Jalanan di desa tersebut tidak terlalu ramai dan tidak terlalu sepi. Hasyim melajukan motornya dengan perlahan.
Beberapa menit mengendarai, tenggorokan laki-laki itu sudah terasa kering, dia mencoba melihat sekitaran seumpama ada toko yang menjual minuman kemasan.
Montornya berbelok ke arah kanan ketika sudah menemukan sebuah ruko yang masih buka.
Sayangnya dia harus menunggu lagi karena ada anak perempuan yang masih memilah-milah minuman kemasan di lemari es. Padahal Hasyim sudah haus sekali dan ini seperti mengantri.
Tapi wajah anak itu sepertinya Hasyim pernah melihatnya, wajahnya mirip..
"Dek, kamu Hayana kan?" tanya Hasyim dengan ragu.
"Iya om, ini om Hasyim ya?" Hayana memperhatikan wajah pria itu.
Syukurlah secercah harapan mulai terlihat dalam pencarian Hasyim kini.
"Iya, kamu masih ingat saya kan?"
"Em sebenarnya ada yang ingin saya tanyakan," Hasyim melihat jika di samping toko tersebut ada tempat duduk. "Sini punyamu sekalian saya belanjain, tolong tunggu di sana ya, karena ada hal penting yang ingin saya bicarakan," Hayana hanya mengangguk dan Hasyim mulai memilih minuman lalu sekalian membayarkan punya gadis itu.
"Kamu tahu keberadaannya Aleria kan? Sebenarnya sudah lama saya mencari dia, dan sudah dua tahun berjualan di sini tapi sesosoknya tak pernah kutemui," tanya Hasyim ketika mereka sudah duduk.
"Bukannya om Hisyam memberitahu om?" tanya Hayana heran, dia mengira jika adik Hasyim akan mengatakan kepada kakaknya jikapun benar kalau masa lalu Aleria itu benar mencarinya.
"Apa hubungannya dengan adek saya?"
"Kayaknya om Hisyam mulai mendekati kakakku om, padahal saya merasa gak sreg jika kak Aleria bersama om itu,"
Deg hati Hasyim seperti terkena bogeman, ketika mendengar jika ada pria lain yang mendekati Aleria, bahkan ini adiknya sendiri, dan yang paling sakit yaitu ketika Hisyam merahasiakan tentang keberadaan pujaan hatinya. Apakah dia tidak tahu jika dirinya sangat menderita selama ini?
"Dia tidak memberi tahu apapun," pantas saja Hisyam selalu menyuruh dirinya untuk melupakan Aleria, ternyata karena ini.
"Antar om ke rumahmu, saya ingin bertemu dengan kakakmu," mohon Hisyam.
"Bukannya dulu om pernah menyakiti mbak Ria, terus kenapa mau ketemu, mau mengulangi lagi?" Hayana masih ingat ketika kakaknya pulang dengan menangis sesengukan dan diantar oleh pria berambut keribo. Yaitu Hisyam, laki-laki itu dulu terlihat baik namun sekarang kenapa malah terbalik?
"Om menyesal dek, andai waktu bisa terulang saya tidak akan melakukan hal seperti itu,"
"Tolong dek, om ingin bertemu dengan Aleria," air mata Hasyim sudah meluruh.
Hayana merasa tak tega, dan terlihat dari ucapan sepertinya laki-laki itu sangatlah tulus. "Baiklah, tapi aku cuman berpesan jika sudah bertemu kakakku tolong jaga dia, jangan sampai mbak Ria jatuh ke tangan om Hisyam,"
"Aku percaya dengan om, kalau om itu tulus beda dengan om Hisyam yang mendekati kakakku hanya karena nafsu, maaf aku berucap begitu tetapi semua orang bisa terlihat dari wajahnya kan? begitu juga denganku, aku bisa melihat dari segi ucapan maupun wajah. Beda dengan mbak Ria yang gampang tertipu daya,"
"Segera perbaiki hubungan kalian, kalau om masih mencintai mbak Aleria. Jangan sampai dia jatuh ke tangan laki-laki yang salah,"
Amarah Hasyim semakin membara saja ketika mengetahui kalau Hisyam mendekati Ria hanya karena ada maunya. Dia percaya dengan yang Hayana ucapkan, tingkah laku sang adik sekarang beda dari pada dulu. Terjerumus pergaulan bebas hingga entah berapa banyak perempuan yang Hisyam tiduri.
Tetapi kalau Aleria yang akan menjadi korban selanjutnya, bahkan sebelum menyentuh kulit gadis itu bisa dipastikan Hasyim bakal habis terlebih dahulu di tangan sang kakak.
Kali ini Hasyim ingin menemui Aleria dulu baru setelah itu akan menghajar habis-habisan Hisyam.
"Saya janji akan memperbaiki semua ini, dan om tak membiarkan Hisyam menyentuh Aleria sekalipun itu hanya sekedar berpegangan tangan,"
"Ayo cepat antarkan om ke rumahmu," ajak Hasyim tak sabaran.
Terpaksa Hayana menunda untuk berkumpul dengan temannya, dalam hidup tidak ada yang namanya sebuah kebetulan. Seperti Hayana yang ingin pergi namun masih pengen beli minuman kemasan hingga dipertemukan dengan Hasyim.
Gadis SMP itu naik ke motor Hasyim. Karena Hayana tadi hanya jalan kaki, rumah dengan toko lumayan dekat.
Sedangkan Aleria sejak tadi memindah-mindah canel televisi, acara yang ditampilkan sangat membosankan baginya.
"Jelek-jelek semua," Ria menaruh remot dengan kesal.
Tiba-tiba dia mendengar suara motor yang pernah ia dengar dahulu. Bukan hanya mendengar bahkan pernah menaikinya.
"Pikiranku semakin hari makin koplak aja, kemarin makan martabak seperti punyanya mas Hasyim terus dengar motor juga mirip punyanya dia," Aleria hanya menggelengkan kepala.
Sedangkan di luar Hasyim dan Hayana sudah sampai, ketika berjalan detak jantung pria itu semakin menjadi-jadi.
"Om nunggu di sini dulu ya, tak panggilkan mbak Ria sebentar," Hayana membuka pintu lalu menutupnya kembali.
DEG
Suara itu? iya itu suara Aleria saat berbincang dengan Hayana. Itu suara yang selama ini Hasyim rindukan. Sudah lama ia tak mendengarkannya. Mata Hasyim kembali luruh dia tak menyangka jika bisa mendengar Aleria lagi, apakah tuhan sudah menjawab doanya?
Pintu mulai terbuka dan munculah seorang gadis yang sudah mulai tumbuh dewasa.
Matanya yang simpit memandang Hasyim dengan terkejut.
"Aleria ... " Hasyim langsung menarik sang pujaan hatinya ke dalam pelukan.
bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments