"Oke, ada yang punya usulan lain?" Saeful memperhatikan beberapa orang petinggi perusahaan yang diajaknya rapat siang itu sambil sesekali melihat analog kotak di lengan.
Kemana bocah itu, sudah lewat sepuluh menit, tapi belum kelihatan batang hidungnya. Apa Dian lupa ngasih tau Rezky? Tapi Dian itu teliti, nggak mungkin bisa lupa begitu saja. Awas saja kalau dia sampai nggak datang!
Baru bibir Saeful mengatup, sebuah ketukan terdengar. Semua raga dalam ruang rapat mendadak diam, penasaran apa itu Rezky yang datang. Memang rapat itu sudah dimulai sejak sepuluh menit lalu, tapi masih ada bangku kosong di bagian depan tepat di samping bos mereka. Mereka pun yakin sepenuhnya kalau masih ada peserta rapat yang ditunggu dan siapa lagi kalau bukan anak kesayangan sang bos yang tukang main perempuan, tapi begitu dibanggakan oleh bosnya itu.
Seorang lelaki yang duduk di bagian terdekat pintu langsung berdiri setelah melihat arah mata Saeful yang memintanya membuka pintu. Saeful bahkan sudah tahu yang datang adalah putra semata wayangnya Rezky tanpa melihatnya.
Pintu terbuka, tatapan mata beberapa peserta rapat berjenis kelamin perempuan langsung tak teralihkan dari wajah tampan Rezky. Rezky yang sadar sedang diperhatikan semakin merasa tinggi. Ia berjalan tak melepas kacamata dengan tangan bertolak pinggang.
"Kemana saja kamu?" bisik Saeful setelah bokong Rezky mendarat ke kursi.
"Semua gara-gara Dian, Yah. Dia lupa bangunin aku!" bisik Rezky membalas tanya Saeful.
Mendengar nama Dian dibawa, emosi Saeful seketika mereda. Ia memang tidak bisa marah sama Dian. Dia selalu ingat Dian jago bikin kopi kesukaannya, bahkan ibunya Rezky aja gak bisa buat yang begitu. Saeful pun melanjutkan acara rapat.
"Oke, beberapa pendapat sudah saya dengar. Berhubung putra saya sudah datang, bagaimana kalau kita dengar pendapatnya pula," lugas Saeful.
"Pendapat apa, Yah?" kata Rezky menyeruput teh yang baru saja ditaruh di hadapannya.
"Jadi begini Rez, seperti tahun-tahun sebelumnya perusahaan kita akan mengadakan acara gathering bagi seluruh karyawan. Kami di sini sedang berdiskusi kira-kira lokasi mana yang akan kita ambil sebagai tempat gathering kita. Tadi pak Rahman usul ke Kebun Binatang yang lokasinya luas, bu Santi usul ke Vila di Bogor, bu Indah usul ke mengadakan outbond, dan terakhir pak Andi usul kira makan-makan di saung Juragan. Menurut kamu lokasi mana yang pas? Atau mungkin kamu punya usul lain?"
Rezky menyilangkan kaki dan memain-mainkan bibirnya sambil terus berpikir, mencerna setiap ucapan Saeful. Saeful sendiri sebetulnya bisa saja memutuskan semua sesuai pendapatnya, tapi penting baginya mengetahui cara berpikir Rezky, usul Rezky, calon penerus bisnisnya.
Setelah beberapa saat Rezky berpikir, ia akhirnya bicara. "Sebelum gue, sorry aku melontarkan pendapatku, aku akan mereview usul teman-teman. Untuk usul pak Rahman oke, tapi tahun kemarin kita baru ke Taman Safari, bukannya dua lokasi itu serupa, karyawan pasti bosan dan merasa manajemen gak kreatif."
Saeful mengangguk-angguk membenarkan pemikiran Rezky. "Lalu usul selanjutnya?"
"Siapa tadi yang usul acara diadakan di Villa?"
"Aku." Santi, seorang wanita cantik yang bekerja di bagian HRD mengangkat tangannya. Rezky mengangguk.
"Usulmu oke, San, maaf Bu Santi____
Santi tampak tersenyum mendengar pujian Rezky.
"Tapi sorry, kamu melupakan satu hal. Karyawan kita itu nggak sedikit, melainkan ribuan, jadi kurang cocok saranmu itu di otakku." Santi masih menatap lekat wajah Rezky, ia membenarkan ucapan Rezky, ia telah melupakan aspek itu.
"Untuk dua usul lain, Outbond oke, tapi seperti halnya Villa tidak cocok untuk pekerja ribuan seperti pabrik kita, dan yang terakhir makan-makan, kurasa agak membosankan, kita makan, habis dan pulang. Acara seperti itu maksimal hanya butuh waktu 2 sampai 3 jam. Kurang puas ya ...."
"Oke, jadi intinya kamu punya usul ke mana?" kata Saeful lagi setelahnya.
"Aku berpikir, bagaimana jika tahun ini kita menggunakan Ancol sebagai lokasi gathering, kita juga akan mengundang satu band ibukota yang sedang digemari. Karyawan kita yang kebanyakan masih muda pasti senang mendengar lagu dari band yang disukai sambil mendengar suara ombak. Jika ada yang kurang menyukai band, mereka bisa bermain di pantai, naik perahu, atau sekedar menggelar tikar dan menikmati nasi kotak juga snack yang kita siapkan untuk karyawan."
"Mmm ... boleh juga." Setelah mengucapkan pandangannya Saeful melihat peserta rapat yang lain. "Ada yang keberatan di sini dengan usul putra saja."
"Band apa yang diundang, Pak?"
"Armada, Noah, Ada Band, Dadali, atau bisa juga yang lain, nanti kita bicarakan dan pilih salah satunya."
"Setuju."
"Setuju."
"Setuju."
Melihat hampir semua peserta setuju, Saeful pun mengangguk-angguk.
"Satu lagi, Yah."
Saat Rezky bicara lagi, semua peserta rapat kembali menyimak seksama. Lelaki yang sering bertindak semaunya itu sebetulnya memiliki otak cemerlang, hanya saja ia terlalu menomor satukan hawa nafsunya saja, melakukan apa yang ia ingin untuk kesenangannya saja.
"Begini Yah, menurut aku sih untuk door prize besar seperti led televisi, jam tangan bermerk, microwave dan yang lainnya sebaiknya kita kurangi. Bagaimana jika kita alihkan pada barang standar dengan jumlah yang lebih banyak agar lebih banyak pula karyawan yang berkesempatan mendapatkannya."
"Apa contohnya?" tanya Saeful sambil menyesap habis kopi di gelas. Agaknya ia suka juga kopi yang dibuat orang pantry, seperti buatan Dian.
"Bisa setrika, magic com, voucher belanja. Yah apa pun dengan budget dua ratus ribuan. Menurut aku sih yang namanya barang gratis apa pun itu pasti akan membuat si penerima merasa senang."
"Oke, boleh."
Rapat pun terus berjalan, pembahasan survei lokasi, transportasi, souvernir kaos untuk gathering, band pilihan, jenis makanan kotak dan snack apa yang akan diberikan. Semua hal ingin di tuntaskan Saeful saat itu. Sebaliknya, Rezky yang sudah bosan sejak tadi merasa kehadirannya saat itu cukup, ia izin beranjak.
"Mas ... Mas Rezky ...."
Seorang wanita terus mengejar langkah Rezky hingga sampai di lobi kantor. Wajahnya cantik seperti memiliki darah luar tapi nyatanya ia keturunan Betawi asli. Rezky yang mendengar panggilan yang semakin dekat di belakangnya berhenti tanpa menoleh. Beberapa saat setelahnya seorang wanita sudah berdiri di sampingnya.
"Maaf kalau ideku tadi kurang cocok, Mas," katanya.
"Kamu manggil aku cuma untuk ngomong ini, San?" Wanita itu adalah Santi, pekerja bagian HRD. Dulu, sebelum menikah Rezky pernah jalan beberapa kali sama Santi, tapi karena akhirnya Rezky dijodohkan sama bapaknya, Santi syok, hubungan keduanya pun renggang.
"Iya, Mas. Aku nggak enak sama kamu ngasih usul yang nggak banget." Santi yang sangat perfeksionis itu merasa bersalah karena tidak memberi usul yang terbaik, lupa dengan aspek banyaknya karyawan yang dimiliki perusahaan sepatu bapaknya Rezky.
"Bukan enggak banget, usul kamu itu bagus kalau gathering cuma diadain buat satu divisi aja. Misalnya divisi keuangan, nah cocok tuh karena orangnya lebih sedikit. Tapi, berhubung ini gathering family, tentunya seluruh keluarga besar pabrik akan ikut dan usul kamu jadi kurang cocok."
Santi manggut-manggut.
"Udah dulu ya, aku ada urusan!"
"Mas, salam buat istrinya," kata Santi setelahnya dengan senyum yang sedikit di paksakan. Rezky mengangguk.
Rezky baru sampai di dalam mobil saat panggilan di ponselnya terus berdering. Karena ia melihat nama mamanya di layar, ia langsung mengangkatnya.
"Ada apa, Ma?"
"Kamu nggak lupa kan Rez untuk ngajak Dian ke rumah siang ini, mama sudah masak banyak lho."
Hah, sial gue lupa ada janji makan siang di rumah nyokap.
"Rez?"
"Eh iya, Ma. kalau ganti lain hari gimana? Aku lagi sibuk, Ma!" kata Rezky setelahnya. Rezky ada janji sama Inez pacarnya selain Bella, jadi ia berusaha mencari alasan.
"Kamu gak kasihan sama Mama sudah masak?" Rezky terdiam.
"Pokoknya jam 2 sudah sampai ya! Mama juga sudah menghubungi ayah barusan."
"Ta-pi Dian ada kuliah, Ma. Lain kali aja, please ...." Rezky masih berusaha menolak secara halus.
"Apa sih kamu! Pokoknya jam 2 kamu sama Dian sudah ada di sini titik!" Ponsel seketika terputus.
Ah Mama, kebiasaan kan? Mendadak! Udah kayak tahu bulat di goreng dadakan di mobil. Maksa pula lagi! Tapi Dian gimana? Harus jemput dia di kampusnya gitu? Ah ... males!
Tak lama setelahnya Rezky membatalkan janji bertemu Inez. Ia mengemudikan motor besarnya ke kampus Dian. Keinginan Tantya mamanya seperti titah wajib yang tak boleh ditolak. Maklum kondisi Tantya kurang sehat, ia selalu ingin berkumpul dengan anak dan menantunya. Rezky yang takut kondisi mamanya memburuk kalau ia menolak, akhirnya memutuskan datang.
Setelah 25 menit perjalanan, akhirnya Rezky sampai di kampus Dian. Jam di tangan menunjukkan pukul 12:55. Kampus Dian lumayan jauh. Jurusan Sastra memang masih jarang dimiliki Kampus di Jakarta. Dian pun tak masalah setiap hari bertransportasi jauh untuk menimba ilmu yang ia minati.
Karena Dian tidak bisa dihubungi, Rezky yang bingung di mana keberadaan Dian turun dari motor gedenya. Sialnya ia juga lupa jurusan yang diambil Dian, akhirnya ia memutari area kampus mencari wanita yang sudah sah di mata hukum dan agama sebagai istrinya itu.
Sepuluh menit berlalu, Rezky mulai bosan. Ia bahkan tidak tahu apakah Dian masih di kampus atau tidak. Jam-jam kuliah Dian juga tidak diketahui Rezky. Bertanya ke beberapa orang dan menjelaskan ciri-ciri Dian juga rata-rata mahasiswa tidak mengenal Dian. Mereka malah sibuk minta nomer hp Rezky karena melihat kerupawanan Rezky.
Fix Dian memang gak populer, biasa aja sih dia!
Rezky yang belum sempat sarapan, akhirnya ke kantin saja sebelum pulang. Ia merasa harus mengisi perutnya dulu dengan makanan ringan sebelum makan di rumah mamanya, Rezky sudah tidak kuat menahan lapar.
Males gue nyari Dian lagi, nanti biar gue WA Dian minta dia langsung ke rumah mama aja.
Rezky bernapas lega saat ia sudah sampai di kantin kampusnya Dian. Namun, belum lagi memesan makanan, mata Rezky dibuat melotot.
I-tu bukannya Dian, sama siapa tuh?
_______________
🕷️Happy reading❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
mala
siap siap aj istri mu di sambil org rezky karna kamu yg mengabaikan ny
2022-09-25
0
Zaim Jepara
tuuu kaaannnn blm apa2 sudah kebakaran jenggot...😀😀😀
2022-08-26
0
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
siapa tuh... mudah-mudahan lagi sama cogan, biar cemburu Rezky nya, wkwkwk 🤣🤣🤣
2022-08-06
1