Seorang Nia yang di kenal tegar dan selalu bersemangat bahkan tidak pernah menangis setelah terakhir menangis saat Ayahnya meninggal 2 tahun lalu, Nia yang selalu murah senyum dan ceria, dalam hitungan menit menjadi Nia yang tidak berdaya dan hanya bisa menangis setelah apa yang terjadi.
Baru saja bunga-bunga cinta bermekaran dalam hati dan rumah tangganya, dalam hitungan menit bunga itu layu dan kelopaknya berguguran. Bunga itu tak lagi menunjukkan keanggunan, ia menjadi bunga layu yang yang tak sedap di pandang.
***
Tak lama kemudian setelah kepergian perempuan yang mengaku pacar dari suaminya itu, salah satu karyawannya masuk ke ruangan Nia dan terkejut melihat kondisi Nia.
"Bu! Bu Nia kenapa? Apa yang terjadi." ia membantu Nia berdiri dan duduk di sofa.
Nia tidak menjawab, ia hanya menangis dan suaranya tertahan. Ia memeluk Nia dan menengkannya, selama ia bekerja disini ia tidak pernah melihat Nia menangis. Ia mengenal Nia orang yang periang dan ramah.
Karyawan tersebut semakin terkejut melihat kondisi laptop Nia,
"Bu, perempuan tadi menyakiti Bu Nia? Tidak bisa di biarkan," Karyawan itu emosi, ia melepaskan Nia dan berniat mengejar perempuan itu.
"J-jangan!" dengan suara yang pelan,
Karyawan itu menghentikan langkah, ia berbalik menghadap Nia, air matanya pun tak dapat di bendung. Ia langsung memeluk Nia kembali.
Setelah 1 jam menangis, Nia kembali tenang.
"Sinta, tolong carikan tempat servis laptop yang bagus ya," pinta Nia dengan suara yang serak .
Di saat seperti ini Nia masih bisa tersenyum pada karyawannya.
"Baik, Bu!"
"Aku harap laptopku masih bisa di selamatkan," dengan suara pelan
Melihat karyawannya yang ikut menangis membuat Nia merasa bersalah.
"Aku lapar, hari ini tolong belikan makanan ya. Kita makan bersama-sama, nanti tutupnya lebih awal saja."
"Baik, Bu. Bu Nia ingin makan apa? Dan untuk karyawan mau di pesankan makanan apa?"
"Di samakan saja. Saya tunggu disini ya."
Karyawannya mengangguk dan langsung menjalankan perintah Nia.
Nia mengusap wajahnya, ia harus bertahan untuk tidak menangis lagi. Jam 4 sore Nia menyuruh karyawannya untuk pulang, merasa ada keanehan, 2 karyawan lainnya pun bertanya,
"Bu, apakah ada masalah?"
"Tidak ada kok. Oh iya, saya sangat senang dengan kinerja kalian semua. Nanti kalian akan dapat bonus dari saya."
Bukannya senang, para karyawannya ini merasa semakin curiga. Karena tidak mau berfikir yang tidak-tidak, mereka pun mengiyakan apa yang disampaikan Nia.
"Waahhh terima kasih banyak, Bu!"
Nia terseyum, kemudian ia masuk ke taxi yang sudah ia pesan. Ia melambaikan tangan pada 3 karyawannya dan tak lupa senyum juga ia berikan. Sesampainya di rumah, Nia langsung menuju ke dapur dan menemui para pembantu yang sedang menyiapkan bahan untuk makan malam.
Dengan tenang ia menanyakan keberadaan mertuanya.
"Bi, Mama ada di rumah?" Tanya Nia.
"Nyonya belum Pulang, nona."
"Ohh baiklah, terima kasih ya."
Nia langsung menuju kamarnya dan bersiap mandi, hatinya gusar. Saat mandi Nia terus terngiang-ngiang kejadian tadi pagi.
" Aku akan merebut kembali Mas Deny darimu apapun yang terjadi, dia milikku dan tetap akan menjadi milikku sampai kapanpun"
"Ya, benar! Suamimu itu adalah pacarku"
Nia berendam di Bathup, dan memejamkan mata. Namun tidak bisa, perkataan perempuan tadi terus menempel di otak dan telinganya. Ia tidak bisa tenang sebelum mendapat penjelasan dari suami dan mertuanya.
"Aku harus tau apa yang terjadi?" batin Nia.
Selesai mandi Nia mengalihkan rasa gusarnya dengan membantu memasak. Nia hendak mengangkat wajan yang masih panas, namun ia tidak sadar kalau tangannya tidak menggunakan pengaman apapun, alhasil ia langsung menyentuh kuping wajan yang masih panas.
"Awwwwhh!" pekik Nia, ia langsung menyiram tangannya dengan air mengalir.
Pembantu yang melihatnya panik.
"Nona, sebaiknya anda beristirahat dulu. Biar kami yang memasak,"
Awalnya Nia menolak, namun setelah di fikir kembali dirinya yang saat ini pasti hanya akan merepotkan orang lain.
"Baiklah, maaf ya."
Pembantu itu merasa tidak enak hati.
"Maafkan saya, saya tidak bermaksud-"
"Iya, Bi. Aku mengerti," Nia tersenyum, lalu ia menuju kamarnya dan terus memperhatikan jam.
Sudah jam 7 malam, Mama Deny yang bernama Diana pun sudah pulang dari pekerjaannya.
Mendengar suara mobil yang masuk ke garasi membuat Nia tersadar dari lamunannya, ia langsung berlari dari kamarnya yang berada di lantai 2.
Baru saja Diana akan masuk ke rumah, menantunya sudah menunggunya dengan nafas yang terengah-engah.
"Nak, kenapa?" Tanyanya
"Ma, Mama capek tidak?" Nia balik bertanya
"Tidak terlalu. Apa ada sesuatu?"
Nia mengangguk. Melihat raut wajah menantunya, ia tau menantunya ini sedang tidak baik-baik saja.
"Bi, makanan sudah siap?"
"Sudah, Nyonya."
"Baiklah. Kita makan dulu, setelah makan kita bicarakan ya"
Mendengar itu membuat Nia merasa tidak enak hati karan tidak bisa melihat situasi.
"Maaf, Ma. Aku terlalu egois.." Nia menunduk
"Tidak apa-apa. Ayo makan dulu."
"Mas Deny?"
"Tidak apa, kita makan duluan saja." Diana menggandeng Nia dan berjalan menuju ruang makan.
Saat makan pun Nia tidak begitu lahap seperti biasanya, raut wajahnya menggambarkan ia sedang tidak baik-baik saja. Karena penasaran ia pun mempercepat makannya.
***
"Baiklah, ada apa , Nak?"
Nia dan mertuanya duduk di ruang keluarga dan hanya ada mereka berdua. Mereka duduk di kursi yang berhadapan.
"Ma, sebelumnya Nia minta maaf kalau apa yang akan Nia tanyakan menimbulkan rasa tidak nyaman."
Nia menghirup nafas dalam-dalam, sambil meremas tangannya dan menundukkan kepala.
"Dengan siapa Mas Deny menjalin hubungan sebelum bersama Nia?"
Diana terkejut
"Okeee, kamu wajar bertanya seperti ini. Sebelum menikah denganmu, Deny menjalin hubungan dengan Lila. Dia anak dari kolega Mama yang sekarang kami pun sudah tidak ada hubungan karena keluarganya hanya mau memanfaatkan keluarga ini"
"Oh" dengan suara lirih
Mama Deny semakin terkejut saat menantunya meneteskan air mata, ia langsung duduk di sampingnya dan mengangkat wajah Nia. Nia berbohong dan mengatakan ia meminta dibelikan bakso pada Deny namun Deny tidak mengangkat telfonnya, akhornya Diana yang menelfon Deny.
Di sisi lain Deny bingung karena seharian ini Nia tidak menelfonnya sama sekali. Sesampainya di rumah Deny langsung masuk ke kamar dan membawa mangkok serta bakso yang di inginkan Nia.
"Aku pulang," Deny meletakkan mangkoknya di meja dan memeluk Nia yang berdiri menghadap jendela.
"Aku pulang." ucapnya sekali lagi.
Nia berbalik badan dan mencium punggung tangan suaminya.
Nia melonggarkan dasi Deny dan mencium pipi suaminya.
"Baik, kita selesaikan ini ya. Kenapa kau berbohong pada Mama? Kau tidak menelfonku loh hari ini," dengan suara lembut Deny mengusap rambut Nia
Nia hanya tersenyum dan menatap dalam mata suaminya.
"Mas, ada hal yang ingin ku pertanyakan,"
"Hmmmm kau harus menjawab pertanyaanku dulu."
"Jawabanku akan ada kaitannya dengan pertanyaanku ini."
"Oke, tanyakan saja."
"Sebelum ke poin pertanyaan, aku akan meminta persetujuanmu tentang pendapat bahwa rumah tangga memiliki pondasi yang bernama rasa percaya dan kejujuran, bukan?"
"Ehem, iya aku setuju."
"Pertanyaannya, apakah Mas masih menjalin hubungan dengan mantan yang bernama Lila?"
Deny terkejut, ia membuka kemeja dan mengambil handuk lalu menuju kamar mandi.
Setelah suaminya masuk ke kamar mandi, lagi-lagi Nia menyesali apa yang ia lakukan. Bahkan ia harusnya mengerti bahwa suaminya masih lelah. Perkataan perempuan tadi terus menghantuinya dan membuatnya tidak bisa mengontrol diri seperti ini.
"Maafkan aku, Mas. Aku jadi Istri yang tidak becus." Nia terduduk di lantai dan menyesali apa yang ia lakukan pada suaminya
***
Deny keluar dari kamar mandi dan melihat Nia sedang menyiapkan bakso di mangkok.
"Aku sudah menghangatkannya, Mas. Mari kita makan bersama baksonya," sambil tersenyum.
Deny yang merasa kasihan , ia mengangguk lalu meletakkan handuk dan duduk di samping Nia. Mereka menyantap bakso semangkok berdua. Deny juga tidak tenang, setelah makan ia pun ingin mengatakan sesuatu pada Nia.
"Nia, aku ingin mengatakan sesuatu padamu."
"Iya, Mas. Aku juga minta maaf atas ketidaksopananku tadi."
"Yah kau tidak bersalah. Ini salahku juga."
Mereka sama-sama terdiam.
"Baiklah, mungkin ada yang ingin kamu katakan atau tanyakan terlebih dahulu," Deny meminta Nia yang buka suara terlebih dahulu
Nia pun dengan hati yang sakit menceritakan apa yang terjadi tadi pagi, Nia juga menghapus make-up di pipi kirinya dan benar saja pipinya masih agak kemerahan.
Sambil berurai air mata, Nia menceritakan semuanya tanpa ada yang di tutup-tutupi, termasuk laptop miliknya yang berharga. Mendengar cerita Nia membuat Deny semakin tidak tenang. Deny menggenggam tangan Nia dan menatap mata Nia.
"Maafkan aku, Nia. Yang dia katakan... Itu benar"
"Mas..." Nia berdiri dan mundur beberapa langkah
"Aku minta maaf,"
"Mas, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau menempatkanku di posisi ini?" Air mata Nia tak dapat di bendung lagi.
"Nia, jangan menyalahkan aku sepenuhnya seperti ini. Kau pun tau kita ini di jodohkan. Kita tidak pernah mencari tau masa lalu kita masing-masing."
"Tapi perempuan itu belum menjadi masa lalumu, Mas.. Hikss"
"Aku ini Istrimu, tadi kau setuju bahwa pondasi rumah tangga itu adalah kejujuran dan rasa percaya. Tapi, Mas Deny telah memasang pondasi Palsu!" Nia meremas ujung pakaiannya.
"Nia, aku sudah berusaha untuk bisa lepas dari situasi rumit ini. Aku sedang berusaha mencintaimu."
"Dengan masih mempertahankan perempuan itu, Mas? Dia bahkan menghinaku habis-habisan dan reaksimu tidak membelaku."
"Nia tolong tenang dulu. Aku tidak bermaksud menyakitimu. Tapi Lila juga tidak bersalah,"
"Aku juga tidak bersalah, Mas." sanggah Nia.
'Ting tung'
Ada notifikasi akun sosmed milik Deny, ia refleks melihatnya dan tercengang. Nia perlahan mendekati Deny dan melihat postingan apa itu. Nia makin terpuruk saat melihat postingan tersebut.
Fotonya tersebar dengan caption 'pelakor', tidak butuh waktu lama, banyak komentar membanjiri kolom komentar dengan isi komentar yang pedas bahkan mengumpat dan mengutuk dirinya.
Nia tidak dapat berkata-kata lagi, Deny pun menghubungi Lila secara pribadi dan meminta agar Lila menghapus apa yang ia upload, namun Lila menolaknya mentah-mentah.
Saat ini Nia sudah di kuasai amarah dan kesedihan, ia tidak dapat mengontrol diri lagi
"Mas, tolong hiksss. Tolong lepaskan Lila, Mas. Aku istrimu!"
Deny menggeleng.
"Nia, aku tidak bisa meninggalkannya."
"Kenapa Mas, kenapa?! Ketika kamu di mintai klarifikasi kamu pun pasti akan kebingungan jika kamu tidak memutus hubungan dengannya."
"Nia, aku mencintainya!"
"Lalu aku bagaimana, Mas?!"
"..." Deny tidak menjawab.
Melihat Deny yang tidak menjawabnya membuat Nia emosi.
"Mas, pilih salah satu di antara kami!"
"Aku tidak bisa!"
"Kalau cintamu padanya begitu besar, talak aku, Mas. TALAK AKU SEKARANG!" Nia sudah banjir air mata.
"NIA TUTUP MULUTMU!" Deny refleks melempar Hp dan membuat Nia terkejut.
"Demi Mama aku mau menikahimu, demi Mama aku mau belajar mencintaimu,"
"Jadi selama ini kemesraanmu hanya pura-pura, Mas?"
"Ku kira kau sudah benar-benar mencintai dan menerimaku sebagai pasangan hidupmu. Hingga aku berhasil membuka pintu hati untukmu, Mas. Tapi,,,"
"Nia, kita sama-sama tidak mencintai, apakah salah-"
"Kamu salah, Mas. Aku sudah mencintaimu! Aku tidak mau berbagi dengan wanita lain. Jika kamu tidak bisa melepaskan dia maka lepaskan aku!"
"Jangan mengatakan hal seperti ini, Nia. Talak bukanlah mainan."
"Pernikahan juga bukan mainan, Mas. Kau telah menipuku, aku berada di posisi sebagai perempuan yang merebut lelaki orang, Mas. Aku membenci hal tersebut tapi malah aku yang jadi pelakunya!"
Mendengar keributan dari kamar anakny, Diana langsung menuju kamar anaknya.
"Mas, ku mohon... Aku tidak mau di sebut pelakor, aku benci hal itu Mas. Aku harus bagaimana?"
Deny berkeringat dingin.
"Jika kamu tidak mau menceraikanku, aku yang akan menggugat cerai kamu Mas. Aku tidak mau berada di posisi ini!"
"Astaga, ada apa kalian ini." Diana berjalan tergesa-gesa
Melihat Deny yang hanya diam membuat Nia semakin sedih karena diamnya suaminya menandakan ia tidak bisa melepas Lila.
"Mas..."
'Ceklek'
Diana membuka pintu kamar anaknya
"Nia, aku menalakmu malam ini."
"Deny! Hentikan!" Diana terkejut saat masuk ke dalam, Deny akan menjatuhkan talak pada Nia dan melihat Nia hanya pasrah sambil memejamkan mata.
"Tidak, Deny! Dengarkan Mama!"
"NIA, AKU SUAMIMU, MALAM INI AKU AKU MENJATUHKAN TALAK PADAMU, TALAK SATU."
Alih-alih bisa lepas total, Deny hanya menjatuhkan talak 1, bukan talak 3.
"Kenapa hanya talak 1, Mas. Hikss"
Diana tercengang, hatinya hancur melihat hancurnya pernikahan anaknya.
"Deny.." dengan lemas Diana melangkah mendekati mereka berdua.
"Mama!" Deny langsung menahan tubuh Mamanya yang sudah lemas.
"Deny, apa yang kamu lakukan, Nak?" dengan berlinang air mata.
"Maafkan Deny, Ma. Deny tidak bisa memilih salah satunya,"
Mendengar jawaban Deny membuat hati Diana dan Nia begitu hancur, Diana langsung tidak sadarkan diri.
"Mama!"
"Maaa!" Nia langsung berlari ke arah mertuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Erlin Novianti Ahmad
1 kata buat nia GOBLOK... makan tuh cinta... lebih baik tinggalin itu si deni
2023-02-27
0
Erorr
Kenapa aq yg emosi ya
2022-08-29
1
Erorr
Sesulit apapun pilihanya,tapi sttus sudah berbeda Den, Nia sudah jadi istrimu, kamu harus bisa membedakan,jadi orang kok egois banget,kalau emng nggk bisa lepas dari pacarmu seharusnya dlu kamu tolak perjodohan itu, dasar gak punya otak kamu Den
2022-08-29
2