Nadia sangatlah yakin bahwa Suaminya akan menerima kehadiran ibu Warsih dengan senang hati. Karna memang beberapa kali Pras menawari ibu angkat Nadia itu untuk tinggal bersama mereka, namun selalu di tolak secara halus oleh bu Warsih.
Saat Nadia melewati kamar bu Warsih, tak sengaja dia mendengar ibunya sedang bicara lewat telpon dengan seseorang.
"Iyaa.. Masak tidak percaya sama saya, menantu saya orang kaya, Kebetulan saja saat ini dia lagi tidak di rumah, paling lambat besok saya transfer" bu Warsih menutup telponya ketika menyadari Nadia memperhatikanya dari depan pintu.
"Eh Nad,ada apa?" sapanya dengan tersenyum.
"Tidak apa apa bu, kebetulan aku dari dapur, aku dengar ibu sedang mengobrol dengan seseorang" tebak Nadia penuh selidik,
Bu Warsih terdiam sejenak.
" Oh itu, begini Nad.. Kemarin itu pihak kepolisian mau menahan adikmu, karna ada seorang ibu yang keserempet sedikit. Nah, ibu itu mau berdamai asal Toni mau membayar 3 juta. kalau tidak, adikmu akan di tuntut Nad, Karna itu ibu pinjam uang untuk menebus Toni" suara bu Warsih menghiba.
"Terus ibu maunya mas Pras lagi yang bayarin hutang itu? Kenapa tidak biarin saja sih Toni di tahan, biar dia bisa insyaf" ujar Nadia kesal.
"Kamu tega adikmu di sel kedinginan?" bela bu Warsih dengan hidung yang kembang kempis.
"Ibu berlebihan kalau sesuatu sudah menyagkut Toni, apa salahnya kalau itu bisa membuat dia jadi lebih bertanggung jawab" Nadia masih menggerutu.
"Ayolah Nad, cuma kamu harapan ibu satu satunya, kamu bisa bujuk Pras kan?" rengek bu Warsih dengan suara melunak.
"Lihat nanti sajalah bu" ujar Nadia acuh sambil berlalu.
"Aku yakin Nadia akan luluh dan Pras akan mendengarkan Nadia" bisik bu Warsih pada dirinya sendiri.
Setelah itu dia beranjak ke kamar Toni.
" Kamu lagi ngobrol sama siapa Ton?"
Toni yang sedang asik menelpon seseorang jadi terperanjat.
"Ibu bisa nggak ketok pintu dulu, bikin kaget saja" sungut Toni sambil mematikan ponselnya.
"Aah tidak penting itu! Ton, kamu sudah buat kesalahan fatal yang membuat kepercayaan kakakmu hilang. Berpikrlah pakai otak, bersikaplah manis di depan Nadia , terutama Pras. Kalau kamu terus bersikap arogan kayak gini bukanya di bantu tapi kita malah di usir dari rumah ini" ujar bu Warsih sambil mendorong jidat Toni.
"Baik bu, aku akan berusaha mengambil hati mereka kembali, liat saja permainanku" gumam Toni sambil memgepalkan kedua tanganya.
"Jangan cuma omong kosong, buktikan pada ibu!"
Ancam bu warsih sambil meninggalkan kamar anaknya.
Begitu banyak rencana yang ada di otak bu Warsih.
****
Sementara itu mobil yang di sopiri oleh Arif sudah memasuki kawasan kota.
Sofia minta di turunkan di depan sebuah pertokoan .
"Eeh mas Pras, saya turun disini saja, ada keperluan sedikit" kata Sofia .
Pras mengangguk perlahan.
"Pulangnya gimana mbak, masih jauh rumahnya?" desak Arif.
"Tenang saja rif, sudah dekat koq, nanti saya pesan Taxi" Sofia tersenyum meyakinkan.
"Ya sudah kalau begitu, hati hati ya!" kata Pras berbasa basi.
Sofia melambaikan tanganya kearah mobil yang mulai bergerak menjauh. Di bibirnya tersungging senyum yang sulit di artikan.
pukul 5 sore saat Pras sampai di rumahnya.
"Saya langsung pulang ya pak" ujar Arif.
"Tidak masuk dulu nih?" tawar Pras.
"Kayaknya langsung saja pak, sudah lengket rasanya" canda Arif setelah memarkir mobil.
"Ya sudah, sampai ketemu di kantor besok"
Arif berlalu pulang dengan motornya.
"Maar, tolong bawakan masuk barang saya di mobil" kata Pras pada Mar yang berpapasan di depan pintu.
"Sst.. bantuin Mar!" bisik bu Warsih pada anaknya, Toni mengangguk dan tergopoh beranjak keluar.
Pras yang menyadari keberadaan mertuanya langsung menyapanya.
"Ibu, kapan datang?"
"Kemarin, bagaimana perjalananya?"
" Alhamdulillah lancar bu, oh ya di mana Nadia sama anak anak?" mata Pras mencari cari di seluruh ruangan.
"Mungkin Nadia sedang mandi" jawab bu Warsih.
Tak berapa lama Nadia pun keluar dari kamar dan menghampiri Pras.
"Mas, udah lama nyampeknya?" kata Nadia yang baru selesai mandi sambil mencium tangan suaminya.
"Baru saja dek, dimana anak anak?
" Mungkin di kamar lagi belajar, biar aku panggil"
" Mas mau mandi dulu, sebentar lagi magrib. Di koper ada oleh oleh sedikit, kalian buka saja" ucapnya lalu beranjak kekamar.
"Mar, siapin makan malamnya"
"Beres bu" jawab Mar ceria tapi di balas tatapan tidak suka dari bu Warsih.
"Huh.. Pembantu saja belagu" batin bu Warsih .
"Jangan bicara pada mas Pras sekarang bu, nanti saja kalau dia sudah selesai makan"
"Iya.. Ibu ngerti, kamu tenang saja"
Si kembar datang dan riuh membuka koper oleh oleh dari ayahnya.
Tapi seketika Nadia tercekat saat memilah milah pakaian kotor dari koper yang khusus pakaian suaminya. Ada lipstik warna merah muda yang teronggok disana. Dengan cepat di tutupnya kembali koper itu. Untung ibunya sedang sibuk bersama si kembar hingga tidak melihat perubahan pada wajahnya.
"Koper yang ini biar saya yang beresin ada baju bapak yang kotor kotor" ucapnya pada Mar. Gadis itu hanya mengangguk hormat.
"Ibu ada nelpon dek?" tanya Pras sambil duduk di meja makan .
"Nadia hanya menggeleng sekenanya, pikiranya masih tertuju pada lipstik yang ada di koper suaminya. Rasanya tidak mungkin Pras membelikan untuknya karna Pras tidak pernah berbuat itu sebelumnya. Di tatapnya sekilas wajah Pras, tampak biasa saja, seolah tak terjadi apa apa.
Pada ahirnya dia lelah dengan menebak nebak apa yang terjadi. Lalu berusaha bersikap seperti biasanya dengan satu tekad dia harus mendapat penjelasan dari suaminya tentang barang yang mencurigakan itu.
Makan malam pun usai dengan keseruan oleh celoteh si kembar. Sesekali bu Warsih menimpalinya.
"Bagaimana kerjaaanmu Ton?" tanya Pras tiba tiba yang membuat semua yang hadir menjadi tegang. Toni sempat melirik kearah ibunya.
"Eeh kerjaan Toni baik baik saja iya kan Ton?" malah bu Warsih yang menjawab. Toni mengangguk dengan gelagapan.
"i..iya mas" Toni menjawab dengan suara serak.
"Ada apa Ton? Kenapa gugup begitu?" pandangan Pras kearah Nadia seolah meminta penjelasan darinya.
"Sebenarnya..." suara Nadia tercekat di tenggorokan.
"Semua baik baik saja Pras, kecuali ada sedikit masalah" potong bu Warsih dengan hati hati.
"Masalah? Toni bikin ulah lagi?" tebak Pras.
"Mobilku masih di tahan polisi mas, karna Toni , Toni..."
Nadia terlihat ragu.
"Toni kurang hati hati saat menyetir, ahirnya nyerempet seorang ibu di jalan" lalu selanjutnya bu Warsih menceritakan semuanya, tentang dirinya yang butuh uang 3 juta, tentang rumah yang sudah tergadai hingga dirinya tidak punya tempat tinggal lagi.
Pras menarik nafas panjang mendengar kisah ibu mertuanya itu. Matanya menatap nanar kearah Toni, ada sirat kemarahan disana. Namun kata yang keluar dari mulutnya tetaplah santun. Itulah pribadi Pras.
Toni hanya menunduk.
"Ibu mohon maaf atas nama Toni, ibu pastikan dia tidak akan mengulangi kesalahan ini lagi" bu Warsih berlutut di depan Pras agar di kasihani.
"Bangunlah bu, baiklah.. Walau dengan berat hati aku maafkan kesalahan Toni dengan satu catatan dia akan ada di bawah pengawasanku kali ini, dan ibu boleh tinggal bersama kami disini" ucap Pras.
"Terimakasih nak Pras" bu Warsih menyeka air matanya.
"Besok Arif akan mengurus semuanya" sambung Pras kembali. lalu dia beranjak kekamar di ikuti Nadia.
"Kau lihat bagaimana akting ibu? dengan sedikit air mata mereka akan luluh" bisik bu Warsih pada Toni sepeninggal Pras dan Nadia. Toni mengacungkan kedua jempolnya.
"Mohon kritik dan saran serta dukunganya ya sobat"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Zakkha
keluar belangnya...
2022-10-26
0