5. Hampir Gila

Didalam ruangan kebesaran Erik, dalam pekerjaan yang begitu fokus karena telah beberapa hari dia tinggalkan karena kondisi sang putri, Erik pun melanjutkan pekerjaan nya yang banyak sekali tertunda, mulai dari proyek kecil hingga proyek besar dengan klien-klien nya yang berada diluar negeri.

Panggilan dari benda pipihnya mengudara diruangan itu. Sehingga dia menghentikan aktifitasnya di ipad lipat nya. Dia ingat hari ini adalah jadwal psikiater putrinya karena itu sang istri menghubungi nya.

"Pa, hari ini jadwal psikiater Tasha kan . Papa jadi nemenin gak?" Didalam Panggilan itu Lita menghubungi suaminya. Karena ini adalah beberapa kali nya Tasha menjalani sebuah pschytris yang datang kerumah mereka. Mereka memang mendatangkan seorang psikiater kerumah, agar Tasha tidak terbebani dan menambah kedepresian nya.

"Iya, papa berangkat sekarang". Dengan gerakan cepat Erik langsung mematikan benda lipatnya dan melangkah cepat meninggalkan kantor nya.

*

Seseorang yang menangani pemeriksaan kejiwaan Tasha sudah pulang, sudah sering pschytris datang kerumah mereka namun Tasha masih tidak ada juga perkembangan. Lita dan Erik sudah sangan frustasi atas kejadian yang menimpa sang putri.

Erik dan Lita bisa memberikan semua fasilitas terbaik untuk kedua putri mereka, tapi mereka tidak bisa menolak perasaan hati putri-putri mereka untuk siapa yang harus dicintai dan di lupakan.

Dibawah jendela dalam kegelapan malam dan lampu kamar yang begitu tamaram. Tasha termenung di sofa single yang berada didalam kamarnya dan menekukkan kedua kaki nya dengan tangannya. Tasha masih merenungkan hidupnya, tidak ada lagi sekarang kegiatan yang dilakukan oleh Tasha, dia hanya diam, melamun, dan termenung. Dia merasa ini adalah titik kelelahan dan kepasrahannya.

Ceklekk

Suara pintu terbuka, Dewi sang adik melihat sang kakak yang sedang termenung masuk kekamar Tasha. Tanpa Tasha sadari Dewi telah duduk disampingnya. Raut muka Tasha masih sama seperti kemarin-kemarin, tidak ada lagi semangat dalam hidupnya.

Dewi yang menatap penuh kesedihan yang tidak tega didalam hati nya melihat kondisi sang kakak. Diusap Dewi punggung kakak nya untuk membangunkan Tasha dari lamunan nya.

"Kak"

Tasha masih sama, dia tidak mau menjawab dan enggan untuk berbicara pada siapa pun yang menanyakan nya atau hanya memanggilnya namanya.

"Kak, sudah lama kakak dalam kamar, apa kakak tidak bosan" ucap Dewi kepada Tasha. "Kita bisa keluar kak, ke mall, nonton, makan di caffe, atau kakak mau besok kita liburan" Dewi tetap memberikan semangat pada sang kakak.

"Ohh iya kak, kakak ingat waktu kita kecil, papa pulang dari LA membawakkan kita sebuah boneka yang sama. Hanya saja aku yang terlalu manja meminta juga boneka yang papa berikan pada kakak. Dengan senang hati kakak memberikan nya pada Dewi. Kakak pernah berpesan pada Dewi, kakak sakit jika lihat Dewi sakit, kakak marah jika ada disekolah yang ganggu Dewi, bahkan kakak menjadi tameng Dewi sampai Dewi dewasa kak. Kakak jangan seperti ini terus-terusan kak, Dewi rindu kakak" Dewi yang sudah tidak kuat membendung air mata nya yang sudah lolos.

Tasha tetap tidak mengindahkan Dewi yang berada disampingnya. Dia seperti sudah tidak dapat mencerna perkataan ataupun pertanyaan dari lawan bicaranya.

Ditatapnya wajah sang adik yang sangat disayangi nya itu dulu. Dari kecil Dewi lah teman bermainnya, berlari bersama-sama dan teman berbagi. Tasha dan Dewi selalu satu sekolah dari mulai TK sampai mereka SMA, hanya pemilihan kampus lah Dewi tidak mengikuti jejak sang kakak. Ini adalah kali pertama nya Tasha tidak berbicara dengan Dewi, dia merindukan sosok kakak yang selalu menjaganya dalam segala hal, Tasha selalu menjaga adik kesayangan nya itu dari berbagai macam bahaya yang mungkin akan terjadi pada adik kesayangannya.

Air mata Dewi tumpah melihat sikap sang kakak pada saat ini. Dia terus menangis sesegukan memeluk sang kakak.

Lagi-lagi Tasha tidak merespon. Dia tetap tenang dalam sikap nya, dia juga bahkan tidak membalas pelukan sang adik.

Sebuah kotak kecil dikeluarkan Dewi dari kantong piyama nya. Sebuah kotak berisikan sebuah kalung berbentuk liontin yang sangat indah. Didalam kotak itu berisikan 2 buah kalung, yang mana satu adalah untuk dia dan yang satu nya lagi untuk sang kakak.

"Aku tadi ke mall, tidak sengaja melihat kalung ini kak. Aku pikir lucu untuk kita pakai. Kakak yang pink dan aku yang bewarna silver. Kakak suka kalungnya ?" Dipasangkan Dewi kalung yang berbentuk hati itu ke leher jenjang sang kakak. Liontin itu sangat cantik dipakai oleh sang kakak.

"Aku hanya bisa membelikan ini sekarang sama kakak, nanti kalau aku sudah banyak uang atas gaji aku dikantor, aku akan belikan lagi sebuah permata yang indah dan mahal untuk kakak" senyum dewi dengan menahan air mata yang sudah penuh dikelopak nya.

**

Cahaya terik pagi membuat orang melakukan berbagai aktivitas masing-masing. Ini sudah sebulan Tasha seperti orang depresi yang dialami nya saat ini. Keluarga Erik sedang ada dimeja makan untuk sarapan sebelum mereka melakukan aktivitas kantor nya. Tampak dari seluruh keluarga yang ada didalam rumah itu sudah tidak ada lagi raut keceriaan yang terpancar dari ketiga.

Tasha dengan lunglainya turun dari undukan tangga yang ada dilantai dua kamar milik nya. ini adalah kali pertamanya dia keluar dari kamar, langkahnya mengayunkan menuju meja makan milik keluarganya dengan mengenakan pakaian baju piyama bewarna hijau. Dengan penampilan yang sedikit sudah lebih rapi dari biasanya.

Suara dorongan kursi sukses membuat ketiga pasang mata yang berada dimeja makan itu terperangah. Mereka menghentikan aktivitas makan mereka melihat Tasha yang sudah duduk disamping sang papa.

Dengan manik yang berkaca-kaca ketiganya saling bertatapan.

Mama mulai memberikan piring dihadapan sang putri, dengan meletakkan sepotong roti dan selai coklat diatasnya. Disamping piring Tasha, Lita juga meletakkan semangkuk sof dan susu yang menjadi makanan kesukaan Tasha.

Tidak ada percakapan yang mereka lakukan, karena takut hati sang putri nantinya akan tersinggup dan membuat Tasha seperti sebelumnya tidak ingin keluar dari kamarnya. Mereka hanya melirik dan menatap Tasha yang hanya memainkan roti dihadapannya.

Lita tau Erik mau meminta Tasha untuk memakan sarapan nya, tapi dengan cepat Lita memberi sebuah isyarat ke Erik agar tidak bersuara dan mengatakan ucapan yang membuat Tasha nanti nya semakin tidak berselera untuk makan.

Tasha tau kini dia menjadi sorotan mata ketiga pasang mata disana. Mulai dia makan roti yang ada dihadapannya dan memasukan ke dalam mulutnya.

"Pa ini sudah jam berapa, kenapa papa dan Dewi tidak berangkat kekantor" dengan mata yang tidak melihat kelawan bicaranya, Tasha membuka percakapan itu dan membuat ketiga nya Shock melihat kearah yang sama.

Episodes
1 1. PROLOG
2 2. Apa Penghianatan?
3 3. Sebuah Jawaban
4 4. Depresi
5 5. Hampir Gila
6 6. Memulai
7 7. Seperti Mengenal
8 8. Perlakuan
9 9. Sudah Tertutup
10 10. Pelangkahan
11 11. Belum Tenang
12 12. Belum Mengenal
13 13. Mengapa Dia?
14 14. Menunda
15 15. Merasa Dirugikan
16 16. Berpura-pura
17 17. Marry You
18 18. Ingin Bermain-main
19 19. Kita Mulai
20 20. Merasa Canggung
21 21. Perjalanan Kehidupan
22 22. Bercocok Tanam?
23 23. Pemilik Yang Sama
24 24. Sebuah Kesalahan
25 25. Berbeda
26 26. Program?
27 27. Merasa Memanas
28 28. Melepas Lelah
29 29. Tidak Menyangka
30 30. Kagum
31 31. Kembali Lagi
32 32. Pelukan
33 33. Berdamai
34 34. Menggenggam
35 35. Kebencian
36 36. Memperkenalkan
37 37. Pembalasan Dendam
38 38. Om Suami
39 39. Cemburu?
40 40. Nyaman
41 41. Tidak Tega
42 42. Pujian
43 43. Satu Tempat
44 44. Terimakasih
45 45. Kepergian
46 46. Menghilang
47 47. Penyandraan
48 48. Berharap Bersama
49 49. Menggila
50 50. Rencana Licik
51 51. Pembohong
52 52. Seperti Berjarak
53 53. Menghindar
54 54. Tidak Ada Alasan
55 55. Sakit Yang Sama
56 56. Tidak Salah
57 57. Jalan Terbaik
58 58. Kehidupan Baru
59 59. Pemecatan
60 60. Titik Terang
61 61. Dipertemukan Kembali
62 62. Merindukan
63 63. Mengikhlaskan
64 64. Beristirahatlah
65 65. Our Honeymoon
66 66. Malam Panas
67 67. Benih Cinta
68 68. Pelan-Pelan
69 69. Menikmati
70 70. Double Happiness
71 71. Tidak Kenal Tempat
72 72. Tempat Baru
73 73. Menunggu Lama
74 74. Percetakan
75 75. Tergoda
76 76. Kebohongan Kecil
77 77. Sedang Simulasi
78 78. Merasa Takut
79 79. Masakan Pertama
80 80. Usaha Kuliner
81 81. Bau Aneh
82 82. Perubahan Sikap
83 83. Tidak Percaya
84 84. Posesif
85 85. Permintaan Tidak Tepat
86 86. Ngidam
87 87. Keistimewaan
88 88. Membuncit Bersama
89 89. Negeri Jiran
90 90. Kekhilafan
91 91. Sebagai Alasan
92 92. Adhisti
93 93. Menunggu Kepulangan
94 94. Tidak Disangka
95 95. Posisi Sulit
96 96. Pendarahan
97 97. TAMAT
98 98. Extra Part
Episodes

Updated 98 Episodes

1
1. PROLOG
2
2. Apa Penghianatan?
3
3. Sebuah Jawaban
4
4. Depresi
5
5. Hampir Gila
6
6. Memulai
7
7. Seperti Mengenal
8
8. Perlakuan
9
9. Sudah Tertutup
10
10. Pelangkahan
11
11. Belum Tenang
12
12. Belum Mengenal
13
13. Mengapa Dia?
14
14. Menunda
15
15. Merasa Dirugikan
16
16. Berpura-pura
17
17. Marry You
18
18. Ingin Bermain-main
19
19. Kita Mulai
20
20. Merasa Canggung
21
21. Perjalanan Kehidupan
22
22. Bercocok Tanam?
23
23. Pemilik Yang Sama
24
24. Sebuah Kesalahan
25
25. Berbeda
26
26. Program?
27
27. Merasa Memanas
28
28. Melepas Lelah
29
29. Tidak Menyangka
30
30. Kagum
31
31. Kembali Lagi
32
32. Pelukan
33
33. Berdamai
34
34. Menggenggam
35
35. Kebencian
36
36. Memperkenalkan
37
37. Pembalasan Dendam
38
38. Om Suami
39
39. Cemburu?
40
40. Nyaman
41
41. Tidak Tega
42
42. Pujian
43
43. Satu Tempat
44
44. Terimakasih
45
45. Kepergian
46
46. Menghilang
47
47. Penyandraan
48
48. Berharap Bersama
49
49. Menggila
50
50. Rencana Licik
51
51. Pembohong
52
52. Seperti Berjarak
53
53. Menghindar
54
54. Tidak Ada Alasan
55
55. Sakit Yang Sama
56
56. Tidak Salah
57
57. Jalan Terbaik
58
58. Kehidupan Baru
59
59. Pemecatan
60
60. Titik Terang
61
61. Dipertemukan Kembali
62
62. Merindukan
63
63. Mengikhlaskan
64
64. Beristirahatlah
65
65. Our Honeymoon
66
66. Malam Panas
67
67. Benih Cinta
68
68. Pelan-Pelan
69
69. Menikmati
70
70. Double Happiness
71
71. Tidak Kenal Tempat
72
72. Tempat Baru
73
73. Menunggu Lama
74
74. Percetakan
75
75. Tergoda
76
76. Kebohongan Kecil
77
77. Sedang Simulasi
78
78. Merasa Takut
79
79. Masakan Pertama
80
80. Usaha Kuliner
81
81. Bau Aneh
82
82. Perubahan Sikap
83
83. Tidak Percaya
84
84. Posesif
85
85. Permintaan Tidak Tepat
86
86. Ngidam
87
87. Keistimewaan
88
88. Membuncit Bersama
89
89. Negeri Jiran
90
90. Kekhilafan
91
91. Sebagai Alasan
92
92. Adhisti
93
93. Menunggu Kepulangan
94
94. Tidak Disangka
95
95. Posisi Sulit
96
96. Pendarahan
97
97. TAMAT
98
98. Extra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!