Didalam perjalanan dari sekolah menuju rumah. Aku berjalan menelusuri ruasnya jalan bersama temanku Widia. Kami pulang bersama karena rumah kami berada dalam satu kampung yang sama.
"Widia, kalau kamu pulang. Siapa yang ada dirumahmu?" Sambil menatap kearah temanku yang berjalan tepat di sampingku.
"Ibuku." Jawabnya sambil menatap wajahku.
"Kalau kamu, Liyan?" Dia pun mengajukan pertanyaan yang sama kepadaku.
"Kalau aku engga ada." Jawabku dengan wajah yang sedikit sedih.
"Ibu kamu?"
"Ibuku sudah lama meninggal."Jawabku dengan nada sedikit bersedih.
"Kalau tidak, di rumahku aja main-main! Sampai ayahmu pulang. Aku pun dirumah engga ada teman."
"Tapi, tadi kamu bilang ibumu di rumah."
"Ia, sebentar lagi Ibuku perginya itu, banyak urusannya."
"Tapi, aku engga berani Widia."
"Kenapa?"
"Ia, nanti ayahku marah. Kata ayahku kalau pulang sekolah langsung pulang ke rumah."
Setelah sekian lama kami berjalan. Akhirnya! Kami pun berpisah. Rumahku dan rumahnya berbeda arah. Tepat di persimpangan dia menuju kerumahnya dan aku pun menuju ke rumahku .
Temanku yang terus berjalan dari kejauhan. Aku melihatnya berjalan menuju rumahnya.
Aku pun yang tadi berjalan seorang diri. Kini terus berjalan sambil menatap kedepan rumah ku.Tiba-tiba!
Akhirnya, aku sudah sampai didepan pintu rumahku. Wajahku yang lelah berjalan di bawah terik sinar matahari.
"Assalamu'alaikum". Sapa aku pada rumah yang kosong.
Kubuka pintu yang terlihat tak di gembok. Seperti biasa, apabila ayahku pergi bekerja. Aku dan adikku lah yang jadi penunggu rumah kami. Namun, kini sudah lain dari yang seperti biasa. Adikku sendiri sekarang yang ada dirumah.
AKu melihat di sekeliling rumahku sambil melangkahkan kakiku perlahan. Tanganku yang sebelah kanan masih terus memegang daun pintu rumah kami.
Adikku, Ntah kemana dia saat ini. Kebiasaannya selalu seperti itu. Selalu bermain tak pernah betah di rumah.
"Assalamu'alaikum."
Aku yang lagi asyik didalam kamar sambil membuka buku pelajaran yang baru di bagikan oleh guru kami. Mendengar suara salam dari depan pintu. Aku pun langsung beranjak dan menghampirinya menoleh kearahnya.
"Wa'alaikumussalam. Sambil menyalam tangan ayahku.
"Sudah lama pulang, nak?"
"Sudah Ayah."
"Jam berapa tadi kamu pulang?"
"Jam sepuluh Ayah."
Ayahku pun selanjutnya meletakkan belanjaan yang di bawanya ke dapur. Setelah dia menukar pakaian dengan pakaian rumahan.
Setelah semuanya selesai. Dia pun memasak makanan untuk makan kami di siang hari dan malam hari.Di saat ayahku memasak akulah yang paling heboh di dapur.
"Kamu ini kalau ayah lagi sibuk kamu pun ikut sibuk Ayah lihat. Ntah, apa yang kamu kerjakan dari tadi mondar mandir kesana kemari. Kayak kamu saja yang memasak." Ayahku pun pergi berlalu meninggalkanku di dapur sendiri.
Ayahku memang seperti itu. Terkadang dia marah kalau aku terlalu sibuk di dapur.
"Ayah, Liyan, kan Memang suka melihat ayah memasak." Kataku dengan suara pelan dan bersandar disudut pintu.
"Ia, tapi kan terkadang ayah mau buru-buru. Sementara dapur kita kecil, nak. Jadi, sempit. Apalagi, malah kamu ngikutin ayah kesana kemari."
"Pergi kesana, kamu main-main!" Kata ayahku sambil dia berbicara mengarah ke ruang tamu.
Aku yang tadi terdiam dimarahi oleh ayahku. Kini beranjak pergi dari hadapannya.
"Ia, Ayah." Kataku sambil berjalan menuju ruang tamu dan membawa minuman secangkir yang kupegang dengan tangan kananku.
Ayahku yang dari tadi di dapur melihat ku.
"Ayaaah!" Teriak adikku ketika kembali dari tempat bermainnya.
"Ayah sudah lama pulang?" Sambil dia memberi cangkir kepada ayahku.
"Ambilkan minum ayah!" Dengan suara yang pelan dan sedikit merayu. Ayahku sambil berdiri tak jauh dari aku.
"Kamu ini! Sudah besar pun masih juga minta di ambilkan air minum sama ayah."
"Hehehe!" Adikku pun pergi dengan membawa cangkir yang berisi air minum.
"Ayah suka marah-marah kan, kak."
"Emang kenapa?"
"Ia, kak terkadang aku engga berani bicara kepadanya Ayah."
"Ia. Ayah kan sudah capek bekerja dek."
Aku yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Harus bisa memberikan pandangan kepada adikku. Itulah yang dikatakan ayahku kepadaku. Ketika aku sering duduk berdua dengannya.
Kemari kemari kemari!!!
Aku yang tadi lagi mendengarkan keluh kesah adikku. Tiba-tiba, terkejut mendengar suara ayahku dari dapur.
Aku dan adikku pun berjalan menuju panggilan ayahku.
"Ada apa Ayah?"
"Makan, nak! Mari sini! Ayah sudah selesai masak."
Aku dan adikku pun mendekat.
"Em! enak ini dek."
"Ia, kan? Ayah,kan masakannya memang enak." Kata adikku dengan kepercayaan yang penuh kepada ayahku.
Kami pun langsung bergegas mengambil piring masing-masing.
"Ini Ayah." Sambil kami menyerahkan piring masing-masing kepada ayahku.
Ayahku pun menaruh nasi dan lauk ke dalam piring kami.
"Ayo dek kita duduk di sini!" Kami pun meletakkan piring ditempat duduk kami masing-masing. Dengan cuci tangan dan air minum yang sudah kami sediakan lebih dulu.
"Makan ya, nak! Jangan berantam,Ayah mau pergi dulu mandi. Ayah mau sholat, ya." Ayahku pun pergi meninggalkan kami berdua dengan makanan yang sudah disediakan oleh ayahku.
Kami berdua pun makan dengan lahap tertawa sambil bercanda. Adikku yang suka bermain. Dia selalu mengisi hari-hari kami dengan menceritakan permainan yang dimainkannya bersama teman-temannya di luar.
Hahahaha!!!
Kami pun berdua tertawa terbahak-bahak karena teman adikku ada yang lucu.
Ayahku pun melihat kami terkadang aneh. Bisa akur, bisa juga berantam. Aku dan adikku, Kata ayahku sama-sama keras. Jadi, terkadang ayahku paling suka menyuruhku untuk selalu mengalah kepada adikku karena aku jauh lebih penurut dari pada adikku.
Uhuk uhuk uhuk!!!
Suara batuk kecil ayahku pun terdengar dari jauh.
"Dek, ayah sudah siap mandi."
"Kenapa kak?"
"Diam jangan tertawa."
"Nanti, ayah marah Karena ayah engga suka melihat orang yang makan sambil tertawa." Aku memandang ke adikku sambil menyuruh diam.
"Kenapa belum siap makannya?" Dengan meletakkan timba yang berisi air di sudut dinding dapur.
Aku dan adikku diam sambil melihat satu sama lain. Memberikan isyarat, siapa? yang akan menjawabnya. Adikku pura-pura tidak tahu sambil melihat ke piring. Aku yang jantungan dengan ayahku. Harus menyusun kata-kata untuk menjawab.
Sesekali aku menatap ayah dan adikku. Tapi, lagi-lagi adikku pura-pura tidak tahu dan tidak melihatku. Sementara dari sisi yang lain ayahku semakin penasaran dan menunggu jawaban dari kami.
"Engga ada Ayah."
"Engga ada tapi, kenapa? ketawa-ketawa."
Ayahku pun heran dan pergi ke kamarnya untuk melaksanakan ibadah sholat Dzuhur.
"Kak, kayak mana nanti kalau ayah nanyak lagi?"
"Engga, itu dek ayah kalau sudah siap sholat dia, tidur dulu."
"Ia, bangun tidur nanti, Ayah pasti nanyak." Kami pun pergi meninggalkan dapur seketika.
Assalamualaikum jumpa lagi teman-teman dengan cerita ku selanjutnya!
Jangan lupa dukungannya ya teman-teman
😊🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 394 Episodes
Comments
Isma Ismawati
Hallo kak, sudah mampir di bab 7 dg setangkai mawar🥰
2023-05-02
1
Dehan
penjahit cantik mampir lagi thor..
2022-10-29
1
Putri Minwa
anak yang pintar thor
2022-10-15
1