kita pulang" tiba tiba saja Kayla mengajak ibunya pulang.
"Segampang itu mereka menuruti Zahra, padahal aku yang ibunya saja sampai harus bersitegang dulu gara gara mereka" batin Nadia kesal. Naluri keibuanya terluka.
Mereka bergantian bersalaman dengan bu Laila.
"Terimakasih ya buWarsih, sudah menyempatkan diri menjenguk saya" ucap bu Laila kepada besanya.
Bu Warsih tersenyum dengan terpaksa, lalu dia bergegas menyusul Nadia yang sudah terlebih dulu keluar.
Namun dia berhenti saat melihat bicara dengan Zahra.
"Zahra, saya titip ibu ya, kalau ada apa apa segeta hubungi kami, di ibu ada nomer saya" ucap Pras yang keluar paling belakang.
Bu Warsih mencoba menyimak apa yang mereka bicarakan namun tidak bisa karna jarak mereka sudah cukup jauh.
"Huh dasar perempuan murahan" umpatnya lalu tergesa menyusul Nadia.
Dalam mobil suasana sangat kaku. Semua sibuk dengan pikiranya masing masing.
Mar dan si kembar sudah ketiduran.
"Kamu harus lebih tegas pada anak anak Nad"
Suara bu Warsih memecah kesunyian itu.
Nadia hanya diam tak bereaksi.
Bu Warsih berkata lagi.
"Jangan beri celah wanita lain di hati suami dan anak anakmu!"
" Jangan memperkeruh suasana hati Nadia bu" kali ini Pras tidak tahan untuk tidak bicara.
"Tapi lihat gadis itu, dengan mudahnya dia membuat anak anak menurut padanya, entah mantra apa yang di pakainya"
Bu Warsih masih menggerutu.
"Ibu, tidak baik menuduh orang tanpa bukti"
ujar Pras.
"Tapi lihat..." bu Warsih terdiam saat tiba tiba Nadia berteriak.
"Hentikan! Berhenti membahas tentang gadis itu"
Si kembar terbangun dan menangis oleh suara Nadia.
" Tidak apa apa sayang, ayo bobok lagi" bu Warsih menenangkan si kembar.
"MOHON DUKUNGANY4 YAA"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments