Adikku yang mendiamkan sakitnya dari ayahku kini sudah tidak sanggup lagi.
"Ana!" Panggil ayahku dari ruang tamu.
"Ia, Ayah." Sambil menahan rasa sakit di kakinya.
"Kenapa kamu menangis?" Tanya ayahku ingin tahu.
"Tidak kenapa-kenapa Ayah." Jawab adikku sambil menggelengkan kepalanya.
Ayahku yang tak percaya terus menatap adikku dengan tatapan yang penuh sambil duduk dan memakai sepatu kerjanya.
"Apa? Tanyaku dengan terkejut. "Ayah engga tahu kalau kamu bohong!" Lanjutku sambil menatap ke arah ayahku yang polos.
"Enggalah Kak! Mana mungkin Ayah tahu." Kata adikku dengan penuh keyakinan. Duduk dengan santai.
Adikku terus melihat ayahku yang kurang paham dengan keadaan kami berdua.
Ayahku yang malang, dia tidak tahu kalau dia di bohongi oleh anak kesayangannya. Kalau dia tahu pasti! Uhh! Kataku dalam hati menatap wajah mereka satu persatu.
"Ayah pergi dulu ya, nak! Baik-baik di rumah ya, jangan berantem-berantem kalian!" Kata ayahku dengan lembut. Berdiri dan berdo'a.
"Kak! Kakiku sakit." Rengek adikku. Menatapku.
" Sakit bilang sama ayah,cepat!" Teriakku sedikit keras. Berdiri dan mengejar ayahku.
"Jangan Kak!" Tolak adikku. Menarik tanganku.
"Kenapa?" Tanyaku . Duduk.
"Nanti, Ayah marah Kak." Balas adikku.
"Tapi, kakimu merah dan bengkak." Kataku. Memegang kaki adikku.
Aku merasa khawatir akan kakinya tapi dia terlihat santai dan mau bermain. Bahkan, dia terlihat tersenyum sambil memainkan jemarinya dengan lembut.
"Kak, aku bermain ya. Soalnya aku sudah lama tidak bermain." Ucap adikku.
"Apa?" Tanyaku. Terperanjat.
"Ia, Kak." Jawab adikku.
"Engga bisa!" Tolakku.
"Kakak! Sebentar saja!" Kata adikku. Memohon.
Aku semakin pusing di buat adikku sehingga aku tak bisa berkata apa-apa. Dia begitu antusias jika, ingin bermain.
Dia memang aneh! Sudah tahu kakinya sakit. Malah sempat-sempatnya mau pergi bermain. Aku menghembuskan nafasku dengan kasar.
"Kamu yakin mau main-main?" Tanya aku penasaran. Berdiri.
"Ia, kak." Jawab adikku tegas.
"Tapi kan, kaki kamu sakit. Merah lagi dan bengkak." Sambungku. Menatap kaki adikku.
"Kak, kalau aku main-main, sakitnya pasti hilang." Balas adikku.
Adikku terlihat begitu antusias mau pergi bermain menghilang tanpa jejak.
"Wey, tunggu aku!" Teriak adikku menghampiri mereka.
Aku yang menatap adikku dari depan pintu berharap dia baik-baik saja.
Bagaimana? Nanti, kalau misalnya, kakinya semakin sakit dan nyeri. Bisa -bisa ayahku marah.
"Kak! Aku sudah pulang." Teriak adikku. Berlari menuju rumah.
Adikku terlihat begitu gembira menatap adikku sambil berjalan menuju ke dapur.
Gluk gluk gluk!
Huh! Mengeluarkan nafasnya dengan kasar.
"Kak, aku haus sekali."Cetus adikku. Mengambil air minum.
"Kak, aku semalam engga bisa tidur kakiku sakit." Ucap adikku. Memegang kakinya.
"Bilang sama ayah biar di obati." Saran ku. Melihat kaki adikku.
"Ia kak." Jawab adikku.
Huhuhu!
Suara tangisnya pecah seketika menyelimuti ruangan rumah kami sehingga aku semakin panik ketakutan dan tak tahu ntah, mau berbuat apa.
Sementara ayahku lama sekali pulang. Aku semakin bingung melihat adikku yang menangis tak berhenti. Air matanya terus mengalir kini membasahi pipinya yang cabi.
Tuk tuk tuk!
Tiba-tiba,aku mendengar suara hentakan kaki dari samping rumah kami.
Itu pasti ayahku yang datang. Hatiku begitu senang kalau ayahku sudah pulang sedihku hilang seketika melihat adikku yang menangis kesakitan.
Dari dalam rumah yang gelap aku melihat ada bayangan yang berdiri bergerak di depan pintu. Bayangan itu mulai mendekat.
Perlahan, aku berjalan dan melihat dengan penuh rasa penasaran.
Aku begitu senang sehingga aku berlari menghampiri pintu ternyata bukan ayahku seketika aku kecewa. Ternyata yang kulihat bukan ayahku melainkan bayangan ranting pohon yang terkena biasan sinar matahari dan terkena terpaan angin yang membuat bayangannya jadi bergerak seperti manusia.
"Kak,kita bilang sama ayah atau tidak?" Tanya adikku. Menatap ku.
"Ia dek kita bilang aja nanti sama ayah." Jawab ku dengan datar.
"Tapi kenapa ayah belum juga pulang? Tanya adikku. "Kenapa lama sekali?" Tanya adikku kembali.
"Sabar ya dek. Nanti ayah kan pulang. Palingan sebentar lagi." Sambung ku. Menenangkan adikku.
Tak berapa lama tangis adikku reda seketika. Aku melihatnya mulai merasa lega sejenak.
Akhirnya dia pun diam juga. Aku yang berdiri di depan pintu menatapnya masih berdiri menunggu ayahku pulang. Di dalam penantian ku menunggu ayahku. Aku begitu memperdulikan adikku dan mulai teringat akan dirinya.
Adikku yang tadi bersuara kini tak lagi terdengar sehingga membuat ku panik dan
aku langsung beranjak menghampiri adikku. Seketika aku sedih melihat adikku ketiduran sambil segugukan karena menahan rasa sakit.
Aku yang terus menantikan kedatangan ayahku kini mulai merasa jenuh.
Tak biasanya ayahku jam segini belum pulang? Aku terus menatap jam dinding yang terus berputar seperti itulah yang kulakukan terus menerus sampai akhirnya, pindah ke tempat adikku yang sedang tidur sambil memandangi adikku yang lagi dalam keadaan tak sehat.
Huk huk huk!
Seketika aku mendengar suara batuk. Aku pun langsung beranjak menghampiri pintu dan mencari sumber suara yang ku dengar.
Begitu melihatnya aku pun langsung duduk sambil menelan kekecewaan kembali dengan raut wajah yang murung. Seketika aku pun menghilangkan harapanku akan ayahku karena yang batuk itu bukanlah ayahku.
Siang menjelang sore!
Aku hanya di rumah berdua dengan adikku. Aku Hanya bisa menikmati sepinya rumah bersama harapan kosong.
Hari pun mulai berlalu,matahari yang bersinar dengan ceria menyapa kami kini perlahan pergi berlalu meninggalkan kami berdua dengan kesunyian yang hampa.
"Dek, ayah belum pulang." Kata ku pada adikku sambil melihat ke arahnya.
Keadaan adikku semakin menakutkan. Badannya yang tadi normal kini berubah ketika ku sentuh.
"Dek badanmu kok panas,kenapa?" Tanyaku dengan penasaran sambil aku terus memegang badan adikku bolak -balik. Aku yang begitu polosnya tidak tahu adikku ntah, kenapa?
Dia ini kenapa? Badannya tiba-tiba panas padahal tadi engga panas gumam ku kecil menatap dengan pandangan kosong. Ayahku belum juga pulang sampai saat ini.
Hatiku begitu cemas memikirkan adikku dan sekarang aku juga cemas memikirkan ayahku yang tak biasanya jam segini belum pulang.
Untung saja ayahku tadi memasak sarapan seperti biasanya,sebelum berangkat kerja ayahku menyiapkan semuanya. Jadi, ini masih bisa ku makan bersama adikku.Pikirku.
"Dek bangun, makan dulu!" Seru ku.
Menghidangkan piring yang berisi makanan.
"Gak kak,aku gak selera makan." Kata adikku datar.
Adikku terus menggigil. Badannya kini terasa kedinginan dan juga panas.Aku pun harus memaksa adikku untuk makan. Namun, sayang adikku tidak mau.
Ayahku kenapa, ya? Aku pun memakan nasi yang tadi ku ambil,sesuap demi sesuap dengan pikiranku yang terus bekerja mengingat ayahku.
.
.
.
Assalamualaikum teman-teman jumpa lagi dengan cerita ku yang ini...
Mohon votenya, like and komen ya teman-teman !!!
😊🙏
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 394 Episodes
Comments
Mari ani
lanjut tor,
2023-01-15
1
gulla li
Aduh, ayah kemana ya? Semoga beliau baik² aja
2022-12-15
1
gulla li
Iyalah demam kalo udah kenal duri sawit
2022-12-15
1