Akhirnya, hari itu datang juga. Hari yang Ellena harapkan tidak akan pernah tiba akhirnya muncul juga. Ellena sudah memakai kebaya berwarna putih dengan rambut yang disanggul dengan bunga-bunga serta sebuah mahkota yang menghiasi kepalanya. Wajahnya di rias natural, tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis sesuai permintaan Ellena. 30 menit lagi, akad akan dilaksanakan di rumahnya sesuai permintaan El sendiri. Gadis itu memang meminta, khusus ijab kabul pernikahannya, ia ingin agar di lakukan dirumahnya agar Ellena merasa bahwa kedua almarhum orang tuanya berada di sisi El dihari yang istimewa ini. Ellena masih memandang wajahnya didepan cermin sambil memantapkan hati untuk tidak menangis dan menyesali segala sesuatu yang akan terjadi hari ini ataupun nanti.
"El, udah siap ?". Suara Nadia memecah lamunan Ellena.
Ellena menatap Nadia lewat pantulan cermin di hadapannya. "Udah. Mereka udah datang ?".
Nadia mengangguk."Iya. Turun sekarang yuk !."
Ellena menutup matanya sesaat lalu menarik napas dalam-dalam sebelum berdiri dan berjalan ke arah Nadia.
"Yuk !". Ellena menggenggam tangan Nadia erat sebelum keduanya melangkah meninggalkan kamar Ellena.
"El, jangan gugup ya !!". Diva yang menunggu didepan kamar langsung merangkul Ellena.
"Iya." Ellena tersenyum.
"Selamat menikah ya sayangnya aku !! Jangan lupa, bikin anak yang banyak." Celetuk Putri girang.
"Ihhhh apaan sih !". El mencubit lengan Putri gemas.
"Sakit, El !!". Gerutu Putri.
Akhirnya, Ellena menuruni tangga dengan di tuntun oleh ketiga sahabat baiknya. Semua yang hadir di tempat itu, mendadak mengunci tatapan mereka pada sosok gadis mungil yang terlihat sangat cantik hari ini. Tak terkecuali Bima yang sudah lebih dulu duduk di depan penghulu. Pandangan pria itu bahkan tidak berkedip sama sekali saat melihat calon istrinya hari ini. Apa dia benar bocah tengil yang biasanya ? Atau jangan-jangan ada yang menukar calon istrinya ? Tidak mungkin kan, si bocah tengil bisa berubah secantik ini ? Kemana wajah judes yang selalu Bima lihat ? Yang terlihat sekarang adalah seorang gadis yang sangat cantik, lucu dan terlihat menggemaskan. Rasanya Bima sedang melihat boneka asli yang hidup.
Kesadaran Bima baru kembali saat Ellena sudah duduk tepat disampingnya dan pak penghulu mulai mengucapkan permulaan ijab kabul. Setelah mengucapkan ijab kabul dalam sekali tarikan nafas, seluruh yang hadir di sana segera bertepuk tangan bahagia.
"Bagaimana para saksi ? Sah ?".
"Sahhhh !". Seluruh yang hadir menjawab serentak. Ellena hanya bisa menunduk dan sesekali Menyeka air mata yang keluar. Bima yang melihat Ellena berusaha memalingkan wajahnya, berpura-pura tidak tahu bahwa bocah tengil yang sekarang sah menjadi istrinya itu sedang menangis. Setelah memasang kan cincin ke jari manis pasangan secara bergantian, Ellena mencium tangan Bima dengan hormat. Pertanda bahwa, manusia kutub itu sudah menjadi imam baginya mulai sekarang.
"Selamat ya, El !!!." Nadia memeluk Ellena erat sambil berkaca-kaca.
"Makasih ya !!." Ellena mengelus punggung Nadia lembut.
"El, aku doakan kamu dan Pak Bima selalu bahagia !! Jangan suka berantem lagi ya." Ujar Diva tersenyum.
Ellena hanya ikut tersenyum. Namun, senyuman itu tak bertahan lama ketika melihat Putri yang menangis sesunggukan dibelakang Diva.
"Loh, Putri kok nangis ? kenapa ? Tanya Ellena khawatir.
"Putri gak apa-apa, El ! Putri cuma bahagia liat El nikah. Putri cuma terharu ." Putri berusaha menyeka air matanya.
Dengan cepat, Ellena menyambar tubuh Putri dan membawanya kedalam pelukan Ellena. Sedangkan, Bima yang dari tadi di samping Ellena hanya berdecih kesal.
"Dasar bocah-bocah TK !!" Gumam Bima.
Malam harinya dilanjut dengan resepsi. Kali ini Ellena memakai gaun pengantin yang dulu di pesan di butik Nyonya Diana. Malam ini, Ellena benar-benar terlihat seperti seorang putri dari negeri dongeng.
"Ternyata kamu cantik juga, El !". Puji Ellena sendiri di depan cermin. Ia tersenyum sambil memperhatikan gaun yang dipakainya. Benar-benar melekat sempurna di tubuh El.
"Ayo turun ! Ngapain senyum-senyum sendiri didepan cermin." Suara menyebalkan Bima terdengar dari belakang, membuyarkan segala kesenangan yang baru ia nikmati beberapa menit yang lalu.
Ellena segera berbalik sambil berdecak kesal.
"Apa sih, Pak ? Gak bisa liat orang senang apa ?."
"Kamu pikir kamu cantik pake baju itu ? Bajunya sih cantik, tapi orangnya nggak !".
"Oh ya ? Kalau saya, gak cantik, terus ngapain Bapak tadi pagi liat saya sampai segitunya ?".
"Mmakksud kamu ?". Bima kini mulai gugup. Tidak mungkin kan si bocah tengil ini memperhatikan ekspresinya tadi pagi ?
"Bapak pikir saya nggak liat ekspresi bapak pas liat saya tadi pagi ?? Bola mata bapak hampir keluar loh !". Ellena masih menyerang Bima.
****** ketahuan !!!
"Mana mungkin. Kamu aja yang kepedean." Bima segera berdalih dan membuang muka agar El tidak melihat rona wajahnya yang sudah memerah.
El melipat kedua tangannya didepan dadanya sambil menatap sinis ke arah Bima. "Hah ... Bapak pikir saya buta ? Saya tau bapak ngelihatin saya ! Kalo emang bapak pikir saya cantik, bilang aja.Gak usah gengsi gitu. Harga diri bapak gak akan jatuh kalau hanya muji saya sekali."
"Siapa bilang saya lihatin kamu ? sama sekali nggak tuh !! Kamu aja yang kepedean. Emang ada cowok yang pernah bilang kamu cantik ?". Kali ini Bima benar-benar panas. Ia akan benar-benar malu jika ia harus mengaku bahwa tadi pagi dan sekarang Ellena sama-sama tetap sangat cantik dan menawan.
"Banyak !!! Dari saya SMP sampai sekarang, saya selalu di bilang cantik sama teman cowok saya."
"Itu kan dulu." Sela Bima.
"Bapak nggak dengar kata sekarang di kalimat saya, ya ? Berarti bukan cuma dulu Bapak Bima Dirgantara." Ellena memutar bola matanya jengah. Si manusia kutub belum minum agua ya ? Kok bisanya gak fokus dengan kalimat Ellena ?
"Emangnya siapa yang bilang kamu cantik baru-baru ini ?." Bima menantang. Paling si bocah tengil ini cuma bercanda, pikir Bima.
"Mas Andra." Ujar Ellena enteng.
Deg. Tiba-tiba saja Bima membeku sebentar. Sepertinya ia benar-benar akan berubah menjadi manusia kutub saat ini juga. Kapan Andra mengatakan itu ? Itu artinya, Andra dan Ellena pernah jalan bersama tanpa Bima tahu ? Berarti Andra benar-benar menyukai si bocah tengil miliknya. Tunggu, Bima berpikir ada yang salah disini. Miliknya ? Sejak kapan Bima berpikir bahwa Ellena miliknya ? Bukankah sudah tertulis jelas di kontrak bahwa Bima tidak akan cemburu jika Ellena menjalin hubungan dengan siapapun ? Di tambah lagi, itu adalah usul gilanya sendiri. Tapi apa sekarang ? Sepertinya Bima harus membaca kontrak itu lagi.
"Sejak kapan kamu akrab sama Andra ?". Pada akhirnya, Bima tetap tidak bisa mengabaikan perasaannya.
El terlihat berpikir sejenak."Gak lama. Saya sama mas Andra baru dua kali ketemu, sih. Terakhir cuma nganterin saya ke tempat kerja."
Oke. Bima sekarang merasa sedikit kesal. Membayangkan Andra dan Ellena berdua saja didalam mobil membuat darah tinggi Bima sepertinya kumat.
"Kamu boleh dekat sama lelaki manapun, atau menjalin hubungan dengan siapapun di luar sana. Tapi jangan sama Andra. Dia itu sepupu saya, apa kata orang nanti ?".
"Saya gak ada hubungan apapun sama mas Andra." Bantah Ellena tegas.
Bima menghela napas. "Mending sekarang kita turun. Pegang lengan saya."
El menuruti perintah Bima. Kini mereka sudah melangkah bersama menuju ke ballroom hotel yang terletak dilantai 4 milik ayah Bima. Raut tegang terlihat jelas di wajah Ellena saat ia dan Bima berada didalam lift. Bima yang menyadari itu segera menenangkan Ellena meski dengan sikap seolah tak peduli. Namanya juga jaga imej.
"Jangan tegang, kamu cukup senyum aja ke orang-orang dan tetap pegang lengan saya biar kamu gak takut. Sisanya percaya sama saya. Biar saya yang hadapi pertanyaan mereka nanti."
Ellena menoleh menatap Bima di sampingnya sambil tersenyum. "Makasih Pak."
Dan disinilah mereka. Saat pintu lift terbuka, sambutan tepuk tangan meriah sudah menyambut keduanya dengan riuh. Ellena berusaha menampilkan senyumnya semanis mungkin sambil mempererat cengkraman tangannya di lengan Bima. Baru kali ini, Ellena merasa di perhatikan dengan penuh kekaguman dari banyak orang. Dan itu membuat El semakin gugup. Yang pertama menyambut kedatangan mereka adalah Nyonya Puspa dan Tuan Satya yang langsung memeluk mereka bergantian.
"Selamat datang di keluarga dirgantara, sayang !!". Ucap Nyonya Puspa sambil menggenggam erat tangan Ellena.
"Makasih tante !".
"Bukan tante, sayang. Tapi Mama. Mulai sekarang kamu panggil saya mama. Kamu anak mama juga sekarang."
"Iya ma." Ada sedikit rasa haru yang dirasakan El ketika Nyonya Puspa menyebut ia sebagai anak. Kata yang sudah lama El tidak pernah dengar itu sukses membuat ia kembali menangis.
"Ada apa sayang ?". Tanya Nyonya Puspa khawatir.
El segera menyeka air matanya lalu menggeleng. "El cuma terharu. Akhirnya setelah sekian lama, El punya orangtua lagi."
Mendengar itu, Tuan Satya dan Nyonya Puspa saling tatap dengan perasaan terharu. Tuan Satya segera mengusap pipi El lembut.
"Sudah Nak !!! Jangan menangis ! Mulai sekarang kamu nggak kesepian lagi. Ada mama, papa dan tentunya Bima yang akan sayang sama kamu."
"Makasih ,Pa !".
Bima yang menyaksikan itu hanya tertegun. Ada ruang kecil didalam hatinya yang sedikit nyeri saat mendengar kebahagiaan kecil El hanya karena ada orang yang menganggap ia anak setelah orang tuanya tiada. Kini Bima kembali teringat informasi yang Sam berikan sebulan lalu. Haruskah Bima menyampaikan kepada El tentang semuanya ? Tentang kecelakaan orang tuanya yang sebenarnya adalah sebuah sabotase ? Walau bagaimanapun, bukankah El berhak tahu ?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 244 Episodes
Comments
Ririn Satkwantono
anak TK bs buat anak TK bang🤣🤣
2024-04-24
0
Ririn Satkwantono
hehehe
2024-04-24
0
Mesri Simarmata
ngakak
2022-03-31
0