BAB 2

Malam itu Nadia dan kedua anaknya datang kerumah mertuanya. dengan perasaan enggan dia melangkah memasuki rumah besar yang berasitektur kuno itu.

Mertuanya sangat menyayangi rumah itu, menurutnya rumah itu penuh sejarah dan kenangan tentang almarhum suaminya yaitu ayahnya Pras, terbukti dengan beberapa kali Pras dan Nadia mengajak ibunya itu untuk pindah kerumah mereka namun bu Laila menolak dengan halus.

"Eh cucu cucu nenek sudah datang.." Seru wanita tua itu ketika melihat kehadiran cucu dan menantunya.

"Neneek.." kedua anak kembar itu berhamburan kepelukan neneknya.

Nadia mencium tangan ibu mertuanya.

"Mas Pras tidak bisa datang bu, dia ada tugas keluar kota" ujar Nadia lirih.

"Iyaa ibu juga sudah tau, Pras pamit sama ibu." jawab wanita itu.

Nadia duduk di kursi ruang tengah rumah itu sambil memperhatikan celotehan anak anaknya yang senang bertemu neneknya.

"Ya sudah kalian main di halaman, banyak anak anak disana" ujar bu Laila pada kedua cucunya.

Tinggal Nadia dan mertuanya duduk di kursi.

"Bu, buat apa sih ngadain acara kayak begini?"

Tanya Nadia tiba tiba, membuat mertuanya menoleh dan memandang lurus kearahnya.

"Ah, maksud Nadia... ibu kan sudah sepuh tdak boleh terlalu capek" ujarnya menjawab tatapan aneh ibu mertuanya.

" Tidak usah hawatir nduk, sama sekali ibu tidak merasa capek, justru ibu bahagia bisa berbagi dengan sesama." jawab mertuanya mantap.

Memang setau Nadia ibu mertuanya tak pernah menyusahkan dirinya maupun Pras.

Namun Pras tetap memberikan jatah bulanan pada ibunya. itupun lewat Nadia sang istri. Pras begitu percaya padanya, membuat Nadia semakin terlena dan tidak menyadari kesalahan kesalhanya.

".Oh ya bu, ini ada sedikit titipan mas pras untuk ibu" Nadia merogoh amolop dari dalam tasnya.

Nadia masih berharap mertuanya menolak, padahal dia sudah memotong jatah orang tua itu.

Seperti harapan Nadia ibu Laila menolak amplop yang di sodorkan menantunya.

"Simpan saja nduk, uang pensiunan Almarhum bapaknya Pras masih cukup untuk memenuhi kebutuhan ibu saat ini, nanti kalau ibu butuh, pasti ibu akan bilang pada kalian" wajah teduh ibu Laila mengembangkan senyum tulus.

Nadia kembali memasukan amplop itu kedalam tasnya.

Beberapa orang kerabat yang kebetulan sedang berlalu lalang sibuk menyiapkan acara itupun berbisik bisik dan menatap kearah mereka. namun Nadia tak ambil pusing. bahkan ada rasa lega di hatinya. dengan penolakan mertuanya itu berarti dirinya punya pegangan karna uang jatahnya sendiri sudah habis.

"maafkan aku mas, bukan salahku kalau uang ini sekarang jadi milik aku, aku sudah sampein amanahmu pada ibu tapi ibumu menolak" batin Nadia sambil tersenyum kecut.

Sudah terbayang di matanya perempuan gendut tempatnya mengambil perhiasan dan baru di bayar separuhnya itu akan menagihnya dengan mulut yang pedas bak cabe. untungnya dia melakukan transaksi apapun di rumah Lisa. jadi dia aman dari suaminya Pras.

Di tengah acara yang berlangsung hikmat.

Sebuah mobil memasuki pekarangan rumah bu Laila.

"Assalamualaiqum " Ucap seorang wanita yang keluar dari mobil dan berpenampilan syar'i, lalu menyusul seorang gadis yang bercadar melangkah dengan anggunya.

"Ahirnyaa kalian datang juga" sambut bu Laila sambil merangkul wanita itu dengan hangat.

"Maaf kami terlambat bu, soalnya macet banget" kata wanita itu.

sedangkan gadis yang ada di belakangnya mengangguk hormat dengan memperlihatkan kedua mata indahnya.

"Ohya ibu, hampir lupa.. ini Zahra seorang gadis muallaf, pak kiayi menitipkan zahra pada saya untuk di ajak dalam kegiatan sosial seperti ini makanya saya bawa saja sekalian." ujar wanita itupada bu Laila.

"Masyaallaah.. istiqomah ya nak" ucap bu Laila pada gadis itu.

Gadis itu membungkuk menyalami ibu Laila.

bu Laila mengusap punggungnya dengan ramah.

" Kayak menantu yang lagi sungkeman pada mertua di hari raya yaa?" canda seorang ibu, yang di sambut riuh oleh para ibu lainya.

"Sudah sudah bercandanya, mendingan kalian keluarkan makananya!" Seru bu Laila.

"Oh,ya Kenalkan ini menantu saya... Nadia" ujar bu Laila pada kedua tamunya.

"Cantiik.." ucap wanita paro baya tamu bu Laila.

"Mbak Nadia kan? saya Zahra mbak"

gadis itu mengulurkan tanganya.

Tak tau kenapa Nadia merasa gemeter setiap kali beradu pandang dengan gadis cantik itu.

Nadia menghembuskan nafas kasar. dia berharap acara itu cepat selesai.

Acara berjalan dengan hikmat.

Sepanjang Upacara itu diam diam Nadia mencuri pandang pada gadis yang duduk di dekat ibu mertuanya.. wajahnya yang ayu dan teduh dengan manik mata yang mengkilat di tambah dengan tutur sapa lembut sungguh membuat hati tentram bila memandangnya. gadis itupun terlihat cepat akrab dengan semua orang termasuk ibu mertua Nadia.

Ahirnya saat yang di harapkan Nadia pun datang. acara selesai dan semua tamu para jompo dan anak yatim sudah pamit pulang.

Begitupun dengan Zahra. yang sedari tadi tak bosan meladeni Kayla dan Nayla yang bawel menurut Nadia. tapi Zahra dengan telaten meladeninya. membuat Nadia heran.

Saat Zahra pamitpun kedua anaknya terlihat kecewa. padahal mereka baru bertemu kali ini.

"Tante.. kapan mau main lagi sama Kay?"

"Tante main saja kerumah kami, ayah pasti suka liat tante Zahra, ayah sangat baik, ganteng juga" oceh Nayla dengan polosnya.

Membuat semua yang hadir di ruangan itu terkekeh, tapi tidak dengan Nadia yang merasa tidak enak dengan celoteh anaknya.

"Kapan kapan ya sayang... yang penting Kay sama Nay rajin sekolah dulu, nanti tante pasti datang buat main sama kalian" Zahra merangkul kedua bocah itu yang langsung mau mengerti dengan ucapan Zahra.

Rupanya Zahra mengerti dengan kegelisahan Nadia.

Lagi lagi Nadia di buat heran oleh kedua anaknya, dengan gampangnya Zahra memberi pengertian pada mereka. padahal biasanya mereka akan merengek tak henti sampai apa yang mereka mau di turuti.

Rupanya Zahra dapat membaca keheranan di wajah Nadia.

"Tidak usah di ambil hati mbak, namanya juga anak anak" bisik zahra di telinga Nadia.

"Ni anak juga, apa dia masih bisa bilang begitu kalau ngerasain jadi emak emak?" batin Nadia dengan kesal.

Nadia mencari tempat yang agak sepi karna ponselnya bergetar terus, padahal dia sudah mengabaikanya.

Baru saja Nadia menempelkan ponael di telinganya terdengar umpatan dari sebrang.

"Hey, kalau tidak mampu bayar jangan berhutang, ingat bunganya jalan terus!!" percakapan langsung terputus.

"Huh dasar nenek nenek jutek, siapa juga yang tidak mampu bayar" umpat Nadia kesal.

"Ada apa nduk?"Tanya bu Laila yang kebetulan lewat dan mendengar umpatan Nadia.

Nadia menelan ludah, bingung mau alasan bagaimana biar mertuanya tidak curiga.

"Eeh.. ini bu, ada teman nawarin barangnya pada saya, pas saya bilang tidak mau dia malah marah marah." Nadia memberi alasan seadanya.

Bu Laila menggelengkan kepala tanda heran dan berlalu dari sana.

"Hampiiir saja."ucap Nadia lega, dan segera berkemas untuk pulang.

Ahirnya setelah magrib Nadia pamit pulang bersama kedua anaknya.

Terpopuler

Comments

Aprilia

Aprilia

ck ck ck?

2022-09-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!