Setelah itu pamanku pun, kembali kerumahnya.
Tidak berapa lama selesai perbincangan ayahku dan pamanku. Dia datang membawa tas yang berisi pakaian.
"Ayo naiklah!" Kata ayahku mempersilahkan.
Perempuan itu pun naik sementara ayahku. Menaruh tasnya di belakang tenda becak.
Aku yang duduk di samping ayahku pun, tidak bersuara sepanjang perjalanan. Sementara, adikku yang sedang tidur di pangkuanku. Kini tertidur semakin pulas.
"Emang ,Ayah engga capek, ya?" Tanyaku kepada ayahku.
"Tidak nak! Mana mungkin Ayah capek!" Sambil mengayuh becak.
"Apa Ayah tidak keberatan membawa kami? Kalau kami berat Ayah, turunkan saja dulu disini! Baru nanti Ayah jemput kembali setelah mengantarkan adik." Kataku yang terus melihat ayahku.
"Engga usah,nak! Ayah masih sanggup!" Kata ayahku dengan polos.
Sambil mengayuh becak dayungnya. Ayahku begitu kagum mendengar penuturanku yang begitu memperhatikannya. Seketika, ayahku pun memalingkan wajahnya melihat diriku dengan sedikit menarik bibirnya. Dia pun, melihat adikku dan perempuan itu juga, yang tidak lain adalah ibu sambungku.
Dari samping aku mendengar penuturan wanita itu tentang adikku. Perempuan itu pun, kemudian menoleh ke adikku dan ke ayahku dengan wajah yang berkerut.
Aku yang berada diantara mereka pun getar getir. Melihat wajah mereka satu persatu. Aku tidak bisa menjamin kalau engga akan terjadi keributan. Aku pun, terus melihat mereka dengan lekat.
Tiba-tiba!
"Ayah! Kenapa berhenti?" tanyaku kepada ayahku yang masih duduk di atas becak.
"Ia, nak! Kita sudah sampai."
Kami pun turun. Sementara, ayahku masih di atas becak. Untuk memarkirkan becaknya dan menurunkan tas ibu sambungku.
"Ayah! Becaknya di taruh di sini?" Tanyaku kepada ayahku lagi.
"Jadi, kita pulang jalan kaki, Ayah?" Tanya aku kepada ayahku dengan lirih.
" Ia,nak!" Ayahku terus mendorong becaknya ketempat penyimpanan becaknya.
"Engga mau ayah! Aku engga mau jalan!" Suara rengekan adikku pun kini terdengar dengan manja.Dia pun, seketika tersentak dan bangun dari tidurnya.
Sementara dari tempat yang tidak begitu jauh. Wanita itu pun, memelas melihat adikku yang manja.
"Ia, sudah! Sini Ayah gendong!" Ayahku pun menggendong belakang adikku.
"Ayah! Ayah tidak kedinginan?" Tanya adikku yang menyandarkan kepalanya dipundak ayahku.
"Engga! Kalau untuk anak Ayah mana mungkin Ayah capek!" Ayahku.
Aku yang terus berjalan disamping ayahku. Bersama wanita itu yang memegang tasnya. Dia tidak bersuara sedikitpun. Hanya, mendengarkan pembicaraan adik dan ayahku.
"Dingin Ayah! Kita masih lama lagi Sampai, Ayah!" Suara adikku pun, kini terdengar begitu segar tidak seperti orang yang habis bangun tidur.
" Tidak,nak! Sebentar lagi kita sampai." Kata ayahku yang kini terlihat sedikit lelah.
Akhirnya!
"Nah! Kita sudah sampai." Ayahku menurunkan adikku.
"Ayah,ayo kita tidur!" Kata adikku sambil menarik tangan ayahku.
"Assalamualaikum." Kata adikku yang masuk ke dalam rumah dengan suara kecilnya.
Aku diam. Melihat mereka satu persatu. Hatiku yang rasanya seperti mimpi. Melihat ke samping. Wanita itu masih diam berdiri melihat sekeliling ruangan.
"Liyan!"
"Ia, ayah."
"Mulai malam ini! Dia akan tinggal bersama kita." Kata Ayahku menatap diriku dan wanita itu.
"Ia."
"Jadi, kalian memanggil aku dengan sebutan Ibu. Kata Wanita itu sambil melihatku.
Sementara ayahku. Raut wajahnya seakan belum bisa menerima semuanya. Dia terlihat seperti orang yang frustasi dan sedikit kegelisahan tergambar diraut wajahnya.
"Kamarnya di mana?" Tanya wanita itu dengan datar.
"Di situ!" Ayahku menunjuk kamar nomor dua dari kamar kami.
"Ayah! Ayah aku tidur sama Ayah,ya?" Tanya adikku kepada ayahku.
Mendengar ucapan adikku spontan dia berhenti. Melihat kebelakang menatap adikku. Adikku yang duduk di pangkuan ayahku pun terlihat biasa saja. Dia tidak menghiraukan perempuan itu. Sementara, ayahku hanya bisa diam.
Ketika mendengar adikku. Ayahku pun, diam sambil menarik nafas panjang.
" Kamarnya bagus? Rumahnya pun bagus!" Katanya yang telah keluar dari kamar.
"Ia." Kata ayahku sambil memangku adikku.
Ayahku tidak banyak bicara. Seketika, dia pun pergi meninggalkan wanita itu. Sementara, aku yang masih kecil tidak tahu apa-apa. Hanya duduk di sudut pintu kamar melihat apa yang terjadi.
Ayahku yang masih canggung dengan keadaan nya saat ini. Mencoba untuk menyesuaikan diri.
Dari dalam kamarku dan adikku.Tiba-tiba adikku keluar dengan membawa bantalnya.
"Ayah." Menghampiri ayahku dengan bantal dikedua tangannya.
Ayahku yang berada di dalam kamar terkejut melihat adikku membawa bantal.
Ayah ku pun." Untuk apa ini, nak?" Tanya ayahku sambil mengambil bantal yang di bawa adikku.
"Ana mau tidur sama Ayah." Dengan hati yang begitu senang sambil tersenyum manis kepada ayahku.
Ayahku yang tidak bisa menolak permintaan adikku pun,mengizinkan untuk tidur di kamarnya malam ini. Adikku yang ditinggal mati oleh ibuku. Dia lebih dekat dengan ayahku. Mulai dari makan,tidur,mandi bahkan, ayahku kerja menarik becak saja adikku ikut dengan ayahku.
Menatap wajahnya yang polos dan tidak berdosa. Ayahku pun, meraih tangan adikku untuk tidur bersamanya.
Di tempat lain wanita itu kesal dengan tingkah adikku yang menyebalkan. Dia pun, diam mendengarkan mereka bicara. Dari sorot matanya seakan dia mengatakan,"dasar anak ini mengganggu saja." Wajahnya yang begitu, masam melihat adikku.
"Malam ini, kamu tidur sama Liyan,ya!" Dari pintu kamar ayahku mengatakan dengan wajah yang dingin dan suara yang datar.
"Ia." Katanya dengan datar melihat ayahku sekilas.
"Liyan! Bawa Ibu kamu ke kamar, ya!"
"Ia, Ayah." Mendengar ayahku menyuruh. Aku pun, beranjak ke kamar bersamanya.
Sementara, adikku yang manja tidur bersama ayahku.
Dan aku pun, ditempat yang lain tidur bersama wanita itu. Sepanjang kami bersama. Kami tidak menegur sapa. Untuk diriku sendiri. Ini adalah hal yang baru bagiku. Tidak mudah bagiku dekat dengan orang asing yang baru aku kenal. Apalagi, dia harus menjadi ibu bagiku.
Aku yang tak tahu bagaimana? Rasanya punya seorang ibu. Tidak salah jika, aku tak begitu simpati dengannya.
Diapun kulihat demikian. Tidak banyak basa basi denganku. Selama kami berada dalam kamar yang sama. Dia yang terlihat diam saja. Memutar pikirannya untuk menghayal sambil melantunkan nada lagu yang dia tahu.
Kami memang satu tempat tiduran. Tapi kami bagaikan laut dan daratan dekat tapi terpisah. Itulah aku dengan wanita itu. Malam ini yang membuat suasana hening.
Kebiasaan ku sebelum tidur. Aku berdo'a seperti, yang di ajarkan ayahku kepadaku. Pendengaran aku pun, mulai sayup-sayup mendengar irama yang keluar dari mulut wanita itu.
Setengah lelap! Aku merasa bahwa dia tak nyaman. Terdengar suara gerak yang begitu berisik dari tempat tidur. Dengan mataku yang berat aku memaksa untuk membuka sedikit. Melihat dia sedang apa?
Bersambung....
Teman-teman beri vote dan likenya, ya! 😊🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 394 Episodes
Comments
Dehan
sedih banget baca part ayahnya mendayung becak 😭
2023-03-18
0
Putri Minwa
semangat terus say, jangan lupa mampir Dibalik Kesetiaan Nayla ya
2022-10-19
1
Shinichi x Kaito
next thor
2022-08-20
1