BAB 11

Bu Warsih memohon dengan terus mengikuti langkah anaknya, namun Nadia tidak perduli.

" Tidak seharusnya ibu merubah apapun yang sudah menjadi peraturan di rumah ini, terutama kepada anak anak.." ahirnya Nadia berbalik dan menatap ibunya.

"iya.. Ibu kan sudah minta maaf, lagian ibu juga sadar diri kalau ibu itu cuma numpang disini" bu Warsih memasang wajah yang memelas. bu Warsih juga sangat tau kelemahan anak angkatnya itu.

"Bukan gitu maksud aku bu.., ibu boleh tinggal disini sampai kapanpun ibu mau.. Cuma Nadia minta, tolong ibu ikuti juga peraturan yang sudah berjalan dirumah ini" ucap Nadia sambil menatap lekat bu Warsih, dia juga merasa tak enak hati terlalu keras padanya, bagaimanapun sosok Wanita ini yang telah mambesarkanya. Nadia merasa berhutang budi pada wanita di hadapanya.

"Sudahlah, jangan di bahas lagi" ujarnya lalu masuk ke kamarnya.

" Tunggu saja Nad, kamu akan tunduk dengan kata kata ibu" bu Warsih bergumam dengan gusar sambil menatap kearah punggung Nadia.

*****

...Sementar itu Pras sudah berada di kantor kembali, melihat bungkusan yang di pesanya tadi masih tergeletak di atas meja, bayangan Sofia muncul di benaknya, rasanya bukan suatu kebetulan jika Sofia bisa satu kantor denganya. "Apakah ini di sengaja? Apa mungkin Sofia merencanakan sesuatu?" berbagai pertanyaan menggelayut di benaknya....

...Lalu Pras memanggil pak maman, lelaki parobaya yang bekerja sebagai cleaning servis di tempat itu....

" Bawa bungkusan itu pak, kebetulan saya sudah makan, yang itu buat bapak saja" ujar Pras sambil menatap berkas yang masih menumpuk di hadapanya.

"Trimakasih pak.." pak Maman melangkah gontai mau keluar.

.

Pras melirik wajah lelaki itu sejenak, tak seperti biasanya, kali ini wajahnya kelihatan gelisah.

"Ada apa pak?" tanyanya penasaran.

"Ah tidak ada apa apa pak, saya permisi" jawabnya lalu buru buru keluar.

"Tunggu pak Maman, kayaknya bapak ada masalah, ceritakanlah siapa tau saya bisa bantu"

Pak Maman berbalik dan menatap kearah Pras, mukanya terlihat bingung.

"Ayo cerita!" desak Pras lagi.

"Sebenarnya saya tidak enak cerita pada pak Pras, bapak sudah banyak membantu saya" ucap laki laki itu dengan lirih.

"Tidak usah sungkan pak Maman, kalau saya bisa bantu kenapa tidak, siapa tau suatu saat saya yang butuh bantuan bapak , iya kan?"

Pak Maman mengangguk dan mulai bercerita.

"Anak bungsu saya sakit sudah 3 hari, demamnya tidak tutun turun pak, kami tidak ada uang untuk membawanya berobat, saya mau kas bon tapi tidak enak, utang yang dulu saja belum lunas"

Pras prihatin mendengar cerita pak Maman, dia berjanji dalam hati saat rapat besok akan mengusulkan kesejahtraan karyawan kecil seperti pak Maman.

"Berapa butuh buat berobat pak?" tanya Pras.

"tiga ratus ribu pak"

"Ini empat ratus, mudahan bermanfaat ya pak"

Mata pria itu berkaca kaca, menerima uang itu, dia terharu dengan kemurahan hati Pras. Bukan hanya sekali dua kali Pras membantunya.

"Makasih ya pak Pras.. kalau ada rizqi insya Allah saya ganti pak"

"Tidak usah pak Maman.. Ibu saya juga lagi dirawat di rumah sakit, jadi itung itung sodaqoh buat kesembuhan ibu saya" kata Pras dengan tersenyum.

"Sekali lagi makasi ya pak, semoga bapak sekeluarga selalu dalam lindunganya"

"Amiiin ya robbal alamiin" jawab Pras.

Sepeninggal pria itu Pras termenung.

pikiranya kembali pada Sofia,

"Rif, bisa keruangan saya sebentar?" Pras memutuskan berdiskusi dengan Arif.

Tak lama kemudian terdengar ketukan di pintu.

""Masuk !"

Arif melangkah masuk, diapun heran melihat wajah atasanya itu seperti gelisah.

"Ada apa pak?" tanya Arif sambil duduk di depan Pras.

"Sudah tau kalau Sofia bergabung di perusahaan kita ini? menurutmu aneh nggak?

Tanpa ada yang konfimasi kesaya lagi"

Arif terlihat berpikir sejenak.

"Aneh sih pak, itu juga jadi bahan gunjingan para karyawan, segampang itu dia di terima dan dapat posisi penting pula" ujar Arif.

"Nah itu dia maksud saya, Karna itu saya minta kekamu untuk menyelidikinya"

"Baik pak, oh ya tadi mobil bu Nadia sudah saya antar kerumah bapak"

"Oh ya? Baguslah" ucap Pras lega.

"Tapi..." ucapan Arif menggantung.

"Tapi apa?" Pras penasaran"

"Bu Nadia sempet cerita kesaya, katanya mbak Sofia kerumah tadi pagi, dia bertanya pada bu Nadia barangkali ada lipstiknya yang keselip di koper pak Pras"

"Astagfirullah.. Jadi dugaan kita benar dong Rif bahwa Sofia di balik semua ini" kata Pras kaget sambil menepuk jidatnya.

"Iya pak, saya juga tidak nyangka dia mampu berbuat seperti itu, padahal kelihatanya dia orang baik."

"Pantesan saat bertemu saya dirumah sakit tadi sikap Nadia agak aneh, dia belum cerita sih tentang kedatangan Sofia kerumah" ujar Pras.

"Bapak harus hati hati, kayaknya bergabungnnya dia disini juga ada tujuanya"

"Betul Rif, kayaknya semua yang terjadi saling terkait"

"Iya sudah, seprti intruksi saya tadi, kamu selidiki dia"

"Baik pak, kalau begitu saya permisi dulu" Pras mengangguk.

Tak lama setelah Arif keluar ruangan, Sofia muncul tiba tiba tanpa mengetuk pintu.

"Tolong ya Sof, ini kantor, jadi ada aturanya. paling tidak ketok pintu dulu kek?" Pras merasa jengkel namun di tahanya karna tau keculasan Sofia.

"Iya maaf, lain kali aku ketok pintu, lagian aku tidak lama koq mas, cuma mau tanya barangkali ada lipstik kesayangan aku yang nyelip di koper mas Pras?"

"Dan kamu tanyakan itu pada Nadia kan? Apa tujuanmu sebenarnya?"

"Ups!... Sabaar biar aku jelasin" ujarnya sembari menaruh telunjuknya di bibir Pras.

Lalu dia bicara kembali.

"Tujuan aku? Tidak ada mas, masalah pekerjaan, memang aku sengaja ngelamar disini biar bisa selalu dekat dengan mas Pras.

Dan tentang Nadia, yaa tadi pagi memang aku kerumahmu, bertanya baik baik tapi istri kamu itu masih saja sombong kayak dulu, dia nggak nyadar kalau dialah yang sudah ngerebut kamu dariku mas" mata Sofia berapi api memancarkan dendam.

"Itu sudah sangat lama Sof, ini bukan siapa ngerebut siapa.. Kita memng tidak berjodoh, tolong fahami itu" Pras masih berusaha tenang.

"Tidak jodoh? Iya... mas bisa berkata begitu, karna mas Pras sudah hidup bahagia, sedang aku? tiap detik, tiap menit harus menanggung perih di dada ini"

Pras terdiam, tak ada gunanya berdebat dengan orang yang sedang tersulut emosi.

"Baiklah.. aku minta maaf kalau semua deritamu itu berasal dariku. lupakan semua,, coba buka hatimu untuk orang lain, Allah maha tau, Allah pasti sudah menyediakan seorang imam yang tepat untukmu, yang jelas lebih baik dari aku, yang mencintaimu dengan segenap hati, percayalah"

Mendengar kata kata Pras yang tenang membuat Sofia ikut tenang juga.

"Aku pergi dulu mas, kepalaku pusing" Sofia keluar dengan memegangi kepalanya.

JANGAN LUPA LIKE DAN KOMENT NYA YAA

Terpopuler

Comments

balqis

balqis

up lagi dong!

2022-11-18

0

Aprilia

Aprilia

lanjuut...

2022-11-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!