Setelah tidak berapa lama, kami bermain.suara pun, terdengar dari luar memanggil namaku.
"Liyan!"panggil seorang wanita dari arah luar rumah temanku.
Mendengar panggilan itu aku pun langsung bergegas untuk pulang.
"Dek,kakak pulang dulu ya."Aku pun berpamitan pada temanku.
"Iya kak,besok kita main lagi ya kak!"
Aku tersenyum sambil meninggalkan mereka yang masih bermain dengan seru dan tawa.
Suara itu,terus saja kudengar. Memanggil namaku sampai aku datang dihadapannya. Wanita itu tak lain, adalah ibu sambungku sendiri. Memanggil namaku karena hari sudah kelihatan sore.
Aku pun, menuruti perintahnya. Sebagai, seorang Ibu yang telah mau mengorbankan jiwa dan raganya untuk mengurus kami.Meskipun, pernikahan ayahku dengannya terjadi karena sebuah jebakan.
Aku melihatnya dan diam dihadapannya.Sambil berjalan menuju rumahku dan melakukan apa yang semestinya harus kulakukan.
"Liyan, kamu harus mandi sekarang, ya!"kami pun berjalan saling beriringan.
"Ia, Bu."Jawabku dengan menundukkan kepalaku.
Seperti, biasa Ayahku yang selalu diberkahi dengan tugas. Dia sudah melaksanakan tugasnya untuk menimbakan air mandian kami.
Seperti, biasa sebelum dia pergi bekerja menarik becak. Dia sudah menyiapkan segala sesuatu yang kami butuhkan setelah ia pergi.
Dia tidak pernah mau untuk memberatkan siapa pun, termasuk ibu sambungku sendiri. Selain, dia tegas dan terlihat kejam. Tapi, dia punya rasa pengertian yang besar pada orang -orang yang ada di sekelilingnya. Dia begitu, sangat menghargai tenaga orang lain yang kira-kira itu, memberatkan dan melelahkan untuk dikerjakan.
"Liyan,coba kamu lihat apakah air mandinya sudah di timba kan ayahmu?" Tanya ibu sambungku. Sambil menatapku yang berdiri di pintu dapur.
"Ia Bu,sudah."Sambil memandang wajahnya.
"Ya sudah,mandi pergi sana!"
Dia pun, langsung bergegas pergi meninggalkanku. Keruangan tamu yang tidak begitu besar,tidak ada sofa. Hanya, ada kursi satu dan meja makan satu yang terbuat dari kayu. Sebagai tempat makan ayahku.
Ayahku kalau makan pagi,siang dan malam disitu. Menskipun, dia jarang sarapan pagi karena waktunya yang tidak banyak.
Aku pun, yang tadi mandi kini sudah selesai.
"Liyan."
"Ia Bu."
"Jangan lupa!"
"Jangan lupa?"Dengan penuh tanda tanya aku mencerna kata-kata Ibu sambungku.
"Emangnya, ada sesuatu yang di berikan padaku,kok dia bilang jangan lupa ya."
Aku terus mengingat kata "jangan lupa"sambil mengeringkan tubuh dan rambutku.
"Bu,jangan lupa apanya?!"Aku pun memberanikan diri untuk menanyakan pertanyaan itu kembali.
Aku sih belum begitu dekat dengannya. Meskipun, selama ini kami sudah tinggal serumah.Terkadang, dia begitu baik padaku. Kalau, aku lihat diantara aku dan adikku. Dia cuman, dekat dengan ku. Kalau sama adikku, dia tidak begitu, dekat karena sifat adikku yang sangat jutek.
Adikku tidak pernah mau menganggap dia sebagai Ibunya. Setiap, ibu sambungku menyuruh adikku. Memanggil dia dengan sebutan "Ibu" adikku selalu bilang kalau, Ibuku sudah meninggal dan kau bukanlah Ibuku. Itulah yang sering kali di katakan adikku.
Jadi,semenjak kejadian itu dia tidak begitu suka pada adikku.
Sementara, aku sendiri tidak pernah memperdulikan apapun. Terkesan aku lebih cuek.Karena aku yang cuek. Dia lebih suka dekat denganku.
"Ia,kamu itu jangan lupa. Kalau, malam ini kamu itu mengaji sama ayahmu."
"Ia, Bu."
Mendengar ucapan Ibu sambungku yang mengingatkanku. Sudah sewajarnya, aku mematuhinya. Karena bagi, ayahku kalau aku tidak mematuhi siapa pun. Apalagi, ibu sambungku dalam hal yang baik. Dia bisa marah besar karena melihat anaknya jadi, pembangkang.
Setelah, selesai aku berpakaian dan merapikan diri. Aku langsung bergegas duduk. Dimana, aku harus menunggu Ayahku pulang.
Tak terasa sudah hampir setengah jam. Aku menunggu Ayahku.Dibalik lemari yang terletak melintang. Sebagai, penyekat antara ruang tamu kamarku.
Sementara, adikku yang manja. Dia tak terlihat ada dirumah.
Aku yang berada didalam kamarku. Tiba-tiba, mendengar suara batuk dari luar.
"Ha, sepertinya itu Ayahku?!"
Aku langsung bergegas melihat keluar rumah.
"Liyan!"Panggil Ibu sambungku dari ruang tamu.
Aku yang mendengar panggilannya langsung keluar menghampirinya.
"Ia, Ibu!"Sambil berjalan dengan cepat.
"Ini Ayahmu sudah pulang."
"Liyan, apa kamu sudah mandi, nak?"Masuk kedalam rumah dan membuka sepatunya. Kemudian, sepatu itu dia susun rapi. Tepat di samping pintu.
"Sudah Ayah."Jawabku yang sedang berdiri disamping Ayahku.
"Ayah,kenapa ayah cepat sekali pulang?"Aku yang menatap ayahku tajam dengan penuh tanda tanya.
"Ia nak,hari ini sewa sepi." Ayahku pun, langsung masuk kedalam kamarnya yang begitu adem.
Ya,kamar Ayahku terasa begitu adem dan sejuk. Ketika, aku pernah sekali masuk kedalam kamarnya untuk mencari photo Ibuku.
Tapi, jika Ayahku tahu aku masuk kedalam kamarnya. Mencari photo Ibuku pasti dia marah. Karena dia sudah pernah mengingatkan. Jangan pernah ada yang masuk kedalam kamarnya.Kalau, dia tahu aku masuk dan mencari photo. Habislah aku,karena dia tidak suka kalau, lemarinya berserakan.
Sebab, photo ibuku dia simpan didalam lemari pakaiannya. Tepat dibawah susunan pakaiannya.
"Liyan."
"Ia, Ayah."
"Kamu cepat siap-siap ya, nak! Biar kita mengaji." Kemudian, Ayahku pun, menghilang dan pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih yang didalamnya, terdapat sumur.
Selepas habis Maghrib. Aku pun, mulai bersiap untuk mengaji bersama Ayahku tercinta.Ku gelar tikar mengajiku. Setelah, selesai aku gelar. Aku kemudian, mengambil I'ROQ dari dalam lemari dan mengambil bantal yang bersih. Sebagai, alas tempat I'ROQ ku karena aku belum mempunyai, Rekal. Kemudian, aku menyiapkan semua kebutuhanku.
Sementara, dari kamar. Masih terdengar suara Ayahku yang sedang membaca lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an.
Ayahku memang jarang sholat Maghrib di Masjid karena jarak dari rumah kami ke Masjid sangat jauh.Di tambah lagi, dia harus mengejar waktu untuk mengajariku mengaji.
"Liyan,ayo cepat sini kita mengaji !"
Aku pun, langsung duduk disamping Ayahku.Aku buka lembaran I'ROQ ku sambil membaca ta'awudz dengan melantunkan huruf demi huruf dari bibirku yang kecil.
Disamping, itu juga. Ayahku tak pernah lupa dengan teman setianya, yang selalu dibawanya. Ketika, mengajariku mengaji.Yaitu, tak lain adalah tali pinggang. Sebuah lidi dan juga terkadang kayu kecil atupun rotan.
Setiap kali. Kalau, aku tidak membaca huruf-huruf dengan serius. Dia pasti, memukulkan tali pinggangnya. Tapi, bukan ke badanku melainkan ke lantai. Sebagai, gertakan untuk ku yang tidak pernah serius.
Tapi begitupun, aku yang tak tahu. Apa yang ada dipikirannya? Merasa ketakutan kalau tali pinggang itu akan menyentuh tubuh mungilku.
"Hari ini kamu mengaji harus serius! Jangan main-main seperti semalam."
"I,ia Ayah."Dengan gugup aku menjawab.
Malam ini aku senang.Aku bisa menyebut hurufnya satu persatu dengan lancar dan tanpa gertakan tali pinggang.
"Alhamdulillah,kamu sudah lancar nak, malam ini."Wajah Ayahku langsung berbinar sambil menatapku.
Aku tidak menjawab perkataan Ayahku. Sebagai jawabannya,aku berikan senyum pada ayahku.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 394 Episodes
Comments
Dehan
sudah banyak dikungan buat author, jangan lupa dukung balik penjahit cantik ya thor..
2023-03-18
0
Putri Minwa
kita saling dukung ya thor, jangan lupa lirik Dibalik Kesetiaan Nayla juga ya
2022-10-20
1