Ayahku adalah seorang laki -laki yang bertanggung jawab sama keluarganya. Sepeninggal ibuku. Dia telah menjadi ibu bagi kami anak-anaknya. Dia menjaga kami dari gigitan nyamuk ketika, kami akan tidur.Juga, menjaga kami ketika, kami sedang sakit. Dan sampai sebesar ini dia juga, menjaga kami. Dia tak kenal lelah dalam urusan menyangkut kami.
Ayahku adalah sosok orang tua yang penyayang bagi kami anak-anaknya. Dia selalu mengajari kami tentang berkasih sayang antara kakak dan adik. Mendidik kami sampai kami menjadi anak -anak yang mandiri. Mengajari kami tentang agama. Dia memang tidak begitu mengetahui dengan dalam, tentang agama.
Ayahku memang orang yang kuat bagiku. Dia tak pernah mengeluh walau sedetikpun. Bahkan saat dia sakit. Kami tak pernah tahu. Dia begitu, kuat menyembunyikan sakitnya. Sampai suatu hari dia terkena penyakit yang sangat parah.Namun lagi-lagi, dia tetap diam seribu bahasa.
Dia tetap beraktivitas seperti biasa menimbakan air mandian untuk kami. Memasak untuk kami. Mencuci piring untuk makan kami,berbelanja dan memasak untuk kami, mencuci baju untuk kami pakai.Terkadang, aku heran melihat ayahku yang tidak seperti,ayah yang lain yang tugasnya hanya mencari uang.
Ayahku kerap kali mendidik aku begitu keras. Sampai orang -orang mengatakan ayahku begitu, kejam dan garang.Tak jarang teman -temanku takut ke rumahku dan tidak mau bermain bersamaku karena ayahku.
Teman-temanku sering bilang kepadaku.
"Liyan, kami gak berani datang ke rumahmu bermain. Apalagi, mengajak kamu bermain. Kami takut di marahi sama ayahmu. Kami takut melihat ayah kamu. Ayah kamu orangnya garang,wajahnya saja kelihatan seram."
Itulah yang kerapkali di katakan oleh teman-temanku. Aku tidak bisa menampik kata -kata mereka tentang ayahku.
Ayahku adalah orang yang begitu tegas tidak pernah main-main dengan ucapannya. Jika, ayahku mengatakan "A" maka tidak bisa beralih ke "B". Dia juga sangat disiplin dan taat agama. Terkhusus, masalah sholat dia tidak pernah meninggalkannya. Ayahku tipe laki -laki yang tidak suka basa basi. Hidupnya selalu serius. Apalagi, dalam mendidik anak dan juga pekerja keras dan penyabar.
Kerap kali ayahku pulang bekerja ketika, tidak melihat aku, dia begitu marah.
"Liyan! Ayah sudah pernah bilang. Kamu itu jangan pernah keluar rumah kalau ayah tidak ada dirumah. Ayah takut kejadian yang lalu itu terulang lagi sama kamu. "Penculikan" orang-orang di luar sana banyak menyukai kamu. Terkhusus, untuk ibu-ibu yang katanya, tidak punya anak lah! Yang katanya beginilah,yang katanya, begitulah. Ada saja alasan orang itu supaya bisa membawa kamu. Tinggal bersama mereka. Kalau, nanti kamu hilang mau kemana ayah mencari kamu.
Melapor ke kantor polisi itu payah,nak! mengurusnya. Masih banyak lagi urusan orang itu. Kita tidak punya uang yang banyak." Dengan belanjaan yang dibawanya kemudian diletakkan diatas meja.
"Kamu adalah anak kesayangan ayah. Walau pun ayah garang sama kamu.Kejam sama kamu itu semata-mata hanya untuk mengajari kamu. Supaya kelak kamu besar menjadi anak perempuan yang kuat. Terkadang, Ayah sempat berfikir. "Kenapa kamu terlahir sebagai anak perempuan yang pertama? Kamu itu cocoknya lahir sebagai anak perempuan yang paling kecil. Kamu itu terlihat begitu lebih manja dari adikmu."
Ayahku memang membedakan aku dengan adikku dari cara mendidik dan kasih sayangnya.
Terkadang tidak jarang ayahku.
"Nak! Kalau kamu dan adikmu berantam mengalah la kamu, nak. Karena kerapkali ayah melihat kalian adik beradik bertengkar. Masalahnya, hanya masalah sepele. Bukan karena ayah pilih kasih atau bagaimana, karena kamu itu anak paling besar sedangkan adikmu itu jauh dibawah kamu usianya. Kamu itu jadi, contoh untuk adikmu.Jika, anak pertama bagus insyaallah ke bawahnya juga pasti bagus."
Itulah yang terlampau sering diucapkan ayahku kepadaku. Ketika, kami bertengkar. Ayahku memang aneh. Dia hanya menyampaikannya sebelah pihak. Hanya, kepada aku saja. Ayahku tidak pernah menyampaikannya kepada adikku. Kata ayahku, adikku belum mengerti.
Usia ayahku kini sudah menginjak empat puluh tahun. Dimana usia tidak begitu muda lagi. Ayahku yang kurus dan tinggi.Kini menjadi penjaga bagi kami.Cara bicaranya yang datar membuat suasana hening.
.
.
.
Malam hari!
"Liyan! Bentang tikar biar mengaji." Sambil bersiap-siap memakai sarung dan pakaian sholat.
"Nanti, kalau Ayah sudah siap, kita langsung mengaji."
Diamku menjadi jawaban untuk ayahku.
Aku bergerak mengambil tikar dibalik pintu dan menggelarnya. Aku ambil alas untuk tempat I'ROQ ku.
"Yang mana, ya? pakaianku." Membuka lemari pakaian dan memilih salah satu baju yang bagus.
Bough bough bough!!!
Tempat tidurku kini penuh dengan pakaian yang berserakan dari dalam lemari.
"Heemmm!" Sambil menarik nafas yang panjang.
"Mana ada? Pakaian aku yang,,,,"duduk sambil berpikir.
"Eem! Seingat aku." Sambil melihat ke dinding dan langit-langit rumah.
"Aku ingat sekarang!"
Kreeeek!!!
Ia ini! Kataku dalam hati. Sambil membuka pintu lemari yang satunya lagi. Dan mengembangkan mukena yang aku pegang.
Pakai ini saja. Ini kan lumayan dalam. Setelah, itu aku memakai kain untuk menutupi kakiku.
Ini dia.Tepat sekali. Sambil menggelarkan mukena di tempat tidurku bersama kain sarung.
Liyan! Teriak ayahku dari luar kamar.
Aku yang berjalan melihat.,
Haaa! Dengan kaget aku melihat ayahku yang lebih dulu duduk. Melihat yang terletak di sampingnya.
Aku lemas seketika melihat semuanya. Aku tidak menyangka kalau aku akan?
Sambil mendekat aku juga melihat yang menakutkan. Apakah? Aku akan dipukul ayahku dengan itu? Mataku pun, lirih melihatnya.
"Liyan!"
"Ia, ayah."
"Apalagi cepat! Duduk di sini!"
Ayahku yang duduk di samping I'ROQku. Melihat aku dengan raut wajah yang seakan dia tahu. Kalau aku melihat apa? yang ada disampingnya saat ini.
Tatapan yang tajam dan tidak berkedip. "Liyan, apalagi!"
Ayahku pun, melirik ke arah samping kanannya. Begitu, juga dengan aku yang duduk di sampingnya.
"I-ia." Dengan gugup aku menjawab.
Tali pinggang itu untuk apa sih di sini?! Menjerit di dalam hatiku dengan membuka lembaran I'ROQ.
"Kenapa gugup?" Kata ayahku sambil melihat aku terus.
"Hari ini harus dapat kajian kamu. Kalau tidak?!"
Tangan kanannya mengarah ke tali pinggang.
Duduk!
Aku pun mulai membaca ta'awuj dan bismillah.
Huruf demi huruf aku baca sampai dengan selesai. Setelah, aku selesai "Alhamdulillah!" Aku gak kenak tali pinggang hari ini. Aku melihat tali pinggang dengan lirih.
Tapi besok? Aku gak tau? Raut wajahku pun, berubah masam seketika,"membayangkan besok.
Aku pun, beranjak menuju kamar.Untuk melepaskan pakaian mengaji yang aku pakai tadi. Secepat mungkin aku bergerak sambil menyusun semua perlengkapan mengajiku.
Bersambung........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 394 Episodes
Comments
Dehan
hallo kak.. penjahit cantik mampir
2023-03-18
1
Putri Minwa
cerita yang menarik kk jadi nangis deh
2022-10-16
1