Bukan nya Naila ingin mempermainkan perasaan Emiil. Naila hanya tidak ingin jika adanya perasaan suka membuatnya semakin tak berdaya. Apalagi dengan kondisinya yang ikut tinggal bersama bibinya membuat Naila tidak bebas keluar.
Karena Naila tau, jika memiliki hubungan, pasti sesekali para pasangan ingin menikmati waktu berduaan. Sedangkan Naila tidak bisa seperti itu, hari hari nya selalu di rumah bibinya untuk pekerjaan rumahnya. Bukan hanya itu , di kala Naila libur pun, bibi nya akan selalu menyuruh Naila untuk membersihkan rumahnya.
"Sorry Dev, tadi aku sudah sampai tapi belum ada kamu di sini. Mangkanya aku ke atas..." Belum selesai Naila bicara Devi sudah menyelak nya.
"Mangkanya kamu keatas untuk menyendiri, iya kan Nai. Apa yang kamu dapat karena menyendiri di sana.?"
"Sedikit tenang,, karena dengan menyendiri itu membuat aku lebih baik."
Sambil membuka rolling toko, Devi dan Naila bercerita. Setelah membuka toko, mereka pun membersihkan toko. Naila dan Devi mereka sarapan di dalam di ruang istirahat.
Siang hari, Ketika ada pengunjung toko hendak membeli. Naila pun mendekati pengunjung toko.
"Boleh kakak, ada yang bisa saya bantu ka.?" Naila dengan senyum ramah.
"Saya ingin melihat, itu dong mba."Sambil menunjuk arah tas berwarna merah.
" Yang ini ka, sebentar ka. "Naila mengambilkan model tas yang gadis itu inginkan.
" Bagus ini, aku ambil yang ini saja. Terimakasih ya mba."
" Sama sama kakak, pembayarannya di kasir ya ka. Ada lagi ka, yang lain nya silahkan di lihat. Semoga ada barang yang membuat kakak tertarik". Dengan ramah dan sopan Naila melayani pembeli tersebut.
Dan pembeli itupun senang karena Naila melayani nya dengan sopan dan ramah. Bukan hanya satu barang, pembeli itu membeli barang lebih dari Dua.
Pengunjung mall pun cukup banyak, dan hari ini cukup banyak yang berbelanja di toko Yang Naila jaga.
Sampai waktu nya sore hari jam shift kerja Naila habis. Dan bergantian dengan yang shift siang sampai malam.
Naila pun kini sedang bersiap-siap untuk pulang. Saat sedang berjalan menuju parkiran ada suara seseorang yang memanggilnya.
"Naila".
Nila pun menoleh. "Emiiil..." Ada senyuman saat melihat Emiil menghampiri nya.
"Kamu mau kemana.?"
"Mau pulang."
"Aku ingin ajak jalan kamu Nai, apa kamu bisa.?" Sebenarnya Naila tidak enak jika terus menolak ajakan Emiil. Namun apa daya Naila tidak ingin bibi nya marah dengannya.
"Maaf Emiil aku tidak bisa, Lain kali aja ya.?"
"Lain kali, mau berapa kali Nai.? Kamu sudah sering bilang lain kali, lain kali. Tapi nyatanya satu kali saja kamu tidak pernah mau aku ajak jalan. Kamu malu jalan sama aku, atau kamu takut ada yang marah. Oow. Atau kamu memang tidak mau dekat sama aku, aku sudah jujur akan hati aku ke kamu Nai. Tapi kamu seperti nya menolaknya ya kan Nai.?"Nada suara Emiil mulai naik satu oktaf." Atau kamu memang ingin aku menjauh dari kamu, agar kamu tidak risih dengan adanya aku. Jawab Nai.? "
Naila menaikkan kedua pundaknya karena Emiil sedikit membentak nya
Karena Naila tidak mau jadi sumber tontonan. Naila membawa Emiil ke parkiran paling atas, karena Mall itu berlantai 4. Dan toko Naila ada di lantai 2, Jadi Nai mengajak Emiil untuk menaiki dua lantai lagi.
" Apa yang kamu lihat dari aku, kenapa kamu menyukai aku. Kamu menyukai orang yang salah Emiil, aku tidak pantas untuk kamu. Kamu bisa mencari gadis yang mengerti kamu Mil, bukan gadis macam aku."
"Apa yang kamu ucapkan, aku menyukaimu karena kamu gadis baik. Apa salah jika aku menyukai gadis baik seperti kamu.?"
"Aku hanya gadis pembuat masalah, aku hanya gadis benalu. Apa pantas gadis seperti aku ini di sukai sama pria baik seperti kamu.?"
"Apa maksud kamu, siapa gadis pembawa masalah dan gadis benalu. Aku tidak menilai seperti itu. Aku menyukai kamu karena kamu apa adanya." Sambil menyentuh wajah Naila, Emil dapat melihat wajah kesedihan di mata Naila. "Lihat aku Nai, apa kamu lihat ada kata keraguan pada diriku. Kalau kamu jelaskan, aku pasti mengerti apa yang kamu rasakan."
"Kamu tidak mengenal aku Emiil.?"
"Karena kamu terlalu tertutup, itu yang membuat aku tidak mengenal mu. Kasih aku kesempatan untuk aku mengenal kamu Nai, aku mohon sama kamu.!" Emiil masih menatap mata Naila lekat lekat.
Emiil ingin membuat Naila yakin dengan ucapan nya. "Dua tahun Nai, aku mengenal kamu. Tapi sangat sulit untuk ku mengenal mu lebih jauh, karena apa. Karena kamu menutup diri kamu sendiri.
Dan berdirinya aku di sini, mungkin kamu bosen mendengarnya. Kalau aku menyukaimu aku jatuh cinta sama kamu, ingin mengenal mu lebih jauh lagi. Izinkan aku untuk menjadi teman untuk mengisi hatimu, agar aku bisa membuatmu tersenyum. Aku ingin mendengar cerita mu, jangan kamu cerita kesedihan mu hanya kepada angin saja di pojok sana. Aku juga ingin mendengarnya Nai, aku ingin kamu bisa berbagi cerita mu. Apa kamu mau Nai, menerima aku.? " Memang selama ini Emiil tau kalau Naila selalu menyendiri di parkiran sambil bercerita pada angin yang bertiup menyentuh relung nya
Emiil menunjukkan wajah serius, dan juga wajah berharap pada jawaban Naila.
Naila mengangguk kan kepalanya, tanda dirinya menerima perasaan nya Emiil. Tentunya ada senyum bahagia yang terpancar kan di wajah Emiil.
" Entar dulu, maksud dari anggukan kepala kamu apa itu.?" Tatap Emiil untuk mematikannya.
"Ii iya aku menerima kamu dan juga perasaan kamu Emiil." Ada senyum malu malu di bibir Naila.
Emiil sendiri mengepalkan tangannya, lalu di naik turunkan. Sebagai kalau dia berhasil mendapatkan jawaban yang dia inginkan.
Emiil pun menggenggam tangan Naila, lalu Emiil mendekat ke arah Naila. Di kecup nya kening Naila, sebagai rasa sayangnya.
"Terimakasih ya, sudah memberikan jawaban yang aku inginkan. Dan mulai sekarang jangan kamu menyembunyikan rasa sedih mu itu dari aku. Karena aku bisa menebak nya nanti. Kamu bisa Cerita apa saja yang membuat kamu tidak nyaman. Kamu mau kan berbagi cerita sama aku, Anggap aku ini sahabat kamu. "Naila pun mengangguk.
" Tapi Emiil, aku tidak bisa seperti pasangan yang lainnya. Aku tidak bisa jalan atau kencan seperti pasangan lainnya. Kalau aku pulang telat, aku bisa kena marah sama bibi aku. "Naila dengan menundukkan kepala nya.
" Gak masalah, asal kita bisa bertemu dan saling mengirim pesan itu sudah cukup. Masalah kencan, semoga saja tuhan mendengarkan niat baik kita. Jadi tanpa kamu di marahi sama bibi kamu, kita bisa kencan. Kalau bisa aku akan membawa kamu dari rumah bibi kamu itu.?"
"Dengan cara apa, masa iya bawa aku kabur.?"
"Ya dengan cara menikah lah sayang. Aku akan membawa kamu dari situ, sebagai istriku. Lihat saja nanti kamu jangan khawatir ya". Emiil menyentuh wajah Naila.
Dan itu membuat Naila tersipu malu, dengan tatap Emiil yang membuat Naila salah tingkah.
"Amiin..." justru Emiil lah yang menjadi tersenyum mendengar jawaban Naila. "Sekarang aku harus balik ya."
"Sekarang...?" Naila mengangguk. "Yasudah aku antar ya."
"Jangan, aku takut nanti bibiku marah. Karena melihat pria mengantar ku."
"Kenapa memang nya.?"
"Emiil..." Naila dengan wajah memelas nya.
"Yasudah iya, tapi bareng ya. Kan kita searah, nanti pas sampai pertiga rumah kamu, aku lurus." Naila pun mengangguk.
"Yasudah yuk kita balik, aku gak mau pacar akan ini nanti kena marah."
Sambil menggenggam tangan Naila, Emiil mengajak nya sampai parkiran. Dan mereka baru melepaskan genggaman tangannya saat berada di motor mereka masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments