Pras memperhatikan gadis di depanya.
Penampilanya sangat bersahaja, wajahnya putih bersih dengan sepasang mata yang teduh membuat orang yang memandangnya merasa betah. Usianya mungkin lebih muda 2 tahun dari Nadia.
"Sudah kabari istrimu Pras?" suara bu laila menyadarkan pras.
" Belum bu, sebentar ya Pras kabari dulu" lalu dia beranjak agak menjauh untuk menelpon istrinya.
Sementara itu Zahra duduk di tepi ranjang sambil memijat kaki bu Laila.
"Trimakasih ya nak, ibu tidak tau apa yang terjadi kalau tidak ada kamu"
"Tidak usah sungkan bu, saya senang bisa nolong ibu, karna ibu sudah saya anggap seperti ibu saya sendiri. Saya sangat merindukan kasih sayang seorang ibu dari kecil, mungkin karna saya yatim piatu ya bu?" ucap Zahra dengan wajah sendu.
"Ah, kenapa saya jadi kebawa perasaan" sambung Zahra dengan mengubah mimik wajahnya menjadi ceria. Saat itu Pras datang mendekati mereka," Nadia lagi keluar bu, ponselnya juga tidak aktif, tapi Pras sudah pesan pada Mar"
kata Pras sambil duduk.
"Berhubung mas Pras sudah disini, saya pulang dulu, nanti malam saya datang lagi" kata Zahra.
"Terimakasih ya sudah menemani ibu" kata Pras.
"Sama sama mas, dan kalau ada sesuatu yang bisa ku bantu jangan sungkan. Ibu itu sudah seperti ibuku sendiri" ucap Zahra santun.
"Sekali lagi terimakasih nak Zahra" Zahra hanya tersenyum.
"Pras antarlah Zahra!" pinta bu Laila.
"Ibu tidak apa apa di tinggal sendiri?" tanya Pras.
"Tidak apa apa, ibu hanya butuh istirahat"
"Ooh tidak usah bu, saya bisa pulang sendiri" tolak Zahra dengan halus.
"Benar kata ibu, lebih aman kalau saya antar"
"Lebih baik mas jaga ibu saja" setelah mencium tangan bu Laila Zahra menangkupkan kedua tanganya di depan dada kearah Pras lalu melangkah pergi.
"Kamu tidak ingin tau siapa gadis itu Pras?"
Pras mengangguk.
"Dia adalah gadis yatim piatu, sejak kecil dia di besarkan oleh kiayi dahlan di pesantren. Sekarang dia tinggal bersama pamanya, walaupun begitu dia masih sering ke pesantren. Dia sering mengikuti kegiatan sosial, dari situlah ibu kenal dia, dia sering main kerumah hanya sekedar bertemu ibu, katanya ibu itu seperti sosok ibu yang ada dalam bayanganya"
Pras menyimak cerita ibunya dengan seksama.
"Dia sudah sempat ketemu si kembar juga, karna itu dia sering menanyakan si kembar, dia suka anak kecil" lanjut bu Laila.
"Baik juga dia ya" ujar Pras menanggapi cerita ibunya. bu Laila mengangguk.
"Ibu istirahat saja, Pras mau telpon kantor dulu"
"Baiklah ibu mau istirahat sebentar.
Bu Laila sudah terlelap saat Pras menyadari perutnya berbunyi karna lapar.
"Sebaiknya aku tinggal ibu sebentar untuk cari makan" gumamnya lalu berjalan pelan keluar ruangan itu.
****
"Bu, tadi bapak nelpon dari rumah sakit, katanya nenek di rawat disana" kata Mar melapor.
"Bapak masih disana Mar?"
"Kurang tau tu bu, tadi cuman suruh bilangin ibu gitu"
"huh aku merasa males ketemu mas Pras" kata Nadia sanbil menghembuskan nafas kasar. Untung Mar tidak mendengarnya.
namun saat itu ponselnya berdering. Ketika di liriknya tertera nama Pras disana.
"Mar, ini bicara sama bapak, bilang saya di kamar mandi, cepet!" perintahnya.
Walaupun tidak tau apa yang terjadi tapi gadis itu menuruti kata majikanya.
"cepetan ngomong!" perintah Nadia dengan suara di pelankan.
"Assalamualaiqum pak, ini Mar.. Ibu lagi di kamar mandi" jawab Mar gugup. Mar tampak mengangguk angguk menanggapi Pras, entah apa yang mereka bicarakan.
"Bapak bilang apa?" tanya Nadia.
"Bapak bilang ibu disuruh kesana sekalian bawa Mar buat jagain nenek disana, bapak akan segera balik ke kantor. si kembar titip sama eyang dulu" begitu katanya.
"Ya sudah kamu siap siap gih, saya mau memberi tau ibu dulu"
Setelah itu mereka kerumah sakit dengan taxi yang sudah di pesan Nadia.
"Syukurlah kalian segera datang, aku harus segera balik ke kantor" sambut Pras pada istrinya, namun Nadia cuek saja dan melewati Pras yang berdiri menyambutnya. Dia lebih memilih mendekati mertuanya.
"Gimana keadaanya sekarang bu?" tanyanya sambil mencim tangan bu Laila.
"Sudah baikan, asam lambung ibu naik tapi sekarang sudah tidak apa apa cuma dokter menyarankan untuk istirahat disini sampai besok pagi."
"Nenek.." ucap Mar pula.
"Trimakasih ya kalian sudah datang" sambut bu Laila dengan tersenyum.
"Dimana anak anak Nad?"
"Dirumah bu, di jaga oleh ibuku kebetulan kemarin dia datang"
"Syukurlah" jawab bu Laila.
"Eeh.. Kalau gitu Pras pamit kekantor dulu ya bu, ohya dik nanti biar Mar yang jagain ibu, kamu pulang kasian anak anak" ujar Pras pada istrinya. Nadia tidak menjawab tapi malah memalingkan wajahnya.
Pras beranggapan bahwa Nadia masih sakit hati oleh masalah semalam. Karna itu dia maklum.
Setelah kepergian Pras Nadia pun pamit pulang dan membiarkan Mar untuk tinggal menjaga bu Laila.
****
Sesampai di halaman rumahnya Nadia yang hendak masuk rumah mengurungkan niatnya karna mendengar suara dari teras samping.
"Iiih bang Toni genit ah" suara seorang gadis dengan suara lebay.
"Tapi kamu suka kan??" ujar Toni sembari tanganya bergerilnya kedalam baju gadis itu.
berbagai kulit makanan berserakan di meja dan sekitarnya.
"Eheem.." Nadia sengaja berdehem kearah mereka. Seketika Toni dan gadis itu berdiri dan membetulkan pakaian dan rambut mereka yang berantakan.
"Mbak..." ujar Toni tergagap.
"Kenapa kamu sudah dirumah jam segini?" tanya Nadia ketus
"iya tugas dari mas Pras sudah kelar mbak"
Toni memberi isarat pada gadis di sampingnya untuk menyalami Nadia.
"Mbaak, saya Rosma temanya mas Toni" gadis itu menyalami Nadia. Nadia melengos melihat dandananya yang menor dan kampungan.
" Saya Nadia,kalau sudah selesai tolong di bersihkan ya !" matanya menatap Toni dan gadisnya.
"Iya mbak" jawab Toni, dia merasa gusar okeh sikap Kakanya. Sementara Nadia di buat kesal oleh ulah Toni. Karna keberadaan ibu tidak mampu merubahnya seperti janji mereka.
"Maar mana teh hangat buat saya.." teriak bu Warsih tidak menyadari kedatangan Nadia.
"Ibuu, Mar kan di rumah sakit jagain ibu mertua" ujar Nadia heran melihat ibunya tiduran sambil mmenonton tv.
"Ah kamu sudah pulang Nad, ibu lupa kalau Mar tidak ada" ujarnya tersipu.
"Ibu tidak tau ya, Toni bersama teman wanitanya di teras sana, dan mana anak anak?"
"Tadi disini ibu temanin nonton" bu Warsih kelimpungan.
"Nonton apaan? Sinetron?" kata Nadia menyindir ibunya seraya melirik kearah tv.
Lalu dia berlari ke kamar anak anaknya, mereka tidak ada di kamar.
"Mereka kemana?" Nadia mulai panik.
"Tenaang, paling sebentar lagi mereka juga datang" bu Warsih menimpali.
"Nah tu mereka datang" mata Nadia mengikuti arah telunjuk ibunya. Terlihat Kayla dan Nayla berlari kecil dari arah pintu gerbang.
"Kalian dari mana? Cecar Nadia gusar karna melihat baju dan tubuh anaknya kotor.
"Dari gang sebelah bu,seru deh main sama anak anak itu?"
"Hah.. Gang sebelah? Siapa yang ngijinin kalian keluar halaman?"
"Eyaang" serentak kedua anak kembar itu menunjuk bu Warsih yang sedari tadi memberi isarat pada keduanya untuk tutup mulut namun mereka tidak mengerti.
Nadia menatap ibunya...
"Nggak apa apalah Nad, sekali sekali berilah mereka kebebasan" ucap bu Warsih membela diri.
" Malahan eyang memberi kita uang jajan, ibu mana pernah ngasi kita" kata Nayla gembira. Tak di hiraukan mata eyangnya yang melotot kearahnya.
"Aku bukanya pelit sama mereka bu, tapi kami memang tidak membolehkan mereka pegang uang, belum waktunya, apalagi sampai keluar rumah, ibu lihat keadaan mereka,akibat kebebasan yang ibu beri. entah apa kata mas Pras kalau tau anaknya seperti ini." omel Nadia.
"Iya, ibu ngaku salah.. Tapi jangan bilang ke Pras ya Nad!" bu Warsih memohon dengan terus mengikuti langkah anaknya masuk kedalam rumah namun Nadia tidak perduli.
HAI.. YANG SUKA INTIP INTIP CERITAKU, JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAKNYA YAA... DENGAN LIKE KOMENT VOTE🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments