Aku membuka sedikit mataku dan melihat dia lagi apa? Ternyata dia gelisah. Mungkin, dikarenakan tempat tidurku yang begitu tidak nyaman. Karena kulihat dia menggerakkan badannya bolak balik. Kesana kemari mencari tempat yang nyaman.Tempat tidurku memang tidak nyaman karena hanya terbuat dari beberapa keping papan dan tak memakai alas seperti, tilam! Mungkin, dia tidak terbiasa dengan tempat tidur seperti punyaku.
Ayahku tak memiliki uang yang cukup untuk membeli tilam. Dia hanya, seorang pembawa bacak dayung yang penghasilannya hanya cukup untuk makan kami saja. Bahkan, terkadang itu masih kurang dan ayahku tak jarang juga, dia harus mengutang.
Aku dan adikku yang dirawat ayahku dari kecil. Setelah kematian ibuku begitu sangat pengertian kepada ayahku. Kami tak pernah menuntut di luar kemampuannya.Terkadang, kami tak jarang menahan apa yang kami inginkan.
Di tengahnya tidur!
Suara dengusan ibu sambungku pun terdengar ke telingaku. Seakan dia mengatakan, tempat tidur apaan sih ini? keras sekali sampai badanku sakit tidur disini!
Sedikit, aku kasihan melihatnya tapi, apa? yang bisa aku perbuat. Aku masih kecil dan aku tidak bisa melakukan apa pun.
Tidur aja, ah! Gumamku di dalam hati.
Pagi!
"Ayah! Sarapan aku mana?"Aku berdiri di samping ayahku dengan senyum manis.
"Ini, nak! Sudah siap,makanlah!" Sambil ayahku menghidangkan nasi di hadapanku.
"Ayah,ayah tidak kerja?"
"Ia,nak! Kerja ?"Tanya ayahku kembali kepadaku.
Aku pun duduk berdua dengan ayahku. Sembari menikmati hidangan yang telah disajikan ayahku.
Sementara, di tempat lain seorang wanita yang tidak lain adalah ibu sambungku sendiri. Berdiri didepan cermin sambil menyisir rambutnya dengan sedikit wajah yang masam. Berjalan masuk menuju kamarku sambil melirik kearah kami.
"Ayah! Aku pergi,ya! Assalamualaikum Ayah." Berjalan keluar menyalam tangan ayahku.
"Ia, hati-hati ya, nak!"Jawab ayahku sambil mengelus kepalaku.
Setelah aku melangkah menuju sekolahku. Tiba -tiba aku melihat temanku yang searah dengan ku.
"Liyan, tunggu!"Teriaknya sambil mengejarku.
Aku yang berjalan asyik. Menikmati perjalananku yang sederhana. Tidak begitu, mendengar teriakan itu karena banyaknya motor yang melintas di ruas jalan. Mengakibatkan kebisingan yang begitu keras di telingaku.
puk!
Aku pun langsung terkejut. Seketika langkah kakiku yang manis terhenti dan melihat kebelakang dengan wajah yang sedikit pucat ketakutan. Jantungku pun berdegup dengan kencang seketika.
"Widia." Kataku dengan menghapus dadaku.
"Tunggu aku! Dari tadi, aku memanggilmu. Sambil aku berlari hingga kakiku terluka." Kata Widia sambil melihat kakinya.
"Maaf! Aku tidak dengar. Suara motor begitu keras." Kataku dengan menyesal.
Dibawah sinar matahari yang begitu cerah. Kami pun, berjalan sambil melintasi ruas jalan yang begitu panjang. Aspal yang hitam terlihat bersinar karena cahaya matahari yang terik. Bukan hanya kami. Anak yang melintasi jalan ini. Ada beberapa anak sekolah kami, pun terlihat begitu banyak berjalan juga. Seperti, kami yaitu, berjalan kaki.
Panjangnya jalan yang aku lalui bersama temanku. Akhirnya, menghantarkan kami juga ke gerbang yang dituju semua anak-anak,"gerbang sekolah", kataku dalam hati. Sambil tersenyum ceria. Melihat sekolahku yang asri yang banyak di tumbuhi pepohonan dan bunga-bunga yang mekar.
Dari gerbang sekolah. Aku melihat kebelakang. Tepatnya, ke badan jalan yang baru saja aku lewati tadi bersama temanku. Aku melihat ada anak lain yang begitu senang. Berbicara pada seorang wanita separuh baya sambil tersenyum bahagia. Dia berbicara pada wanita itu. Sontak aku pun, langsung teringat pada ibuku yang sudah lama pergi. Pikiranku pun, seketika berjalan mengingat dia.
Aku kini harus menghadapi hati yang sedih. Pikiran yang bergulat tentang ibuku. Sambil berdiri di gerbang melihat anak dan ibu itu yang begitu, penuh dengan kasih sayang. Mengingatkan aku kembali ke masa kecilku yang mendapatkan limpahan kasih sayang seorang ibu. Meskipun, aku tidak mengingat sepenuhnya.
Aku pun, langsung mengalihkan pandanganku kearah sebelah kiri. Lagi-lagi aku mendapati hal yang serupa. Dimana, seorang anak yang berpegangan tangan dengan ibunya sambil berbincang dengan manis.
Sementara aku.,,
Aku terdiam sambil menatap diriku yang masih berdiri diam di pintu gerbang.
Aku rindu ibu. Kataku dalam hati sambil melihat ibu-ibu yang lewat di sekolahku mengantarkan anaknya.
Sementara, temanku tadi Widia telah sampai terlebih dahulu ke dalam kelas.
Aku yang masih berdiri. Mengingat kepergian ibuku yang begitu cepat. Sehingga sedikitpun tidak pernah aku melihat wajahnya. Jangankan, untuk wajahnya yang harus aku ingat. Untuk kasih sayangnya pun, aku tidak mendapatkannya.
.
.
.
Rapat mendadak!
Aku yang mau melangkah kedalam kelas, tiba-tiba!
Horeee! Teriak anak -anak kelas yang berdekatan dengan kelasku. Seketika, mataku pun yang tadinya sedikit mengecil karena kesedihanku. Kini terbuka dengan lebar karena mendengar teriakan anak-anak.
Rasa kepingin tahuku pun muncul didalam hati. Ada apa,ya? Namun, sayang kakiku tidak begitu cepat aku langkahkan ke tempat kejadian. Aku masih melongo di tempatku yang membuatku begitu nyaman.
"Ayo cepat lariii!" Teriak anak-anak yang berlari di dekatku. Sambil melemparkan topi mereka bagi yang anak cowok. Sedangkan teruntuk yang cewek semuanya pada berjalan santai sambil tertawa gembira.
"Liyan! Ngapain kamu di sini." Kata temanku yang bernama Maharani.
Dengan wajah yang bingung. Aku hanya melihat saja tanpa menjawab pertanyaannya.
Aku sepertinya, kelihatan kayak orang aneh!Kataku dalam hati sambil melihat diriku dalam.
Dia pun, terus menatapku dengan lekat. Sembari datang menghampiriku yang tadi hanya, berdiri diam seperti orang yang bodoh.
"Hey,Liyan!" Katanya sambil memukul bahuku.
"I-ia." Kataku dengan gugup.
"Kau ngapain masih berdiri di sini?" Tanyanya kepadaku.
"Emang kenapa?"
"Kita sudah pulang."
"Ha,apa?" Aku langsung terkejut.
"Pulang?" Tanyaku kembali.
"Ia, kita ada rapat mendadak,jadi semua murid diminta untuk pulang."
Pulang? yey, aku bisa bermain dengan puas hari ini ." Sambil menatap kelangit. Udara yang kurasakan pagi ini. Begitu masih terasa segar.
Heem! Enaknya,tidak sekolah dan tidak belajar." Hatiku pun, terus menari-nari dengan gembira.
Ah,pulang la. Kataku dalam hati sambil berjalan keluar gerbang.
Hatiku yang kini begitu, senang menari-nari. Membayangkan permainan yang akan aku mainkan di rumah nanti, bersama teman -temanku setelah sampai. Tak sabar rasanya aku ingin sampai. Kataku dalam hati sambil mengukir senyum dibibir kecilku.
Dipinggir ruas jalan yang aku lalui yang banyak ditumbuhi pepohonan yang rimbun. Membuat jalan pun, terasa begitu sejuk. Seakan, aku tidak mau pergi meninggalkan bawah pohon yang sejuk.
Aku yang berjalan sendiri. Berlama-lama seakan, aku tidak mau begitu cepat meninggalkan bawah pohon.
Enak! Ya! Di bawah pohon ini sejuk dan adem. Kataku dalam hati sambil melihat sekeliling pohon dan daun yang rimbun.
Perjalananku sendiri menuju rumahku begitu aku nikmati.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 394 Episodes
Comments
Putri Minwa
mantap
2022-10-19
1