Sayup Kokok ayam jantan mulai terdengar bersamaan lantunan sholawat dari mushola tak jauh dari rumah minimalis Rezky dan Dian. Dian seperti biasa memiliki alarm sendiri di tubuhnya yang membuat ia bangun dengan sendirinya.
Dian baru saja hendak bangun, tapi lengan kekar Rezky menghimpit perutnya, susah bergerak. Dian berusaha menyingkirkan, namun bukannya terlepas justru lengan Resky semakin kuat mengunci tubuhnya.
"Nes, jangan pergi Nes!" lirih kata ke luar dari bibir Rezky. Rezky yang sedang terbuai mimpi memang setengah sadar merasakan orang di sampingnya mau pergi. Ia spontan saja memeluk sambil menyebut nama Nesa.
Dian menatap wajah Rezky dan gerak bibirnya. Jelas-jelas ia tak salah dengar. Ia memasukkan hal positif di otaknya, mengenai nama wanita lain yang disebut suaminya itu mungkin nama salah satu teman Rezky saja. Walau Dian sadar segalanya absurd.
Itu pasti nama salah satu pacar Mas Rezky di belakang aku.
Dian menahan perih hatinya. Dian memang tak pernah tahu cerita kelam Rezky. Ia hanya tahu Rezky dengan berbagai cara hidup yang semaunya seperti yang dilontarkan Saeful bapaknya Rezky saat menanyakan kesanggupannya mendampingi Rezky.
Flashback
"Pak Saeful sungguh mau menjodohkan Rezky dengan Dian anak semata wayang saya?" tanya Rustam yang bekerja sebagai sopir ayahnya Rezky.
"Saya sudah datang, masa nggak sungguh-sungguh sih. Saya sangat serius Pak Rustam, apa bapak bersedia bermenantukan Rezky anak saya itu?" kata Saeful setelah ia menyeruput habis kopi buatan Dian yang pas dengan seleranya.
"Sa-ya____
Tidak seperti sebelumnya, Rustam agak ragu kini. Ia terdiam beberapa saat tidak menyelesaikan kalimatnya, menggantung seperti jemuran kering belum diangkat. Saeful sungguh semakin penasaran dengan jawaban bapaknya Dian alias sopir pribadinya itu. Saeful masih menunggu kalimat Rustam selanjutnya dengan wajah serius, tapi tiba-tiba ia tersenyum melihat Dian yang ayu datang dari dapur membawa secangkir kopi lagi untuknya, Saeful pun spontan tersenyum memperlihatkan deretan gigi putihnya. Satu kalimat di hati Saeful, 'Dian benar-benar menantu idaman.'
Aku saja gara-gara kopi anaknya Rustam bisa meleleh, gimana Rezky. Benar-benar Dian ini pas untuk Rezky.
"Pak Rustam, jadi bagaimana?" kata Saeful lagi setelahnya melihat Rustam belum juga bicara. Sambil menunggu jawaban Rustam, Saeful kembali menyeruput kopi, kali ini ia minum sedikit demi sedikit agar tak cepat habis.
"I-tu, i-ni, hemm____
"Gimana, Pak?" lugas Saeful kini sedikit mengintiminasi.
"Bo-leh sa-ya bicara sama Di-an du-lu, Pak?" Kalimat yang begitu sulit terucap itu akhirnya lolos dari bibir Rustam. Agaknya seperti tanda-tanda penolakan dan Saeful menangkap hal tersebut.
"Tentu boleh. Silahkan Silahkan!" kata Saeful sambil memperhatikan setiap gerak Rustam dan Dian.
Rustam menarik lengan Dian, ia baru saja mau mengajak Dian ke dalam, tapi panggilan Saeful atas Dian membuat langkah keduanya terhenti.
"Dian!"
"Pak Saeful panggil Dian?" ucap Dian dengan polosnya. Dian memang baru berusia 20 tahun dan anak rumahan saja, tak suka aneh-aneh. Aktifitas Dian hanya kursus menjahit dan mengajar ngaji di TPQ milik Ustazah Dedeh setiap sore.
"Dian ke sini sebentar, deh!" pinta Saeful. Dian yang santun dan penurut mendekat.
"Bapak dengar kamu punya cita-cita jadi guru, ya?"
"I-ya, Pak."
"Begini, nanti kalau Dian sudah nikah sama Rezky, Bapak janji akan menguliahkan Dian di fakultas pendidikan. Dian bisa ngambil jurusan yang Dian suka, PGTK atau PGSD juga boleh. Dian suka mengajar, 'kan? Bapak janji akan dukung cita-cita Dian. Menjadi pendidik itu luar biasa. Bapak akan bangga punya menantu seorang guru."
"Tapi Dian lebih suka Pendidikan Bahasa dan Sastra," ucap Dian spontan.
"Wah, itu justru lebih bagus, Dian bisa ngajar TK, SD, SMP, bahkan SMA. Gak terbatas. Ilmu bahasa juga penting buat para penulis, pengamat, penerjemah, banyak deh yang bisa Dian kembangin," imbuh Saeful penuh semangat.
"Terima kasih banyak, Pak," kata Dian akhirnya dengan wajah semringah. Saeful tersenyum karena target sepertinya akan masuk sasaran. Saeful mendongak pura-pura melihat bingkai foto masa kecil Dian yang sedang tengkurap dan polos berada di atas meja yang dilapisi taplak bermotif batik, padahal ia sedang melirik Rustam yang panik menggaruk belakang kepalanya.
"Oh, astagfirullah. Bapak sampai lupa, kamu tadi mau berbincang sama bapakmu, kan? Ayo lanjutkan!" Dian menghampiri Rustam, Rustam seperti sebelumnya sangat semangat mau berbincang sama Dian, ia menarik kuat lengan Dian dan membawanya masuk ke kamar tidur Dian.
"Kamu nggak usah gak enakan sama pak Saeful, Di. Bapak paham kok sama pemikiran kamu, Rezky itu bukan calon imam yang baik. Jadi gpp kalau kamu nolak dia!"
Dian menatap lekat wajah Rustam bingung. "Kok Bapak udah berasumsi aja, Dian kan belum jawab," ucap Dian enteng dan apa adanya.
"Lho memang kita nggak sependapat? kamu mau jadi istrinya Rezky yang suka main perempuan itu, yang selalu pulang larut dan hampir pagi. Satu lagi, dia nggak pernah terlihat ada di mushola. Mungkin juga dia nggak pernah sholat!"
"Bapak kok ngomongnya begitu? Kali aja mas Rezky sholatnya di rumah," sergah Dian.
"Kamu mulai bela lelaki begajulan itu, Di? Dian, ingat! Empat hal yang harus jadi kriteria mencari pasangan hidup, paras, harta, nasab dan agama. Rezky gak memenuhi kriteria dalam aspek agama Di, padahal itu aspek yang paling penting! Kalau dia tahu agama, hidup kamu bakalan tenang, dia nggak akan menyakiti kamu sekali pun kamu gak sesuai dengan harapannya, ia bisa membimbing dan menjadi contoh untukmu dan anak-anakmu. Intinya bahagia dunia akhirat deh. Sekarang kamu pikir-pikir dulu ucapan Bapak! Kamu butuh waktu berapa lama berpikir, satu jam, dua jam, sehari, dua hari atau sebulan biar bapak selidiki dulu si Rezky itu, gimana? Kamu nggak usah khawatir, bapak akan bicara sama pak Saeful kalau kamu masih butuh waktu mengenal Rezky. Yuk ke luar!"
"Dih Bapak, Dian kan belum jawab, kok kita udah mau ke luar."
"Oh iya, jadi kamu butuh berpikir berapa lama, Di?" tanya Rustam lagi dengan wajah serius.
"Dian gak butuh waktu, Pak. Dian yakin mau jadi istri mas Rezky!"
"Di, kok?"
"Serius, Pak!"
"Kamu gak dengar ucapan Bapak tadi, dia nggak akan bisa jadi imam kamu, Dian! Hidup kamu akan merana jadi istri si Rezky itu, tertekan."
"Bapak kok berdo'a buruk untuk Dian?"
"Astagfirullah, bukan begitu maksud Bapak, hanya saja Bapak mau kamu berpikir ulang, Dian!" kata Rustam meralat ucapannya. Sangking takutnya Dian kukuh atas keputusannya, Rustam tak sadar berucap buruk mengenai masa depan Dian yang merana.
"Tunggu, jangan-jangan kamu setuju karena mau dikuliahin sama pak Saeful, ya?"
"Ihh Bapak, enggak lah! intinya Dian sudah yakin, Pak. Kata ustazah Dedeh semakin berat ujian yang kita hadapi dalam hidup, balasan pahalanya juga semakin besar. Dian juga yakin mas Rezky sebetulnya baik, Dian pernah lihat dia ngasih uang ke pengemis di jalan. Kalaupun dia nggak baik, nanti Dian yang akan usaha memperbaiki sifatnya."
"Tapi Dii___
Rustam tercekat dengan pemikiran Dian, satu sisi hatinya membenarkan, tapi sisi yang lain bergejolak kuat tak ingin anaknya menikah dengan Rezky.
Di luar, Saeful yang diam-diam mendekatkan telinganya ke bibir pintu terus tersenyum.
Alhamdulillah aku bakalan terbebas dari dosanya Rezky, aku yakin Dian bisa membimbing Rezky. Permudah segalanya ya Allah.
.....🕷️🕷️.....
Tangisan ke luar dari sudut mata Dian. Kini ia tak bisa sedikit pun mengeluh dengan Bapaknya. Bapaknya sudah mewanti sejak awal mengenai Rezky, tapi Dian saat itu berkeras mau dijadiin istrinya Rezky. Kini ia harus menelan pil pahit itu dalam-dalam, berharap pil itu akan menjadi obat dan suatu saat ia benar-benar bisa merubah Rezky. Rezky juga bisa melihat dirinya utuh sebagai istri dan bukan sebagai pelampiasan hasratnya saja.
_______________
🕷️Terima kasih yang sudah menunjukkan jejak komen. Big hug😘😘❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
💖Yanti Amira 💖
dosamu udah banyak pak dan tidak bisa dihapus
2022-11-20
0
mala
hadeh malu maluin deh tau agama tpi gak nurut sm ortua
2022-09-24
1
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
baru awalan... cukup menyesakkan dada ku kk Bubu.. adakah harapan bagi Dian untuk bahagia...
2022-08-06
1