Aku kembali duduk dengan wajahku yang memelas dan mengurungkan niatku untuk melihat keluar.
Tok tok tok !!!
Aku yang hampir mau tertidur, sontak terkejut. Mendengar suara dengan rasa penasaran dan ketakutan. Aku berdiri sambil berhati-hati sesekali aku melihat ke sana kemari untuk berjaga-jaga.
Kreeeekkk!!!
Tiba-tiba pintu mulai terbuka dengan rasa ketakutan yang amat dalam. Aku pun berusaha memberanikan diri untuk melihatnya dengan penasaran aku terus berjalan seorang diri menghampiri pintu.
Adikku yang tertidur dengan pulas tidak tahu apa-apa. Perlahan pintu ku buka sambil menatap ke arah adikku yang lagi tidur.
Ayah! Teriak ku dengan senang.
Hore! Ayah pulang melompat-lompat kecil di hadapan ayahku.
"Assalamualaikum." Sapa ayahku. Masuk.
"Wa'alaikumussalam, Ayah." Sahutku. Mencium punggung tangan ayahku.
"Kenapa adikmu tidur? Tanya ayahku. "Cepat bangunin adikmu,sudah sore masih tidur sebentar lagi Maghrib." Seru ayahku. Berjalan.
"Ia, Ayah." Sahut ku . Membangunkan adikku.
Adikku lagi sakit bagaimana dia bisa bangun? Pikirku. Aku menghampiri dan memandangi kaki adikku yang lagi terluka serta memegang badan adikku yang tiba-tiba panas. Sesekali aku mengarahkan pandangan melihat ayahku dan adikku.
"Liyan! Apalagi bangunin Adikmu. Jangan di lihatin saja." Kata ayahku. Keluar dari kamar memegang handuk.
"Dek,dek bangun." Panggil ku. Menepuk badan adikku dengan pelan.
"Kak, aku sakit." Sambung adikku dengan suara parau.
"Ia, Ayah datang cepat bangun dulu!" Pinta ku.
"Kak, aku gak sanggup bangun badanku terasa panas." Balas adikku.
"Liyan!" Panggil ayahku.
"Ia, Ayah." Jawabku. Menghampiri ayahku.
"Bagaimana? Adikmu sudah bangun?" Tanya ayahku kembali.
"Belum Ayah." Jawab ku.
Ayahku pun berjalan ke arah adikku yang lagi tidur.
"Ayah!" Panggil ku dari dapur seketika langkah ayahku terhenti.
"Ia, nak ada apa?" Tanya ayahku. Berdiri.
Ayahku yang ingin melihat adikku kini mengurungkan niatnya.
Aku harus bisa mengatur kata-kata untuk mengatakan kepada ayahku kalau adikku sakit agar ayahku tidak terkejut.
Sesekali aku melihat adikku yang terbaring lemah tak berdaya karena sakitnya terlihat semakin hari semakin parah.
Ini semua salah ku,kalau aku tidak mengikuti kemauan adikku pasti sakitnya engga separah ini.Tapi melihat ayahku yang berjuang keras seorang diri mana mungkin aku sanggup memberi tahu.
Aku terus berkata dalam hati dengan segala penyesalan yang mendalam yang membuat ku terus bertanya di dalam hati dan belum ada jalan keluar untuk adikku.
Aku harus memberi tahu kepada ayahku. Aku tidak bisa terus seperti ini,pikirku sambil menatap adikku.
"Liyan, Ayah perhatikan, kenapa adikmu dari tadi tidak bangun? Apa dia sakit?" Tanya ayahku dengan penasaran. Menatap ku.
Ayahku semakin curiga dan menatapku dengan tajam yang membuat ku langsung menunduk dan melihat kebawah.
"Liyan! Jawab ayah, ada apa?" Tanya ayahku kembali.
Aku pun mulai memberanikan diri untuk mengatakan kepada ayahku karena ayahku sangat galak dan aku pun harus berhati-hati, Pikirku. Aku mengalihkan pandanganku melihat adikku.
"Ayah, se-sebenarnya !" Kataku dengan terbata. Menunduk.
"Sebenarnya apa Liyan? Tanya ayahku. "Katakan yang jelas!" Menatapku dan adikku.
"Ayah sebenarnya Ana lagi sakit." Kataku dengan pelan. Menunduk.
"Apa?" Sambut ayahku terkejut. Seketika ayahku menghampiri adikku. Dia berjalan dengan cepat melihat adikku dan meninggalkan masakannya seketika.
Adikku yang terlihat tidur dengan nyenyak tidak menyadari kalau ayahku telah mengetahui dia sakit.
"Badannya panas sekali." Ucap ayahku. Memegang keningnya.
"Ayah! Sebenarnya adik kena duri pelepah sawit." Lanjut ku. Berdiri di samping ayahku.
Mendengar ucapanku ayahku seketika mengalihkan pandangannya ke arahku dengan sorot mata yang tajam.
"Terkena pelepah sawit?" Tanya ayahku. Menatap ku.
"Ia, ayah." Sambung ku sambil menganggukkan kepalaku.
"Liyan, kenapa? Kau diam saja sampai adikmu seperti ini demam." Keluh ayahku.
Ayahku pun seketika melihat kaki adikku yang terkena pelepah sawit. Ia langsung bergegas mengambil obat agar luka adikku tidak semakin parah dan demamnya segera turun.
"Liyan! Kau ini kakak macam apa! Pekik ayahku. Bisa-bisanya kau sembunyikan sakit adikmu yang seperti ini. Kalau ini sampai kenapa-kenapa bagaimana? Bisa bahaya tahu, gak!" Gerutu ayahku dengan wajah kesalnya dan panik dia terus menerus memarahi ku.
Aku tak bisa berucap lagi,aku diam dan hanya diam.
"Semalam, mau Liyan bilang sama Ayah. Tapi, adik melarang, Ayah." Lanjut ku. Menunduk.
"Kamu ini kan paling besar,kenapa mau di atur sama adek mu? Hardik ayahku. "Kamu engga sayang ya sama adikmu!" Cecar ayahku dengan kesal dan nada tinggi.
"Ayah bukan begitu." Jawab ku. Sontak air mataku pun berjatuhan dan ketakutan.
Hari ini aku jadi serba salah. Gumamku kecil. Aku takut nanti kalau aku bilang sama ayahku adikku marah. Gumamku,butiran kristal pun jatuh. Akhirnya aku yang di marahi oleh ayahku." Gumamku kembali. Pergi menghilang.
Adikku yang telah terbangun dari tidurnya, dia langsung terkejut dan duduk dengan wajah kebingungan dia berusaha mencari tahu dengan kedua bola matanya berputar ke sana kemari.
"Kapan ayah pulang?" Tanya adikku penasaran. "Ayah ngapain disini?" Tanya nya kembali. Duduk sambil mengucek matanya.
Dia begitu terlihat kebingungan dan ketakutan. Kalau ayahku marah besar padanya sehingga ia tak bisa bergerak apalagi berkutik.
"Ayah mau mengobati kakimu!" Kata ayahku dengan tegas. Duduk.
"Kenapa engga kamu bilang kalau kaki mu sakit?" Tanya ayahku dengan wajah lirih.
Seketika adikku terdiam dan khawatir melihat wajah ayahku.
"Coba lihat! Kakimu ini bisa merah seperti ini. Sampai berhari-hari kalau ini makin parah kita juga yang susah." Keluh ayahku. "Dari mana, nanti kita dapat uang untuk mengobatinya." Lanjut ayahku kembali. Mengobati kaki adikku.
Wajah adikku terlihat begitu memerah menahan sakit dan perih ketika di beri obat anti septik. Air matanya kini terjatuh membasahi pipi cabinya.
Ayahku kini mulai bersuara tidak henti-hentinya. Dia terus memarahi dan mendelik melihat adikku. Aku yang berdiri dari jauh dari mereka hanya mendengar dan melihat saja.
"Bagaimana ini kalau tidak sembuh?" Tanya ayahku. Melihat adikku. "Sebentar lagi mau masuk sekolah." Lanjut ayahku kembali.
"Kan, kakak yang sekolah duluan Ayah bukan ana." Sambung adikku. Melihat ku.
"Ia, tapi kamu kan sebentar lagi masuk." Kata ayahku kembali.
"Masih lama lagi ayah." Timpal adikku dengan wajah datar.
Aku melihat mereka berdua terus berdebat sampai pengobatan kakinya selesai.Aku yang masih berdiri jauh dari meja hanya melihat dan hanya bisa tersenyum dari jauh. Melihat tingkah mereka hari ini begitu menggelitik hatiku melihat anak dan ayah berdebat.
Assalamualaikum teman-teman jumpa lagi dengan episode berikutnya...
Jangan lupa like, votenya, dan juga komentarnya dan ikutin aku terus yaaaaa!!!
😊🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 394 Episodes
Comments
mis FDR
semangat 💪 💪💪💪💪
2022-12-03
0
sakura bica
aku mampir lagi kak
2022-10-16
1
Putri Minwa
cerita yang menarik thor
2022-10-15
1