Zalfa masih larut dalam kecemasan. Membiarkan kakak iparnya itu menikmati makanan dengan santainya.
“Ya udah, Sy. Mas pulang dulu. Biar Mbakmu aja yang jagain kamu di sini.”
“Lho lhooo…. Kalo aku tidur di sini, besok pagi kamu gimana? Nggak ada yang ngelayani kamu, loh,” sahut Atifa dengan suara tak jelas karena mulutnya penuh berisi makanan.
“Nggak apa-apa. Aku bisa sendiri. Aku bisa beli makan di luar. Yang penting kamu jagain Zalfa di sini.”
“Aku nggak pa-apa sendiri, Mas. Ajaklah Mbak Atifa pulang bersamamu,” pinta Zalfa.
“Keselamatanmu lebih utama. Sudahlah, biar Atifa disini bersamamu,” ujar Ismail penuh perhatian. “Aku pulang.”
“Lhaa… Trus kalau malem-malem aku kelaperan, aku di sini mau makan apa, Mas? Kamu beli makanan bentar gih ke luar, trus anter makanannya ke sini. Udah itu baru kamu pulang,” kata Atifa penuh permohonan.
Ismail tersenyum. Sebenarnya ia ingin menyeletuk, makanan yang dibawa Bu Fatima untuk Zalfa saja sudah lebih dari cukup untuk makan malam, kenapa mesti beli makanan lagi? Tapi Ismail tahu betul istrinya itu ratu makan. Jadi dituruti saja.
“Oke, sayang.” Hanya kalimat itu yang Ismail ucapkan kemudian keluar ruangan dan menutup pintu.
Zalfa tersenyum melihat sikap Ismail yang begitu perhatian dan tulus menyayangi istrinya. Memang sudah sepatutnya begitu sikap seorang suami terhadap istri. Selalu menyayangi, sehingga rumah tangga akan dinaungi rahmat dan mendapat berkah.
“Masmu memang gitu. Mana mau dia menolak permintaanku.” Atifa meneguk botol air mineral dan meletakkannya kembali ke meja. Ia berbaring di ranjang samping Zalfa. Membuat ranjang kecil itu menjadi sempit.
Zalfa turun dari ranjang. Membiarkan Atifa memejamkan mata dan terbenam dalam mimpi. Zalfa berjalan hilir mudik dengan kaki kanan sedikit pincang sambil memegangi ponsel. Kemudian ia duduk di sofa dan kembali menelepon. Nomor Faisal masih tidak aktif.
***
Arkhan mengesah sambil mengetuk-ngetukkan buku-buku jarinya yang mengepal ke meja. Pandangannya tertuju ke laptop yang menyala. Keningnya terlipat menatap layar saking fokus. Jari-jarinya mengetik dan terhenti, sesaat memperhatikan layar laptop dengan seksama.
“Ah Yess!” serunya saat loading berhasil. Peretas bank mulai bekerja. Pekerjaannya selalu mulus.
Tak lama kemudian ia keluar ruangan dengan wajah cerah sembari menempelkan ponsel ke telinga. Ia berbicara serius dengan bahasa Inggris. Cukup lama perbincangan berlangsung, hingga akhirnya ia mematikan ponsel sembari tersenyum puas.
Arkhan kembali menelepon, kali ini yang ditelepon adalah Reza. Ia masuk ke mobil, mengapit ponsel diantara bahu dan pipi. Sementara kedua tangannya sibuk pada bundaran setiran mobil, mengeluarkan mobil dari vila.
“Halo… Reza, dimana kau?” tanya Arkhan sembari memencet klakson mobil saat melintasi mobil lain yang tidak mau minggir. Pria yang selalu tak sabar itu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Bukan hanya dalam hal menyetir saja ia kerap tak sabar, bahkan mungkin Zalfa mengenal bagaimana tak sabarnya Arkhan dalam hal melakukan hal-hal yang bersifat intim.
“Oke, tunggu aku. Aku kesitu sekarang,” ucap Arkhan setelah mendengar penjelasan Reza.
Arkhan menarik ponsel yang diapit diantara pipi dan bahunya sembari geleng-geleng kepala saat telepon terputus. Mobilnya menepi dan memasuki area club. Arkhan melangkah lebar memasuki club. Dentuman musik dan aroma minuman keras serta asap rokok berbaur di ruangan itu. Gadis-gadis seksi tampak berjoget lincah. Arkhan tidak memperdulikan semua itu. Hanya satu tujuannya ke sana, menemui Reza, bukan yang lain.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 309 Episodes
Comments
ibeth wati
kok curiga dgn atifa ya sepertinya TDK sebaik kelihatanya
2024-02-08
0
Devi
dia merasa paling d cintai makanya kek gtu.setelah ketahuan busuknya dia d ceraikan sm ismail.dan nnti ismail nikah lg dpt istri yg baik g kyk atifa.keliatan baik d luar trnyata busuk d dlam
2024-01-25
0
Defrin
siapa Arkhan ini sebenarnya....
bagaimana prilaku nya yang sesungguhnya
2023-10-17
0