Tidak berapa lama. Aku dan temanku bermain boneka di dalam rumah. Tiba -tiba,Kami kedatangan teman baru yang di bawa oleh temanku Nia.
"Andrini! Andrini !" Teriak temanku Nia dari luar rumah.
"Ha! Kak, itu siapa, ya? ada yang memanggilku."
"Dimana?" tanyaku pada Andrini sambil berdiri melihat keruangan tamu.
Pintu masuk rumah temanku Andrini ada dua! Yang pertama, dari pintu depan yang tak lain pintu yang tepat didekat ruang tamu. Sementara, yang satunya lagi berada di ruang dapur yang sering disebut sebagai pintu belakang.
Aku dan temanku Andrini pun melihat keluar dari kamar dan melihat ke seluruh ruangan dari pintu kamar.
"Kak,itu suara yang memanggil dari pintu mana ya, kak? Pintu depan atau belakang, ya?" Sambil berdiri di depan pintu kamar.
"Coba dek,ayo kita lihat!" Kataku, sambil berjalan dari pintu kamar ke ruangan. Mencari-cari suara yang memanggil kami.
Kami pun, terus berjalan sambil menyusuri lantai rumah yang kami injak. Aku dan Andrini berjalan terpisah. Aku mencari ke pintu belakang sementara, Andrini mencari ke pintu depan.
Kreek!
"Ha! Kalian dari mana ?"
"Dari rumahku." Kata, Nia kepada Andrini yang berdiri di teras rumah. Tepat di depan pintu masuk yang berada diruang tamu.
"Ia, nya!" Kata , Andrini dengan wajah yang berbinar. Sambil menarik senyum dari bibir kecilnya.
"Ini siapa Nia? Saudaramu?" Tanya Andrini kepada Nia. Sambil masuk kedalam rumah.
"Engga! Ini temanku. Perkenalkan namanya Arni. Sambil menunjuk Arni.
"Hehehe! Ia, perkenalkan namaku Andrini." Berjalan beriringan. Sambil menyalam Arni yang baru pertama, kali datang kerumah Andrini.
Sementara, aku yang masih berada di dapur. Terus mencari namun, tidak ada yang aku temukan, di balik pintu dapur yang terbuka setengah badan. Pintu dapur temanku. Memang lain, tidak seperti, pintuku dan pintu temanku yang lain. Yang memiliki satu lembar pintu saja. Tapi, ini malah memiliki dua lembar pintu yaitu, atas dan bawah. Kalau pada siang hari atau pada kebiasaan sehari-hari. Pintu rumahnya yang tertutup hanya lembaran bawah. Sementara, lembaran atasnya wajib terbuka.
"Oh, ia! Kak Liyan ada disini!"
"Ia,dimana kakak itu?" Tanya Nia kepada Andrini sambil merangkul temannya Arni.
"Sebentar ya! Aku panggil.Soalnya, kakak itu tadi mencari kalian ke belakang. Ntah, mana? Tahu kalian dari pintu belakang."
"Kak Liyan!" Teriak Andrini dari ruang TV. Sambil berjalan ke dapur.
"Ia dek!" Teriak aku juga dari ruang dapur.
"Kak! Ininya ,orang itu kak!"
Mereka bertiga pun, berdiri menghampiriku. Dengan membuka sedikit mulutnya dan tertawa.
"Kakak pikir. Dari pintu belakang. Makanya
kakak lihat kesini!" Mengarahkan kedua mataku ke pintu.
"Hahahaha!" Mereka bertiga pun, tertawa dengan kuat.
Kami pun, berempat langsung berjalan ke ruang tamu.
"Kak! Kita main apa, ya?" Menatapku dengan penuh tanda tanya.
"Eemm! Apa? Ya! Terserahlah dek. Kita mau main apa?" Dengan mengerutkan keningku.
"Ha ! Main boneka aja." Kata, Nia sambil menunjuk ke boneka yang tersusun rapi di dalam lemari kecil tempat TV.
"Ya ,sudah kita main itu aja!" Kata, Arni dengan riang sambil melompat-lompat.
Kami pun, mulai dengan permainan kami. Aku,Andrini,Nia dan juga Arni bermain boneka dengan melakonkan. Boneka kami masing-masing. Sesuai karakter yang diperankan.
Canda tawa kami berempat pun, terdengar sampai ke teras rumah Andrini.
Arni begitu, sangat mahir melakonkan permainan bonekanya. Dia memang suka katanya, bermain boneka bahkan, begitu banyak bonekanya dirumah. Kalau menurutku, itu sih, wajar karena Arni adalah anak orang kaya. Dia bahkan, bermain bersama kami membawa sebuah tas yang unik. Diantara, tas-tas yang kami punya. Seketika Arni mengelus-elus tas yang di bawanya ke rumah Andrini. Yang dimana, tempat kami berkumpul saat ini!
Tiba-tiba, temanku Andrini memegang tasnya!
"Cantik kan!" Katanya, kepada Andrini.
"Ia,kau belik dimana? Aku belum pernah melihat tas secantik ini!" Kata, Andrini sambil memandangi tas Arni.
"Ia!" Arni pun langsung mengambil tas yang di pegang Andrini.
"Jangan di pegang nanti rusak. Kata, nenekku."
Arni pun langsung menyandang tasnya kembali.
Aku pun, yang kepingin memegang tasnya. Jadi, tidak berani karena dia takut dan tidak suka kalau tasnya dipegang.
"Emang, itu tas dari mana?" Temanku Andrini melontarkan pertanyaan kembali kepada Arni.
"Ini di belik nenekku dari Mekkah!" Katanya, sambil menatap kami satu persatu.
Temanku Nia, melakukan hal yang sama seperti, yang kulakukan. Tidak berani memegangnya.
Tasnya, memang sangat unik dan berwarna pink muda. Yang dilukis dengan motif bergambar orang.Tas yang terbuat dari mutiara-mutiara kecil yang indah dan tersusun rapi.
Aku yang melihatnya. Kapan la, ya ? Aku punya rasa kayak gini? Cantik. Kataku, didalam hati sambil menatap dalam tasnya.
"Ia, tasmu cantik, ya!" Puji Andrini lagi kepada Arni.
Sementara, Nia tidak banyak bicara dia hanya, diam dan mendengarkan saja.
"Nia! Kamu gak kepingin punya tas seperti itu?" Tanya, Andriani sambil melakonkan bonekanya kembali.
"Engga! Soalnya, jauh di Mekkah. Mana bisa orang tuaku kesana membelinya. Ongkosnya berapa? coba!" Nia, menatap Andrini dengan sendu.
Aku hanya, mendengarkan mereka yang melemparkan kata-kata. Bisa tidak memiliki tas seperti itu?
Permainan lakon boneka pun, masih berlanjut dengan mendengarkan lagu "Saras 008"itu adalah lagu yang paling kami sukai apalagi topengnya!
Selain, bermain boneka. Kami juga bermain masakan dan rumah -rumahan.
Dalam permainan. Kami yang mengusir sepi. Canda tawa pun, terdengar dengan kuat. Meskipun, yang tadinya kejadian agak tegang sedikit. Gara-gara tas. Yang dibawa Arni yang sengaja ditunjukkan kepada kami.
Tapi begitu pun, perselisihan antara kami berempat tidak sampai terjadi.
Andrini menghargai Arni yang terlahir dari keluarga kaya. Yang bisa membeli apapun yang dia mau. Sementara, Nia dan aku pun demikian, kami tidak sekalipun, menaruh iri hati pada Arni. Karena aku dan Nia pun, sadar Arni siapa? Dan kami siapa?
Pertemanan kami yang penuh dengan perbedaan sosial. Tak menjadikan kami untuk saling mendiskriminasi satu sama lain. Kami masih tetap terlihat kompak meskipun, ada perbedaan yang mencolok.
Aku yang berasal dari keluarga yang miskin. Terkadang merasa minder dengan mereka. Meskipun, mereka sosialnya, tidak setara dengan Arni. Tapi, mereka masih bisa membeli apa? Yang mereka inginkan. Lain halnya, dengan diriku. Aku yang hidup serba kekurangan. Harus menahan selera atas keinginanku. Baik itu dalam hal yang bisa dijangkau atau pun tidak! Karena aku harus memikirkan keuangan ayahku.
"Ha! Ini sudah jam berapa,ya? Tanya, Arni.
"Sudah jam lima sore!" Kata, Andrini sambil melihat ke arah jam dinding.
"Ia, dek! Kakak pulang la, ya!" Kataku, sambil melihat kearah luar jendela.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 394 Episodes
Comments
Dehan
udah lama banget ini saras 008 wkwkw
zamam aku kecil 🤣🤣
2023-03-18
0
Putri Minwa
kisah yang mengharukan say, mengingat kan kk ke masa lalu yang sulit
2022-10-20
1