BAB 8

Di dalam kamarnya

Nadia yang semula hendak menanyakan tentang lipstik di koper Pras mengurungkan niatnya saat melihat raut wajah suaminya yang seperti menahan amarah.

"Mas, maafin ibu ya" ucapnya pelan.

"Mas maafin mereka dek, tapi mas juga merasa heran kenapa ibu sampai menggadaikan rumah segala? Bukanya tiap bulan sudah ku suruh sisihkan buat ibu?"

"Iyaa.. Aku tidak tau pasti mas, yang jelas tiap bulan sudah ku kasih sesuai perintah mas Pras" jawab Nadia ikut merasa heran. Padahal ibu angkatnya itu sangat sering minta uang di luar jatah yang sudah di tetapkan. Namun dia tidak pernah menceritakanya pada Pras.

"Aku hanya kesal pada Toni yang tidak pernah mau berubah mas, beberapa hari ini aku terpaksa harus berpanas panasan kalau ada urusan keluar rumah" omel Nadia.

" Baguslah dek, jadinya kamu bisa menghabisksn waktu dirumah bersama anak anak"

"Mas koq malah belain Toni?" ucap Nadia kurang senang.

"Bukan ngebelain, tapi mengambil hikmahnya saja, toh semua sudah terjadi. Jangan hawatir, besok Arif akan segera mengurusnya, dan mobilmu segera kembali"

Seteah mengobrol dengan Nadia, Pras merasakan suasana hatinya lebih baik.

"Mas, kamu belum cerita lo tentang tugasmu di luar kota" pancing Nadia, dia merasa ini saatnya menanyakan tentang barang yang mencurigakan itu. Dia pun sengaja membuka koper di depan Pras. Tak seperti biasanya yang menyerahkan semua tugas pada Mar.

"Tidak ada yang istimewa, cuma mas bertemu seseorang yang mungkin kalau kamu tau pasti kaget" ujar Pras santai dengan selonjoran di ranjang sembari meletakan kaca matanya di atas nakas.

Nadia kurang memperhatikan kata kata Pras, dia tidak sabar mendengar penjelasan dari suaminya

"Mas, beliin oleh oleh istimewa buat aku ya? tumben romantis banget"

Nadia pura pura tersenyum, padahal dia menyembuyikan gemuruh di dadanya.

Pras yang di tanya malah heran denga ekspresi istrinya yang berlebihan. Perasaan dia hanya membawa cemilan yang mungkin di mini market juga bisa di temukan.

"Maksudnya apa dek?"

"Mas beliin aku ini kan?" Nadia mengacungkan benda yang dari tadi di genggamnya dengan erat.

"Lipstik?" Pras terkekeh.

"Jangan nyindir begitu,mas tidak bisa beliin kamu yang begituan dek, tapi kalau kamu mau lain kali mas coba beliin" Pras masih tersenyum dengan ulah istrinya yang di anggapnya bercanda.

"Lalu kalau bukan buat aku, lalu ini punya siapa mas? kenapa ada di kopermu?"

Pras tercengang, di koperku?ada apalagi ini? Batinya.

"Beneran mas tidak tau dek" Pras semakin bingung saat melihat butiran bening yang hampir tumpah dari mata istrinya. Nadia sangat jarang meneteskan air mata kalau bukan karna sesuatu yang benar benar melukai hatinya.

"Mas mulai berani bermain api ya di luar sana?"

Kini pertahananya mulai jebol karna Pras tidak bisa memberi penjelasan apapun.

"Mas juga bingung, mas berani sumpah lo dek, demi Allah mas tidak akan pernah melakukan itu, terbayang saja tidak pernah"

Pras mencoba mengingat ingat semua yang terjadi selama di luar kota.

"Astagfirullah!" Pras teringat Sofia,

Dengan cepat di raihnya ponsel dan menghubungi Arif tapi tidak terhubung.

"Ah, tidak terhubung, mungkin anak itu kecapean" gumam Pras.

"Mas janji akan cari tau tentang barang itu, kamu masih percaya suamimu kan? Demi Kayla dan Nayla" ucap Pras sambil mengenggam tangan istrinya. Degan susah payah Pras meyakinkan istrinya dan ahirnya Nadia pun luluh dalam pelukan tulus Pras.

*****

Keesokan harinya

Pras berangkat kekantor seperti biasanya walaupun Nadia tidak menemaninya sarapan.

Dia sengaja tidak membangunkan istrinya karna tau Nadia masih belum bisa terima sepenuhnya tentang kejadian semalam.

"Anak anak!,.. Mandinyya sama mbak Mar saja ya, biarin ibu istirahat" ucap Pras pada si kembar, yang justru membuat bu Warsih mengernyitkan dahinya sambil melirik Toni.

"Nadia sakit?" tanyanya penuh selidik.

"Tidak bu, hanya kurang enak badan saja, titip Nadia ya, saya mau ke kantor"

"Ah iya.. Jangan hawatir, selama Nadia sakit ibu akan mengurus rumah ini" ucap bu Warsih sumringah.

"Nadia tidak sakit bu" Pras kembali menegaskan, namun dia merasa ibu mertuanya itu tidak perlu tau masalah yang sebenarnya, bukanya bikin tenang tapi dia pasti akan memanas manasi istrinya.

Pras berangkat ke kantor sambil mengantar si kembar kesekolah terkebih dulu.

Pras yang berniat menemui Arif merasa beruntung karna bertemu di parkiran kantor.

""Selamat pagi pak Pras" Sapa Arif.

"kamu lupa ya rif, tidak usah formal begitu, saya lebih suka orang mengucap salam pada saya ketimbang selamat pagi kek atau apalah"

"Maaf pak, saya lupa"

"lupakan saja, Rif saya mau nanya barangkali kamu tau, kenapa ada lipstik di tumpukan baju kotor saya"

"Lipstik pak?" Arif ikut heran dan terkejut.

"Tidak tau pak, atau barangkali bapak lupa sudah membeli barang itu untuk bu Nadia" Arif ikut menebak nebak.

"Saya yakin tidak, karna seumur umur saya tidak pernah dan tidak bisa membelikan dia lipstik dan sejenisnya"

"Iya Rif, susah payah saya jelasin pada Nadia bahwa saya juga tidak mengerti"

Arif terlihat ikut bingung.

"Apa mungkin ini ulah Sofia ya?" ujar Pras pelan seolah bertanya pada diri sendiri.

" Ah ya pak, mbak Sofia sempet minta no bapak, dan maaf saya kasi"

""Memang tidak ada bukti, tapi saya curiga ini ulah dia, cara dia yang muncul tiba tiba di sana padahal sudah lama sekali kami tidak saling kontak" kata Pras.

Mereka terdiam, masing masing sibuk dengan pikiranya tentang Sofia.

****

"Mar, anak anak sudah berangkat sekolah ya?" tanya Nadia saat menyadari dirinya telat bangun. Matanya masih sembab karna menangis cukup lama semalam.

"Sudah bu, sama bapak sekalian, ibu baik baik saja?" tanya Mar yang merasa hawatir melihat keadaan majikanya.

"Saya baik baik saja, tolong siapkan teh hangat Mar"

"Baik bu, kalau mau sarapan sudah saya siapkan di meja"

Nadia tidak menjawab, pikiranya masih terganggu dengan benda yang dia temukan di koper Pras.

Saat itu bu warsih datang tergopoh.

"Nad, kamu sakit?" bu Warsih meraba kening Nadia.

"Tidak bu, aku hanya kurang enak badan" elak nya. dia merasa ibunya tidak perlu tau masalahnya, karna semua belum terbukti.

"Atau kamu berantem sama Pras? gara gara apa?" bu Warsih makin penasaran apalagi melihat mata sembab Nadia.

"Ibuu, tidak ada yang berantem dan aku sehat sehat saja" ujar Nadia menegaskan.

"Aku mau kekamar, tolong suruh Mar bawain tehnya ke kamar ya bu"

Nadia hendak beranjak ke kamarnya ketika tiba tiba bel rumah berbunyi.

"Siapa sih bertamu pagi pagi" gerutu bu Warsih.

"Barangkali itu temanku bu, memang aku menyuruhnya datang" Nadia memutar langkahnya dan membuka pintu.

Saat pintu terbuka Nadia melihat sosok tubuh wanita yang berdiri di teras sedang memandangi taman yang asri di depanya. Yang jelas dia bukan Lisa.

"Dengan siapa yaa?" sapa Nadia.

Wanita itu memutar badanya dan kini mereka berhadapan.

"Hai Nad.. lupa ya sama aku?"

"Teman kamu Nad?" tanya bu Warsih tiba tiba muncul di pintu.

"Dia dia.." Nadia bingung mau bicara apa.

"Saya Sofia bu, teman lama Nadia dan mas Pras"

"Kenapa tidak di ajak masuk? tanya bu Warsih.

"Di suni saja bu, saya cuma sebentar. Ada perlu sedikit sama Nadia"

Bu Warsih bengong namun saat Nadia memberi isarat padanya diapun permisi masuk.

"Nad, mas tidak cerita ya kalau kemarin kita kebetulan bertemu saat dia tugas di luar kota dan aku ada urusan bisnis juga di tempat yang sama."

Degh! Jantung Nadia seakan mau lompat saat mendengarnya. matanya tiba tiba memanas. Namun dia berusaha menata hatinya.

"Belum sih.. Mungkin dia kecapean tidak sempat cerita atau mungkin juga dia merasa itu bukan hal yang penting untuk di ceritakan"

Jawaban Nadia seakan menampar muka Sofia..

"Oh begitu ya, keperluan aku kesini sebenarnya mau nanya, barangkali ada sebuah lipstik warna merah muda yang nyelip di koper mas Pras? sudah ku cari cari tidak ketemu"

Dengan polosnya Sofia melontarkan pertanyaan itu,

Nadia berniat mempermalukan Sofia.

"Sayangnya tidak ada, terus kenapa harus di koper mas Pras? Ohya kalau tidak mampu beli atau mbak males beli biar aku yang beliin, kasian jauh jauh cuman mau nanya sebuah lipstik"

Muka Sofia memerah oleh jawaban Nadia.

"Ya sudah kalau tidak ada, aku pamit pulang dulu" Nadia hanya terdiam menyaksikan kepergian Sofia.

Nadia berusaha menahan emosi, berani sekali wanita ini muncul di rumahnya dan mengaduk aduk emosinya. Kini dia faham, Sofialah pemilik lipstik merah muda di koper suaminya. Tapi tega sekali mas Pras tidak bercerita tentang ini semua, sebenarnya apa yang terjadi di antara mereka berdua saat di luar kota. Berbagai macam pertanyaan berseliweran di kepala Nadia.

"mohon koment dong biar kita semangat up lagi"

Terpopuler

Comments

Zakkha

Zakkha

next..

2022-11-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!