Didalam ruangan kebesaran Erik, dalam pekerjaan yang begitu fokus karena telah beberapa hari dia tinggalkan karena kondisi sang putri, Erik pun melanjutkan pekerjaan nya yang banyak sekali tertunda, mulai dari proyek kecil hingga proyek besar dengan klien-klien nya yang berada diluar negeri.
Panggilan dari benda pipihnya mengudara diruangan itu. Sehingga dia menghentikan aktifitasnya di ipad lipat nya. Dia ingat hari ini adalah jadwal psikiater putrinya karena itu sang istri menghubungi nya.
"Pa, hari ini jadwal psikiater Tasha kan . Papa jadi nemenin gak?" Didalam Panggilan itu Lita menghubungi suaminya. Karena ini adalah beberapa kali nya Tasha menjalani sebuah pschytris yang datang kerumah mereka. Mereka memang mendatangkan seorang psikiater kerumah, agar Tasha tidak terbebani dan menambah kedepresian nya.
"Iya, papa berangkat sekarang". Dengan gerakan cepat Erik langsung mematikan benda lipatnya dan melangkah cepat meninggalkan kantor nya.
*
Seseorang yang menangani pemeriksaan kejiwaan Tasha sudah pulang, sudah sering pschytris datang kerumah mereka namun Tasha masih tidak ada juga perkembangan. Lita dan Erik sudah sangan frustasi atas kejadian yang menimpa sang putri.
Erik dan Lita bisa memberikan semua fasilitas terbaik untuk kedua putri mereka, tapi mereka tidak bisa menolak perasaan hati putri-putri mereka untuk siapa yang harus dicintai dan di lupakan.
Dibawah jendela dalam kegelapan malam dan lampu kamar yang begitu tamaram. Tasha termenung di sofa single yang berada didalam kamarnya dan menekukkan kedua kaki nya dengan tangannya. Tasha masih merenungkan hidupnya, tidak ada lagi sekarang kegiatan yang dilakukan oleh Tasha, dia hanya diam, melamun, dan termenung. Dia merasa ini adalah titik kelelahan dan kepasrahannya.
Ceklekk
Suara pintu terbuka, Dewi sang adik melihat sang kakak yang sedang termenung masuk kekamar Tasha. Tanpa Tasha sadari Dewi telah duduk disampingnya. Raut muka Tasha masih sama seperti kemarin-kemarin, tidak ada lagi semangat dalam hidupnya.
Dewi yang menatap penuh kesedihan yang tidak tega didalam hati nya melihat kondisi sang kakak. Diusap Dewi punggung kakak nya untuk membangunkan Tasha dari lamunan nya.
"Kak"
Tasha masih sama, dia tidak mau menjawab dan enggan untuk berbicara pada siapa pun yang menanyakan nya atau hanya memanggilnya namanya.
"Kak, sudah lama kakak dalam kamar, apa kakak tidak bosan" ucap Dewi kepada Tasha. "Kita bisa keluar kak, ke mall, nonton, makan di caffe, atau kakak mau besok kita liburan" Dewi tetap memberikan semangat pada sang kakak.
"Ohh iya kak, kakak ingat waktu kita kecil, papa pulang dari LA membawakkan kita sebuah boneka yang sama. Hanya saja aku yang terlalu manja meminta juga boneka yang papa berikan pada kakak. Dengan senang hati kakak memberikan nya pada Dewi. Kakak pernah berpesan pada Dewi, kakak sakit jika lihat Dewi sakit, kakak marah jika ada disekolah yang ganggu Dewi, bahkan kakak menjadi tameng Dewi sampai Dewi dewasa kak. Kakak jangan seperti ini terus-terusan kak, Dewi rindu kakak" Dewi yang sudah tidak kuat membendung air mata nya yang sudah lolos.
Tasha tetap tidak mengindahkan Dewi yang berada disampingnya. Dia seperti sudah tidak dapat mencerna perkataan ataupun pertanyaan dari lawan bicaranya.
Ditatapnya wajah sang adik yang sangat disayangi nya itu dulu. Dari kecil Dewi lah teman bermainnya, berlari bersama-sama dan teman berbagi. Tasha dan Dewi selalu satu sekolah dari mulai TK sampai mereka SMA, hanya pemilihan kampus lah Dewi tidak mengikuti jejak sang kakak. Ini adalah kali pertama nya Tasha tidak berbicara dengan Dewi, dia merindukan sosok kakak yang selalu menjaganya dalam segala hal, Tasha selalu menjaga adik kesayangan nya itu dari berbagai macam bahaya yang mungkin akan terjadi pada adik kesayangannya.
Air mata Dewi tumpah melihat sikap sang kakak pada saat ini. Dia terus menangis sesegukan memeluk sang kakak.
Lagi-lagi Tasha tidak merespon. Dia tetap tenang dalam sikap nya, dia juga bahkan tidak membalas pelukan sang adik.
Sebuah kotak kecil dikeluarkan Dewi dari kantong piyama nya. Sebuah kotak berisikan sebuah kalung berbentuk liontin yang sangat indah. Didalam kotak itu berisikan 2 buah kalung, yang mana satu adalah untuk dia dan yang satu nya lagi untuk sang kakak.
"Aku tadi ke mall, tidak sengaja melihat kalung ini kak. Aku pikir lucu untuk kita pakai. Kakak yang pink dan aku yang bewarna silver. Kakak suka kalungnya ?" Dipasangkan Dewi kalung yang berbentuk hati itu ke leher jenjang sang kakak. Liontin itu sangat cantik dipakai oleh sang kakak.
"Aku hanya bisa membelikan ini sekarang sama kakak, nanti kalau aku sudah banyak uang atas gaji aku dikantor, aku akan belikan lagi sebuah permata yang indah dan mahal untuk kakak" senyum dewi dengan menahan air mata yang sudah penuh dikelopak nya.
**
Cahaya terik pagi membuat orang melakukan berbagai aktivitas masing-masing. Ini sudah sebulan Tasha seperti orang depresi yang dialami nya saat ini. Keluarga Erik sedang ada dimeja makan untuk sarapan sebelum mereka melakukan aktivitas kantor nya. Tampak dari seluruh keluarga yang ada didalam rumah itu sudah tidak ada lagi raut keceriaan yang terpancar dari ketiga.
Tasha dengan lunglainya turun dari undukan tangga yang ada dilantai dua kamar milik nya. ini adalah kali pertamanya dia keluar dari kamar, langkahnya mengayunkan menuju meja makan milik keluarganya dengan mengenakan pakaian baju piyama bewarna hijau. Dengan penampilan yang sedikit sudah lebih rapi dari biasanya.
Suara dorongan kursi sukses membuat ketiga pasang mata yang berada dimeja makan itu terperangah. Mereka menghentikan aktivitas makan mereka melihat Tasha yang sudah duduk disamping sang papa.
Dengan manik yang berkaca-kaca ketiganya saling bertatapan.
Mama mulai memberikan piring dihadapan sang putri, dengan meletakkan sepotong roti dan selai coklat diatasnya. Disamping piring Tasha, Lita juga meletakkan semangkuk sof dan susu yang menjadi makanan kesukaan Tasha.
Tidak ada percakapan yang mereka lakukan, karena takut hati sang putri nantinya akan tersinggup dan membuat Tasha seperti sebelumnya tidak ingin keluar dari kamarnya. Mereka hanya melirik dan menatap Tasha yang hanya memainkan roti dihadapannya.
Lita tau Erik mau meminta Tasha untuk memakan sarapan nya, tapi dengan cepat Lita memberi sebuah isyarat ke Erik agar tidak bersuara dan mengatakan ucapan yang membuat Tasha nanti nya semakin tidak berselera untuk makan.
Tasha tau kini dia menjadi sorotan mata ketiga pasang mata disana. Mulai dia makan roti yang ada dihadapannya dan memasukan ke dalam mulutnya.
"Pa ini sudah jam berapa, kenapa papa dan Dewi tidak berangkat kekantor" dengan mata yang tidak melihat kelawan bicaranya, Tasha membuka percakapan itu dan membuat ketiga nya Shock melihat kearah yang sama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments