Tamu bergantian mengucapkan selamat kepada Bima dan Ellena yang sedang berdiri di panggung pelaminan mereka. Keduanya tentu saja memberikan senyum bahagia dan kemesraan palsu didepan banyaknya orang yang hadir. Rasa pegal dan keram mulai menyerang kaki Ellena. Senyum palsu yang awalnya sangat lebar kini lebih nampak seperti sebuah ringisan.
"Bocah tengil, muka kamu kenapa ? Kebelet ?" Bisik Bima pelan, takut kalau-kalau orang mendengarkan percakapan mereka.
"Nggak apa-apa, cuma kaki saya pegal banget dari tadi."
"Manja banget sih ? Baru juga satu jam berdiri."
Ellena mencubit lengan Bima dengan mata melotot horor."Ini gara-gara saya pake heels ketinggian, Pak ! Kan bapak yang pilihan sepatu sialan ini buat saya."
Bima mengaduh pelan, lalu kembali berpura-pura tersenyum saat beberapa tamu undangan menoleh kepada mereka. "Kamu jangan nyalahin saya dong. Salahin tinggi badan kamu yang gak setara sama saya."
Ellena mencebikkan bibirnya kesal. "Isshhhhh, emang salah saya kalau saya pendek ? Bapak aja tuh yang ketinggian ! Badan manusia kok bisa kayak galah gini."
"Kamu itu, bisa nggak sih nggak ngelawan saya , sekali aja ?". Geram Bima kesal. Pembicaraan ini jelas akan membuat dia kembali darah tinggi jika terus dilanjutkan.
"Nggak !". Jawab Ellena singkat dengan tatapan masih mengarah ke depan, ke arah para tamu undangan yang hadir.
Setelah berbagai rangkaian acara selesai, Bima memutuskan menghampiri Arga dan Redi yang sedang berdiri sambil menyesap minuman tepat di pinggir panggung hiburan. Keduanya terlihat tampan dengan balutan tuxedo berwarna hitam yang sama. Sementara Ellena memutuskan untuk mengistirahatkan kedua kakinya di salah satu meja kosong yang berada dipojokan yang memang tidak diduduki oleh tamu.
"Thanks, kalian udah pada dateng !". Ucap Bima sambil memeluk Arga dan Redi bergantian.
"Jadi, mana istri lo bro ? Kok gak di ajak kesini sih ? Kan kita mau kenalan. Iya nggak ?". Ucap Redi sambil menyenggol bahu Arga untuk meminta persetujuan.
"Iya nih. Kita berdua belum di kenalin sama Ellena. Jadi, sekarang kenalin lah ! Tenang aja, kita gak akan macem-macemin dia kok." Goda Arga.
Bima menonjok kecil dada Arga. " Lo pikir, gue percaya ? Gue tahu kalian berdua kayak apa. Playboy macam kalian mesti gue jauhin dari bocah polos macam Ellena." Bima menyesap sedikit minuman di gelasnya.
"EHEMMMM!! Kayaknya gue mulai mencium aroma-aroma posesif di sini, Ga !". Sindir Redi sambil berkedip ke arah Arga.
"Lo bener, Red ! Gue juga !".
Bima mendengus sebal lalu mendorong kecil bahu Redi kesal. "Lo pikir, lo Roy Kiboshi apa ? "
Arga dan Redi saling berpandangan lalu serentak tertawa melihat ekspresi wajah Bima yang kesal. Sangat menyenangkan membuat Bima marah hanya dengan hal kecil seperti ini. Dan itu memberi kesenangan tersendiri bagi Arga dan Redi yang entah kenapa sangat menyukai jika bisa membuat Bima kesal karena ulah mereka seperti sekarang.
Kembali kepada El yang sedang memijit kakinya yang pegal. Sesekali ia meringis karena merasakan efek akibat heels 15 cm yang ia pakai demi bisa terlihat sama tinggi dengan manusia kutub yang sekarang menjadi suaminya. Sejak tadi El hanya menggerutu tentang bagaimana mengesalkannya si manusia kutub ketika memaksa ia memakai heels terkutuk itu selama pesta. Tentu saja alasannya sangat membuat Ellena kesal. Si manusia kutub itu hanya berkata kalau ia tidak ingin orang beranggapan bahwa ia menikahi bocah di bawah umur jika El memakai sepatu dengan hak 5 cm yang sudah gadis itu pilih jauh-jauh hari. Padahal, heels cantik bertali bening itu, sudah Ellena incar selama setahun terakhir dan akhirnya ia mampu beli setelah ia akan menikah. Tetapi, kenyataan lagi-lagi tidak seindah khayalan bagi Ellena. Jika memikirkan hal itu, rasanya El ingin menangis sekencang-kencangnya. Akhirnya, Ellena menidurkan kepalanya di atas meja sambil membayangkan heels impiannya yang kini hanya bisa tersimpan rapi didalam rak sepatu miliknya dirumah.
"Hai, El !". Suara lelaki yang terdengar familiar masuk kedalam pendengaran Ellena. Sontak El segera mengangkat kepalanya dari meja dan menegakkan kembali punggungnya di atas kursi.
"Mas Andra ? Hai !" Balas Ellena agak kaku, saat melihat lelaki yang menyapanya yang bahkan sekarang sudah duduk di sampingnya adalah Andra, anak Nyonya Hanin, sepupu Bima yang sekarang adalah saudara iparnya.
"Kok kamu di sini sendirian ? Bima mana ?. Mata Andra tampak mencari-cari sosok Bima di penjuru ruangan.
"Lagi ketemu sama teman-temannya disana." Ucap Ellena dengan jari tangan menunjuk ke samping panggung yang diikuti oleh pandangan mata Andra.
"Kamu kok gak ikut ?". Sekarang Andra kembali menoleh ke arah Ellena.
"Ellena gak enak, Mas. Mending El di sini aja."
"Bima gak mau kenalin kamu ke mereka ya ?". Selidik Andra dengan pandangan tajam yang membuat Ellena sedikit agak panik.
"Nggak, bukan gitu Mas.Tadi Pak Bima mau ajak El, cuma El aja yang gak mau soalnya kaki El sakit banget, kelamaan berdiri tadi."
Andra mengkerutkan kedua alisnya lalu berjongkok didepan Ellena sambil menyingkap sedikit gaun pengantin yang dikenakan El dan mengangkat kaki kanan Ellena ke atas pahanya.
"Mas Andra ngapain ?". Ellena berusaha menjauhkan kakinya namun ditahan oleh kedua tangan Andra.
"Diem bentar, El. Lihat, kaki kamu sampai bengkak merah kayak gini. Gimana gak sakit ?" Tegur Andra yang kini sudah melepas heels El lalu memijit kaki El yang bengkak.
Ellena meringis, menahan sakit karena sentuhan Andra pada kakinya yang bengkak. Kenapa ia sejak tadi tidak sadar bahwa kakinya bengkak begini ? Dia mengira jika sakit pada kakinya hanya karena pegal tapi ternyata kakinya sudah membengkak seperti kaki gajah karena heels terkutuk pilihan si manusia kutub menyebalkan itu.
"Sakit, El ?". Tanya Andra sambil memijit perlahan kaki bengkak Ellena.
El mengangguk, masih menahan sakit pada kakinya. Tanpa Andra dan Ellena sadari, sepasang mata elang dengan sorot tak suka sedang mengintai mereka dari kejauhan. Bima yang melihat pemandangan Ellena dan Andra yang tampak mesra dihadapannya menggenggam gelas minumannya sebelum ia meletakkan gelas itu di meja di sampingnya lalu berjalan mendekati Andra dan Ellena. Redi dan Arga yang bingung melihat Bima yang tiba-tiba pergi, ikut menyusul Bima.
"Kalian ngapain ?". Suara dingin Bima sukses membuat Ellena terperanjat dan berusaha menjauhkan kakinya dari Andra.
"Nggak ngapa-ngapain kok, Pak !!". Jawab Ellena yang masih terlihat kaget.
Andra hanya diam lalu berdiri menatap Bima dengan sorot mata yang jauh lebih dingin dibanding Bima. Bima yang merasa di tantang, berjalan mendekat dan berhenti tepat didepan wajah Andra. Matanya memindai sepupunya itu dari ujung kaki sampai ujung kepala sebelum kembali menatap ke dalam mata Andra yang terlihat sama kesalnya dengannya. Bima merasa seperti seekor kobra yang telah dimasuki teritorinya oleh kobra lain sekarang.
"Lo nggak punya kerjaan lain selain gangguin istri sepupu lo sendiri ?." Tanya Bima dengan nada suara rendah.
Andra tersenyum, lebih tepatnya menyeringai. "Emang kenapa ? Toh, gue cuma kasihan aja ama ipar baru gue. Baru juga resmi nikah, udah di biarin kayak gini."
"Maksud lo apa ?". Bima sudah mengambil ancang-ancang untuk memberi pukulan di wajah menyebalkan Andra, namun ditahan oleh Redi dan Arga.
Andra tertawa sarkas. "Jangan anggap gue gak tahu, Bim !! Gue tahu lo cuma mau manfaatin Ellena buat mancing dia kembali. Cuma cara lo salah, bro. Gue gak akan biarin lo bisa sama dia kalo jalan lo buat kembali sama dia itu dengan bikin Ellena sakit."
Bima yang mendengar itu sontak kembali berusaha melayangkan pukulan namun tetap di tahan oleh Arga dan Redi. Sementara Ellena, sudah memegang Andra yang juga bersiap menerjang Bima di saat yang sama.
"Tahu apa lo ???". Bima benar-benar kesal, di tambah lagi dengan adanya cengkrama Redi dan Arga di lengannya benar-benar membuat Bima naik pitam.
"Sekarang gue tanya, lo cinta sama Ellena ?". Tanya Andra dengan emosi yang masih sama besarnya dengan Bima.
Bima menghentakkan kedua lengannya, membuat kedua pegangan Arga dan Redi terlepas paksa.
"Urusan lo apa ? Kalau gue nggak cinta sama Ellena, ngapain gue mau nikahin dia ?". Kalimat bohong itu terpaksa keluar dari mulut Bima demi bisa membungkam mulut sepupunya.
Ellena segera menengahi keduanya sebelum perhatian para tamu dan orang tua keduanya mengarah pada mereka.
"Cukup Pak Bima, Mas Andra !" Ellena menatap dua kobra agresif itu dengan marah. "Kita masih di pesta, tolong jaga sikap kalian ! Jangan kayak anak kecil gini. Kalian itu saudara, apa kata orang-orang nanti." Tambah Ellena.
Bima tertawa sinis. "Makanya, kalau mau selingkuh, cari orang lain dong ! Jangan sama saudara ipar lo sendiri." Nada bicara Bima sudah tidak formal lagi karena kemarahan yang kini sudah mengambil alih logikanya. Jangan tanya kenapa Bima marah. Karena pria setinggi galah namun berwajah tampan itu juga tidak tahu sebenarnya apa yang membuat dia sekesal ini.
Ellena sendiri merasa sakit hati dan hanya bisa tertegun sembari menahan air matanya yang sudah berkaca-kaca. Ellena berusaha tidak berkedip agar air mata itu tidak tumpah, setidaknya untuk saat ini. Hening sesaat.
"Gue gak nyangka, lo bilang lo cinta sama dia ! Tapi, dengan terang-terangan lo nuduh istri lo sendiri selingkuh di depan teman-teman lo. Lo waras nggak, Bim ?". Andra sudah kembali maju menantang Bima dan mendorong Ellena mundur untuk berlindung dibalik punggungnya.
Bima melirik Ellena yang berada di belakang Andra yang kini sudah menangis dan berusaha menyeka air matanya yang keluar. Dengan kasar, Bima meraih pergelangan tangan Ellena kemudian menariknya untuk menjauh dari Andra.
"Sini kamu !". Perintah Bima masih dengan tangan yang menarik Ellena.
Baru berjalan beberapa langkah, Andra sudah kembali mencegat mereka.
"Lo gak bisa maksa Ellena buat ikut sama lo kayak gini, Bim !." Ucap Andra seraya menahan dada Bima.
Bima menghempaskan tangan Andra lalu menatap Andra dengan tajam."Gue berhak, karena gue suami dia, bukan lo !".
"Suami ? Kalo lo emang suami dia, harusnya lo lebih bisa perhatiin Ellena, bro ! Bukan malah ninggalin dia di tengah pesta sendirian kayak gini".
"Lo tau apa, Nyet ?".
"Gue tahu semuanya, Bim !! Termasuk kaki Ellena yang sakit karena kelamaan berdiri di pelaminan." Seru Andra dengan nada sedikit prihatin didalam kalimatnya.
Bima sedikit heran mendengar perkataan Andra. Lalu menatap Ellena dengan sedikit merasa bersalah. "Kaki kamu kenapa ?".
Ellena kembali menyeka air matanya."Gak apa-apa. Nggak usah peduliin saya." Ellena bergerak meraih heelsnya yang teronggok di lantai lalu menentengnya hendak pergi. "Mas Andra, makasih tadi udah bantu pijitin kaki El. Maaf gara-gara El, mas Andra jadi kena masalah begini." Tambah El tepat di depan Andra sebelum berlalu dengan kaki yang terlihat pincang.
Keempat pria tampan di sana hanya bisa memandangi Ellena yang sekarang sudah masuk ke dalam lift sebelum Andra juga ikut pergi dari sana.
"Jangan pernah rendahin Ellena di depan orang lain kayak tadi karena gue gak akan tinggal diam !". Ancam Andra sebelum ia beranjak keluar dari ballroom hotel mewah tempat resepsi sepupunya itu.
Bima hanya bisa menggeram marah dengan tangan terkepal saat melihat sosok Andra sudah mulai perlahan menghilang dibalik kerumunan banyaknya tamu undangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 244 Episodes
Comments
sayu chan
heeran banyak yg suka sama samph kek andra
2021-07-10
0
dite
kalo bima ngamuk ya wajar lah, wong istrinya dipegang pegang laki lain. aneh si andra, kek pahlwan kesiangan aja
makanya kalo suka ama orang itu cepetan di lamar dinikahin, dodol
2021-06-16
0
dite
El jdi cewe bersuami ya ga bisa nempatin diri, berasa lihat cabe kegatelen aja
2021-06-16
1