Merakapun sholat magrib berjamaah lalu masing masing tenggelam dalam doa yang khusyu'
"Ohya mas, siapa yang nungguin ibu di rumah sakit?"
tanya Zahra membuka percakapan saat mereka sdang duduk di pelataran masjid.
"Ada Mbaknya anak anak, setelah pulang sebentar saya juga akan kesana"
"Tujuan pulang dari sini saya juga mau nemenin ibu mas, bolehkan?"
"Tentu, bahkan saya berterimakasih karna kamu bersedia menemaninya, ibu sangat suka anak perempuan" mata Pras menerawang jauh.
"Dulu saya punya adik perempuan, kalau masih ada mungkin seumuran dengan kamu, tapi sayang dia lebih dulu di panggil oleh yang kuasa. Sejak saat itu ibu merasa kesepian apalagi setelah saya menikah.walaupun beliau tidak pernah mengungkapnya tapi saya bisa lihat dari matanya."
Zahra terdiam menyimak.
"Mungkin karna itu juga ibu sangat senang bisa kenal sama Zahra. Beliau juga sangat antusias saat bercerita tentangmu"
Zahra tersenyum,
"Tapi pastinya ibu lebih senang lagi karna punya 2 cucu perempuan yang lucu"
"Iya kamu benar" ucap Pras sambil memasang sepatunya.
"Kalau begitu saya duluan , mau langsung kesana"
"Oh iya.. Sekali lagi terima kasih banyak atas semua bantuanya"
Zahra hanya tersenyum sambil menangkupkan kedua tanganya dan mengucap salan.
Di situ berpisah dengan tujuan masing masing.
Sesampai dirumah Pras langsung mandi.
"Benar Sofia sudah datang kesini dek?" tanya Pras menghampiri Nadia yang sedang menonton tv.
"Benar" jawab Nadia singkat tanpa melihat kearah suaminya. Pras mebgerti kalau Nadia masih jengkel padanya.
"Dia bilang apa?"
"Dia tanya tentang lipstik itu" jawabnya acuh seraya matanya terus ke layar tv.
"Lalu kamu jawab apa?"
"Menurut mas Pras aku harus jawab apa?" kini suaranya mulai meninggi, dan matanya kembali memerah.
"Jadi kamu percaya bahwa mas sudah berbuat yang tidak tidak dengan Sofia?" Pras nempertegas, bamun masih dengan suara tenang.
"Entahlah aku bingung mas, aku ingin tidak percaya, tapi apa yang kulihat dan terjadi membuatku meragukanmu mas"
Pras terdiam.. tak akan pernah selesai masalah kalau di lawan dengan beradu urat leher.
Kadang kemarahan perlu ruang untuk di luapkan. dengan diam dia berharap istrinya bisa berpikir tenang dan bisa memilih keputusan yang terbaik.
Kalau begitu mas mau kerumah sakit menjenguk ibu, kamu mau ikut? Tanya Pras.
Walaupun dadanya masih terasa sesak namun Nadia mengangguk, bagaimanapun bu Laila adalah ibu mertuanya.
Tak enak juga rasanya membiarkan mertuanya terbaring sendiri disana.
"Ajak anak anak sekalian, ibu mau ketemu mereka" imbuh Pras.
Lagi lagi Nadia hanya menjawab dengan anggukan. Lalu dia bergegas untuk memberitahu ibunya.
Mengetahui Nadia sekeluaega mau kerumah sakit, bu Warsih kepikiran untuk ikut.
"Nad ibu ikut ya, ibu juga bosan di rumah"
Nadia hanya mengangguk pelan.
"Pras, ibu ikut kerumah sakit, ibu juga ingin melihat keadaan bu Laila." bu Warsih memohon ijin pada Pras.
"Boleh bu, ibu saya pasti senang mendapat kunjungan dari ibu" jawab Pras.
Mereka berangkat kerumah sakit dengan satu mobil.
Nadia memilih duduk di belakang bersama ibunya dan Kayla. Sedangkan Pras yang menyetir di temani Nayla.
Sepanjang perjalanan kerumah sakit itu Nadia dan Pras tidak banyak bicara. Untung suasana yang kaku itu jadi mencair oleh keramaian si kembar, Pras dan Nadia hanya sesekali menanggapi celotehan si kembar. mereka.
Bu Warsih yang selalu mencari celah untuk bikin masalah bertanya tanya atas sikap anak dan menantunya.
****
Sementara itu di sebuah tempat.
"Siaal! Kau tidak pernah becus di beri tugas apapun!" bentak seorang pria sambil berjalan mondar mandir dengan memegang keningnya.
"Kacau semua!" dia masih mengomel.
"Maaf bos, sebenarnya rencana kita sudah hampir berhasil, tapi tak tau darimana datangnya seorang gadis muncul menolongnya"
"Seorang gadis?" Suara seorang wanita terdengar di antara mereka.
Pria yang tinggi besar dan penuh tatto itu mengangguk.
"Betul mbak, semula kami sudah berhasil menghasut warga, tapi tiba tiba gadis itu datang dan menakuti mereka untuk membawa masalah ini ke polisi, para warga yang sudah terhasut oleh kami jadi berbalik memihaknya"
"Siapa gadis itu? Kelihatanya dia cerdik juga,
dan pilihan kalian untuk lari sudah tepat. tapi apa kau yakin perempuan suruhanmu itu tidak buka mulut?"
"Yakin bos, walaupun dia buka mulut dia tidak akan tau tentang kita, dia hanya melakukan yang kami suruh demi uang"
"Kau tunggu perintah selanjutnya" Si bos pria itu memberi isyarat agar anak buahnya menyingkir.
"Baik bos"
Kini yang tinggal hanya pria itu bersama si wanita cantik.
"Orang orangmu tidak bisa di andalkan mas, buktinya hanya mekakuka hal sepele saja mereka gagal" ucap wanita itu penuh kecewa.
"Kali ini nasib baik masih memihaknya, tapi lain kali tidak aka!" ucap Pria yang di panggil mas itu dengan geram.
"Aku harap mas Hendra pegang kata katanya.
"Sabaar sayang jangan terburu buru, nikmati saja permainanya, seperti... Permainan kita saat ini." ujarnya sambil satu tangan pria itu merengkuhnya dengan kasar dan mulai menyentuh bagian bagian yang sensitif milik wanita itu.Sedangkan kan tangan yang satunya bergerak menutup pintu dengan pelan.
Suara ******* dari mulut mereka saling bersahutan. namun aktifitas yang baru pemanasan itu seketika berhenti saat ponsel si pria berbunyi.
"Sial menganggu saja!" ucapnya kesal karna merasa terganggu. Dia membiarkan ponsel itu sampai mati sendiri.
Baru saja akan memulai kembali aktifitas panasnya ponselnya berdering kembali.
Dengan malas di liriknya layar ponsel, tapi setelah tau nama yang tertera disana mukanya seketika memucat, tanganya yang sedang menopang tubuh wanitanya reflek dia lepas hingga wanita jatuh terjengkang.
"Auw" wanita itu mengaduh.
"Siapa sih, kayaknya takut banget" tanya sang wanita.
"Istriku, jangan sampai dia tau apa yang kita lakukan, bisa bisa aku di sambalnya"
Dengan buru buru dia memakai bajunya yang sudah terlepas. Setelah merasa cukup rapi dia pun menghubungi istrinya.
"Dasar.. lagak saja segudang tapi nyungsep di ketiak istri" ejeknya dakam hati.
"Kenapa tadi tidak di angkat?!" suara galak sang istri menciutkan nyalinya.
"Maaf sayang, mas lagi bersama klient tadi, nggak enak angkat handpon"
"Awas ya kalau ketahuan bohong, aku potong itunya baru tau rasa" telpon terputus.
"Amaan" ucapnya mengurut dada.
"Ayo kita mulai lagi" ajaknya dengan wajah yang masih diselimuti gairah.
"Maaf mas Hendra, aku sudah kehilangan mood ku" wanita itu merapikan pakaianya tanpa memperdulikan lawan mainya yang masih berharap.
"Sebaiknya kita fokus pada rencana berikutnya" ujar wanita itu.
"Kamu tenang saja Sof, semua sudah ku atur" pria itu menghisap rokoknya dalam dalam untuh mengalihkan gejolak hasratnya.
Yaa... mereka adalah Sofia dan Hendra.
Hendra merupakan rekan Pras di kantor, karna merasa tidak senang pada Pras maka Sofia memanfaatkanya untuk membalaskan dendamnya kepada Pras sekeluarga.
Kerjasama diantara merekapun terjalin setelah Hendra menyanggupi untuk membantunya menjatuhkan Pras dengan merelakan tubuhnya sebagai imbalan.
Sofia sudah gelap mata terbakar dendam.
"Kalau aku boleh tau apa rencanamu selanjutnya?" tanya Sofia.
Lalu Hendra si pria hidung belang itu berbisik cukup lama di telinga Sofia.
"Bagaimana?" tanyanya dengan bangga.
"Lumayan bagus, tapi berhasil enggak? Jangan jangan kayak yang sudah sudah" ejek Sofia.
"Oow yang ini pasti behasil sayang, soalnya aku sendiri yang akan turun tangan"
" baguslah" jawab Sofia penuh harap.
"Aku sudah tidak sabar melihat kehancuran keluargamu mas!" Sofia tersenyum menyeringai.
terimakasih buat yang sudah mampir, masih tetep mohon dukunganya biar penulis semakin bersemangat.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
balqis
next
2022-11-30
0