BAB 5

Nadia dan Lisa bisa lolos smentara dari Wanita gendut itu. entah bagaimana selanjutnya

"Sekarang kita memang bisa akali bu Neta, tapi besok? Ayolah Nad, kamu jujur sama Suamimu dan minta maaf susah amat, setelah itu dia akan lunasi hutangmu" bujuk Lisa.

"Aku takut Lis, selama ini image aku tu selalu baik di mata mas Pras, entahlah gimana reaksinya kalau tau apa yang aku lalukan di bekakangnya" sesal Nadia.

"Trus gimana denganku? Gara gara aku nurutin maumu jadi terlibat masalahmu, bu Neta nagihnya selalu ke aku, apa kata tetangga dan suamiku kalau sampai mereka tau." ucap Lisa sambil terhenyak di kursi.

"Mungkin jalan satu satunya aku gadaikan mobilku saja" ucap Nadia perlahan.

"Kalau mas Pras tanya, dimana mobilnya dek?" Lisa menirukan logat Pras.

"Yaah... terpaksa aku bohong lagi, mobilku di gadaikan oleh Toni mas" jawab Nadia.

"Serius kamu Nad? Ingat lo sekali berbohong kamu akan terus berbohong," Lisa mengingatkan sahabatnya.

".Tapi aku kepepet Lis" ujar Nadia sendu.

"Ya sudah, kalau memang itu jalan satu satunya" kata Lisa.

"Untuk selanjutnya biar aku pikirkan lagi, masalahnya sore ini suamiku pulang, jadi aku kurang leluasa bergerak Lis, please.. Tolong lagi sekal ini ya!?"

Lisa melengos.

"Aku lagi aku lagi ahirnya yang bergerak" ujar Lisa berlagak enggan.

"Nanti aku kirim alamatnya, kemana kamu harus antar surat surat mobil, dan menemui siapa" Lisa hanya mengangguk.

"Aku pulang dulu ya Lis, mau persiapkan surat suratnya"

"Baiklah, kalau ngak inget kita sahabatan sudah lama, huh!.. ngak bakalan aku mau terlibat sampai sejauh ini Nad" keluh Lisa.

"Itulah gunanya sahabat" ujar lisa tersenyum sambil beranjak pergi.

"Nad, Nad.. Aku ngak bisa bayangin gimana reaksi Pras saat tau masalahmu" gumam Lisa sendiri.

Sedangkan Nadia terus berpikir bagaimana caranya agar Toni pulang tapi langsung membawa mobilnya kerumah Lisa.

Sesampai di rumah Nadia langsung berusaha menghubungi Toni kembali, dan kali ini tersambung.

[Ton, kamu dimana sih, bawa mobil katanya cuman sehari tapi ini sudah 3 hari lo, mbak butuh mobil itu secepatnya...] semprot Nadia begitu panggilanya di terima.

[Tapi mbak.. ] suara Toni terputus, lalu terdengar suara ibu angkatnya.

[Halo Nad ini ibu, Toni ada dirumah ibu sekarang, dia tidak berani pulang kerumahmu.] Nadia curiga karna ibunya turun tangan. Pasti ada apa apanya.

[[ Nad, kamu masih disana, mobilmu sedang ada di kantor polsi, kemarin malam Toni menyetir sambil mabok lalu menabrak tiang listrik,tapi untunglah adikmu tidak kenapa napa...]

Nadia tidak sanggup mendengar kelajutan kata kata ibunya. Karna itulah dia langsung menutupnya.

"Mobilku di kantor polisi?" Nadia menggeleng tak percaya sambil memegangi kepalanya.

Mobil itu adalah harapan satu satunya buat di gadaikan untuk bayar hutang pada bu Neta.

Kepalanya terasa sangat pusing. Sambil selonjoran di sofa di memikirkan langkah selanjutnta.

Tiba tiba dia teringat sesuatu,.

"Oh ya.. Bukankah aku ada perhiasan, itu saja ku gadaikan, kenapa ngak kepikiran ya, walaupun sangat sayang melepasnya."

ujarnya sendiri. Lalu segera menghubungi Lisa dan menceritakan semuanya.

Ahirnya Nadia mengemas beberapa perhiasan kesayanganya untuk di gadaikan.

Dan Lisa menyanggupinya untuk menggadaikan serta meyerahkan uangnya pada bu Neta.

Nadia merasa sedikit lega, satu masalahnya sudah bisa di atasi. tapi masalah mobil kembali mengganjal pikiranya. Apa yang harus di katakanya pada Pras nanti.

'***

Siang itu Pras dan Arif berpamitan pada semua tim yang ada disana untuk pulang sore harinya. sebelum berangkat untuk pulang, Pras menyempatkan diri keluar untuk membeli sesuatu untuk oleh oleh.

Pras tertegun saat berada di depan sebuah toko yang husus menyediakan oleh oleh khas daerah itu, dia bingung harus pilih yang mana.

"Mau beli oleh oleh ya mas?" sebuah suara menyapanya, saat dia menoleh terlihat Sofia tengah menatap dirinya dengan senyum tersungging di bibir.

"Ah iya.. Tapi aku bingung harus ambil yang mana" jawab Pras sambil menggaruk kepalaya yang tak gatal.

"Kenapa harus bingung, aku tau cemilan yang enak yang bisa di nikmati seluruh kalangan,

"ikut aku!"

Sofia berkata sembari menarik tangan Pras,

Dengan cekatan dia memilih beberapa jenis makanan sambil terus berceloteh. Pras hanya menanggapi dengan anggukan atau gelengan. saja.

Tapi yang membuat Pras risih beberapa kali Sofia berusaha mengandeng tanganya layaknya pasangan. Tiap Sofia meraih tanganya saat itu pula Pras berusaha melepaskanya. Bagaimanapun Pras harus jaga diri.

"Mau nambah lagi mas?' tanya Sofia saat mereka sudah di depan kasir.

" Cukup, itu saja" jawab Pras singkat. Tapi tak enak juga tidak menawarinya sesuatu.

"Barangkali kamu mau sesuatu, ambil saja" tawar Pras.

' Aku sudah beli kemarin" jawab Sofia.

Setelah itu mereka berpisah.

Jam 02:30 saat Pras menatap langit yang sangat mendung.

"Kayaknya mau turun hujan ni, mudahan hujanya ngak sampek sore ya Allah." doa Pras.

Di periksanya sekali lagi tas oleh olehnya yang sudah rapi.

" Tinggal boneka lucu ini yang belum masuk" gumamnya tersenyum sambil membayangkan si kembar.

Namun tiba tiba hujan turun dengan lebatnya di sertai kilat yang menyambar nyambar.

"Alamat batal pulang kalau gini" Gerutu Pras.

Lalu menghubungi Arif yang ada dikamarnya bahwa kalau hujan tak berhenti sampe sore, mereka akan pulang besok saja.

Menjelang magrib hujan baru reda.

Pras mengabari istrinya bahwa dia tidak jadi pulang karna hujan sampe sore.

Malampun berlalu.

"Tok tok tok! Pak Pras, saya arif pak" terdengar ketokan di pintu dan teriakan Arif di pagi buta.

"Ada apa rif?" tanyanya sambil membuka pintu.

"Mbak Sofia saat ini di kantor polisi, dia jadi korban perampokan semalam,mobilnya belum ketemu"

Siapa yang menghubungi kamu rif?"

"Polisi pak, mungkin atas permintaan mbak Sofia, memang kami sempat bertukar no hp"

"Masa iya daerah setenang gini ada perampokan" gumam Pras tak percaya.

"Mungkin saja pak, kejahatan tidak perduli keadaan waktu" seloroh Arif.

"Iya sudah, ayo kita lihat"

Pras dan Arif menuju kantor polisi yang tidak terlalu jauh dari tempat mereka menginap.

"Mas Pras, Arif..., maaf merepotkan kalian , saya bingung harus hubungi siapa lagi, Saya sendiri disini." keluh Sofia.

Keadaan Sofia memang agak parah, mukanya bengkak sebelah, dan ada luka di lenganya.

"Kapan kejadianya?" tanya pras.

"Semalam pak, setelah kejadian kami langsung membawanya kerumah sakit untuk mendapat peratan, setelah ibu Sofia merasa baikan kami bawa lagi kesini untuk di mintai keterangan." polisi itu yang menjawab.

"Semalam aku keluar untuk pamitan keteman ku mas , pas di tempat agak sepi tiba iba aku di hadang oleh tiga prema"

"Lalu mobilnya pak?" tanya Arif pada polisi.

"Masih dalam pelacakan mas" Arif mengangguk angguk.

" Saya bisa pulang pak?" tanya Sofia

" Yaa, untuk sementara keterangan mbak Sofia kami kira cukup dulu"

Setelah melewati beberapa prosedur ahirnya mereka di perbolehan pulabg.

Jangan lupa like serta koment ya!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!