BAB 12

"Aku keluar dulu mas, kepalaku pusing"

Sofia keluar dengan memegangi kepalanya.

Pras menarik nafas lega, ya Allah lindungilah hambamu. Doanya dalam hati.

Pras kembali kepikiran Nadia.

"Nadia pasti sangat sedih dengan kejadian ini" batin Pras.

[Dek, mas sudah denger tentang Sofia yang datang kerumah, Nanti malam kita bahas di rumah]

Nadia membaca chat dari suaminya, namun bimbang untuk membalasnya.l

"Balas nggak ya? Ah biarin dah biar mas Pras semakin merasa bersalah" pikirnya. karna memang dia belum percaya seratus persen.

Sore itu Pras sengaja pulang cepat dengan harapan bisa segera menyelesaikan masalahnya dengan Nadia.

Saat berhenti di lampu merah kaca mobilnya di ketok seorang anak penjaja bunga. Lalu Pras membukanya.

"Ayo Om bunganya" tawar anak itu. Namun

Pras menggeeng..

"Buat orang yang di sayang, ayo Om beli satu saja saya kasi murah koq" anak itu masih gigih merayu pras, mukanya terlihat berminyak oleh paparan sinar matahari.

"Ayo ayo pak bu, bunganya. Bunga ini sangat indah, bunga juga bisa mewakili untuk mengungkapkan prasaan kita." anak itu menawarkan daganganya pada pengemudi lain.

Sekelebat ide muncul di benak Pras.

" Iya ya.. Kenapa tidak kepikiran" gumam Pras.

"Dek, bunganya satu!" teriak Pras.

""Untuk orang yang di sayang ya Om?" Tanya anak itu sambil nyengir memperlihatkan deretan giginya yang putih, sangatlah kontras dengan warna kulitnya yang legam.

Pras hanya tersenyum menanggapi pertanyaan anak itu.

Wajah anak itu tampak gembira saat menerima uang dari Pras.

"Alhamdulillah bisa buat beli obat emak"

Ujarnya sambil mencium lembaran uang duapuluh ribuan itu. Namun tiba tiba...

"Hai serahkan padaku!" seorang laki laki brewokan menarik kaos anak itu.

"Bang, tolong yang ini jangan di ambil, ini untuk beliin emak saya obat" kata itu memohon namun pria di depanya tidak perduli.

Pria dengan wajah sangar itu menariknya dengan paksa menuju sebuah gang kecil.

Pras merasa terpanggil untuk menolong anak itu, setelah memarkir mobil lalu dia bergegas mengikuti mereka masuk ke gang kecil.

"Kasian anak malang itu" pikirnya.

Pras terus mengikuti langkah mereka dari jarak agak jauh. Si anak terus memohon dan merintih tapi pria itu perduli,

Sampai di belokan jalan Pras kehilangan jejak. Dia celingukan mencari cari namun bayangan keduanya menghilang. Tak berapa lama justru teriakan minta tolong dari seorang perempuan yang di dengarnya.

"Toloong! Tolong saya," suara itu terdengar lagi. Jalanan agak sepi, di sekitar situ hanya terlihat beberapa rumah kosong yang tidak terawat. Orang pun hanya satu dua orang yang lewat.

Setelah memastikan bahwa suara itu berasal dari rumah yang paling ujung, dia berdiri di depan pintu dan bertanya.

"Siapa di dalam?" tak ada jawaban, tapi malah terdengar tangisan yang menyayat hati.

"Hu hu hu.." Pras memberanikan diri membuka pintu, dan benar pintu itu tidak terkunci.

Suara tangis itu kembali terdengar, suasana dalam rumah agak gelap karna sudah sore menjelang malam.

Di dorongnya pintu pelan pelan, samar terlihat sesosok wanita sedang meringkuk di pojok kamar.

"Siapa di situ?" tanya Pras hati hati.

Wanita itu tidak menjawab namun tangisnya semakin keras.

"Keluarlah! Saya tidak bisa menolongmu kalau masih di dalam sana"

"Saya tidak kuat berdiri, saya sudah di lecehkan oleh dua orang pria, mereka memaksa saya..." wanita itu kembali menangis.

Pras berusaha mendekatinya.

"Lalu dimana mereka yang melecehkan mbak itu?" tanya Pras, karna dia tidak melihat ada orang lain kecuali wanita itu sendiri.

" Mereka sudah lari lewat pintu belakang" ujarnya sambil menunjuk pintu belakang yang terbuka sedikit. Pras memeriksa seluruh ruangan itu.

"Tolong saya mas.. badan saya sakit semua" ujarnya sambil terisak.

Setelah menguatkan diri Pras memutuskan untuk menolongnya. Dengan berbekal cahaya senter dari ponselnya dia mendekati sosok itu perlahan lalu membantunya berdiri. Pras mengalihkan pandanganya saat tau pakaian wanita itu robek dan memperlihatkan aurat di bagian dadanya.

Keadaanya sangat menyedihkan, pakainya sobek sana sini rambutnya acak acakan.

"Bantu saya keluar dari sini mas.." wanita itu terkihst shook.

"Maaf mbak, saya cari bantuan dulu ya, kalau kita cuman berdua akan menimbulkan fitnah"

Pras hendak keluar mencari bantuan namun wanita itu menahan tanganya.

"Percuma mas, disini sangat sepi" ucapnya.

"Tapi saya. " Pras tidak sempat melanjutkan ucapanya karna wanita itu sudah menabrak dan memeluknya.

Pras mendoronya hingga terjatuh.

"Maaf mbak saya harus cari bantuan" Pras beranjak keluar, namun baru beberapa langkah...

"Toloong! Tolong!"

"Astagfirullah.." Pras tercengang karna wanita itu berteiak seolah dirinya lah yang menganggunya.

Tak tau darimana datangnya tiba tiba ada beberapa orang yang datang dan langsung memeganginya.

"He jangan lari, udah dapat yang enak enak mau main kabur aja lu bang" ujar seorang yang paling besar di antara mereka

."Tenang bang, biar saya jelasin" kata Pras sambil melihat kearah wanita itu.

"Jelasin apa lagi, buktinya sudah jelas, lu sudah melecehkanya kan?"

"Owh bukan gitu bang, saya hanya mau menolongnya, ayo bilang pada mereka mbak!"

ujar Pras pada wanita itu.

"Hu hu hu.. Saya sudah menolak tapi dia memaksa saya, apalah daya saya melawan

Tenaga pria" ucao wanita itu menunjuk Pras.

Pras terkejut mendengarnya,

"Itu semua bohong bapak bapak.!" bantah Pras.

"Alah jangan dengerin kata katanya, gebukin saja" teriak salah seorang dari mereka.

Lalu beramai ramai mereka hendak memukuli Pras.

Pras memejamkan mata berserah diri pada penciptanya. Seketika itu juga terdengar suara adzan mengalun dari masjid

Tangan tangan yang sudah terangkat hendak menganiaya Pras tertahan.

"Bapak bapak.. Kalau ada adzan kita harus berhenti sejenak dari akrivitas apapun untuk menghormatinya, itu kata pak ustadz lo, bukan kata saya" celetuk seorang bapak.

Mereka semua mengangguk.

Pras merasa ini pertolongan Allah padanya.

***

Di saat yang sama, Zahra masih menyusuri jalanan sepi dengan motor bututnya.

"Sudah adzan magrib aku harus mencari masjid terdekat dulu." ucapnya sendiri.

Dia terus menyusuri jalanan sepi itu, Zahra penasaran melihat kerumunan orang di pinggir jalan.

Lau dia berusaha melihat lebih dekat lagi.

"Adzan sudah berhenti ayo kta gebukin!"

"Tunggu bapak bapak..! Kenapa kalian mau mukulin dia?" teriak Zahra.

"Sudah minggir sana, jangan ikut campur kalau tidak mau bernasib sama seperti Pria mesum ini" seorang Pria menghardiknya.

"Zahra?" ucap Pras kaget.

"Apa yang terjadi mas?" Pras hanya menggeleng pasrah.

"Kenapa kalian diam saja, beri aku keadilan gebukin dia!" suara wanita yang menjebak Pras.

Kini Zahra mengerti apa yang terjadi.

"Tunggu bapak bapak, apapun yang sudah di lakukan Pria ini, kalian tidak berhak menghakiminya. Biar pihak yang berwajib yang mengurusnya"

"Aah banyak omong gadis ini jangan dengarkan dia!" ucap seorang pria yang terlihat paling antusias di antara mereka.

Hari semakin gelap,

"Bapak bapak sekalian, Pria ini tidak mungkin melakukan hal yang tercela seperti yang di tuduhkan perempuan ini, saya sangat mengenal pria ini. Saya juga akan telpon polisi mereka akan mengusut masalah ini, dan mereka akan memvisum dia!" ujar Zahra menunjuk hidung perempuan itu.

"Kalau bapak bapak sekalian mau main hakim sendiri bapak juga kena pidana, lagian apa kalian lihat kejadian sebenarnya?"

Mereka menggeleng, perempuan itu mulai ketakutan sedang sang pria yang jadi provokator terlihat gelisah.

"Apa mau saya telponin polisi sekarang?" ancam Zahra pada wanita itu seraya mengeluarkan ponselnya dan berlagak menelpon.

"Jangan! Jangan telpon polisi nona, saya hanya suruhan." ucap wanita polos dan bangkit berdiri. Dia ketakutan mendengar kata polisi.

"Huuuuu!! Ternyata cuman pura pura di pe****sa" teriak para bapak bapak itu dan langsung bubar.

Pras menarik nafas lega. Zahrra datang di saat yang tepat.

"Dan kalian, siapapun yang menyuruh kalian akan terbongkar.karna polisi sebentar lagi akan tiba" ucap Zahra pada wanita dan pria tinggi yang masih tinggal.

Wanita itu berlari bersimpuh di depan Pras.

"Mas, saya minta maaf, ampuni saya.. Jangan laporin saya ke polisi, saya tidak mau masuk penjara. Saya lakukan ini hanya demi uang, anak saya butuh susu"

Disaat Pras dan Zahra fokus pada wanita di depanya Pria provokator itu diam diam menghilang dari tkp.

"Kalau mbak memang tidak bersalah, mbak tidak usah takut, mbak tidak akan di penjara. Tapi tolong jujur pada petugas ya!" kata Zahra mulai melunak.

Wanita itu berlinangan air mata.

Setelah petugas datang dan mengurus smuanya Pras mendekati Zahra.

"Terimakasih sudah menolong saya" ucapnya.

"Allah mas, dia yang menggerakkan hati saya untuk lewat disini, padahal ada jalan lainya." jawab Zahra tersenyum. Pras mengangguk angguk.

"Masih ada waktu magrib lagi dikit, mau ikut sholat dulu? Lima puluh meter dari sini ada masjid" tanya Pras seraya melihat jam tanganya.

"Boleh mas, saya juga lagi nyari nyari masjid sebenarnya"

Merekap pun sholat magrib berjamaah, lalu masing masing tenggelam dalam doa yang khusyu'.

"S****etelah beberapa hari baru bisa up lagi.

Mana dukunganya para readers??

Terpopuler

Comments

Aprilia

Aprilia

lanjuut

2022-11-23

0

Zakkha

Zakkha

kalau buat pria tak ada iman yaa ini kesempatan

2022-11-23

0

Jue

Jue

Nasib baik ada Zahra

2022-11-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!