Pagi ini, Andra dengan setelan jasnya sudah siap berangkat menuju ke kantornya. Ia meraih kunci mobilnya di atas nakas lalu berjalan dengan santai sambil bersiul riang keluar dari apartemennya. Ia memainkan kunci mobilnya dengan diputar-putar di jari telunjuk kirinya sembari menunggu pintu lift terbuka.
"Good Morning, Mr Joko !". Sapa Andra kepada petugas lift seraya masuk kedalam lift dengan senyum sumringah.
Petugas lift itu hanya menggeleng lalu kembali menutup pintu lift tepat setelah Andra masuk dan berdiri tepat di belakangnya."Coba kalo nyapa saya, panggil Pak Joko aja, Mas !!! Jangan sok-sok'an pake mister ! Kan saya orang jawa bukan orang amerika." Gerutu Pak Joko.
Andra tertawa terbahak-bahak. "Mr. Joko gak suka ??? Padahal keren loh, di panggil mister."
"Gara-gara Mas Andra, hampir semua penghuni apartemen ini ikutan panggil saya Mr. Joko semua. Kan saya malu mas ! Ngerti cuma yes no aja, pake di panggil Mister segala."
Ting. Pintu lift terbuka kembali saat lift sudah tiba di lantai dasar apartemen. Andra menepuk bahu pak Joko sebelum melangkah keluar lift.
"Thank you Mr. Joko !! Ngomong-ngomong, Mr. Joko emang lebih cocok di panggil mister daripada bapak ! Lebih gaul." Seru Andra sambil mengedipkan sebelah matanya, menggoda pak Joko yang masih menggerutu kesal akibat ulahnya.
Andra berlari kecil ke arah mobilnya lalu membuka pintu mobil dan menyalakan mesin mobilnya untuk segera ke kantor. Di tengah perjalanan, ia melirik jam tanganmu. Masih ada 45 menit sebelum jam kerjanya mulai.
"Mampir ke tempat mama dulu, ah. Sekalian ketemu dia." Gumam Andra yang kini sudah merubah haluan mobilnya menuju ke Adelis.
"Hai, Ma !". Sapa Andra ketika melihat Nyonya Hanin yang sedang asyik merangkai bunga saat ia datang.
Segera, Nyonya Hanin meletakkan rangkaian bunga yang belum selesai ke atas meja lalu berjalan menghampiri dan memeluk putra kesayangannya.
"Andra, kok kamu disini ? Nggak ngantor ?".
"Masih ada waktu, Ma. Andra lagian cuma bentar doang kok ! Cuma pengen ketemu mama aja."
Mata Andra segera mencari-cari sosok Ellena yang akhir-akhir ini sering masuk kedalam pikirannya. Namun, hasilnya nihil. Andra tidak dapat menemukan gadis itu di manapun.
"Cari siapa ,Ndra ?". Nyonya Hanin yang sadar akan gerak-gerik putranya yang terlihat sedang mencari seseorang segera bertanya.
"Ellena mana, Ma ? Tumben gak kelihatan ?".
"Ellena lagi cuti. Kan bentar lagi dia nikah."
"Apa ?". Andra benar-benar kaget dan shock mendengar kabar itu.
"Loh, kok kamu kaget gitu sih ? Bukannya kamu udah tahu ?". Tanya Nyonya Hanin heran. Ia kembali melanjutkan rangkaian bunganya yang belum selesai tadi.
Bima menggeleng. "Andra beneran gak tahu kalo El ternyata udah mau nikah. Emangnya El mau nikah sama siapa ?".
"Kamu gimana sih ? Kok masih nanya ! Dia kan calonnya Bima. Masa' Bima gak bilang?".
Deg. Jantung Andra terasa berhenti seketika. Ada rasa sakit yang tak dapat ia jelaskan saat tahu bahwa calon istri sepupunya ternyata adalah Ellena. Wajah Andra nampak shock berat. Otaknya belum bisa mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Tanpa sadar, air matanya jatuh terurai.
"Loh, Ndra ! Kamu kok nangis ? Kamu sakit ?". Nyonya Hanin mendadak panik dan segera menyentuhkan punggung tangannya ke dahi dan leher Andra.
Andra melepas tangan mamanya dari lehernya lalu menggeleng. "Andra gak apa-apa Ma !!! Bukan masalah besar."
"Tapi kamu kok tiba-tiba nangis, gini ? Cerita dong ke mama,Nak ! Ada apa ?".
"Andra beneran baik-baik aja kok !!! Andra pamit ya, Ma. Takut telat." Andra buru-buru melangkah keluar dan melajukan mobilnya menjauh dari Adelis meninggalkan sang ibu yang masih sangat terlihat khawatir.
"Itu anak kenapa sih ? Atau jangan-jangan....." Nyonya Hanin langsung menutup mulutnya dengan telapak tangan saat menyadari sesuatu yang tak pernah ia duga sebelumnya.
"Sial !!! Kenapa gue kayak gini, sih ?? Apa gue udah jatuh cinta sama Ellena ? Tapi kenapa harus sekarang ??? Kenapa ???". Andra memukul stir mobilnya beberapa kali untuk meredakan rasa sakit yang baru pertama kali ia sadari adalah cinta setelah sekian lama ia tak pernah rasakan lagi.
Sesampai di kantor, Andra langsung menuju ke ruangan Bima dengan terburu-buru. Okta yang melihatnya pertama kali langsung menghalangi ia didepan pintu.
"Maaf, Pak Andra !! Pak Bima sedang tidak ingin di ganggu !". Ucap Okta sambil menghalangi pintu ruangan Bima.
"Awas, gue mau lewat !!." Andra tidak peduli dengan perkataan Okta dan langsung saja menerobos masuk melewati tubuh kurus Okta.
"Pak, anda tidak boleh masuk !!". Okta lagi-lagi menghalangi Andra walaupun saat ini keduanya sudah berada didalam ruangan Bima.
"Ada apa ?". Suara dingin Bima terdengar.
Takut-takut Okta berbalik menatap Bima sambil menundukkan pandangannya ke bawah.
" Maafkan saya, Pak ! Pak Andra memaksa bertemu anda meski sudah saya halangi."
"Gue perlu ngomong sama lo ! Penting!". Andra langsung menyela tanpa babibu lagi.
Melihat raut wajah Andra yang nampak serius tidak seperti biasanya, Bima memberi isyarat dengan tangan agar Okta meninggalkan mereka berdua. Okta yang mengerti langsung membungkuk hormat dan segera meninggalkan ruangan Bima.
"Ada apa ?". Bima kembali mengulang pertanyaan yang sama.
Andra berjalan mendekati Bima, lalu menumpukan kedua tangannya di pinggiran meja kerja Bima dengan tatapan marah.
"Lo bener bakalan nikah sama, El ?".
"Hm.." Jawab Bima singkat tanpa melirik Andra sedikit pun. Matanya tetap saja fokus ke layar laptop didepannya.
Dengan marah, Andra menutup paksa laptop dihadapan Bima dengan kasar membuat Bima mau tak mau langsung berdiri.
"Lo apa-apaan sih ?". Bima benar-benar kesal dengan tingkah laku Andra yang tak biasa.
"Kenapa harus Ellena ? Kenapa harus dia ?". Teriak Andra dengan tangan yang mengcengkram kerah baju Bima.
Bima melepas paksa cengkraman Andra dari kerahnya."Lo kenapa ? Udah gila lo ?". Bima balas berteriak, lalu merapikan kembali kerah bajunya.
"Apa yang lo mau dari, Ellena ? Jawab gua jujur !". Andra kembali bertanya dengan nada yang tinggi.
"Bukan urusan lo, Ndra ! Apapun yang gue mau dari gadis itu, bukan urusan lo !". Suara Bima terdengar rendah namun terasa dingin menusuk di telinga Andra.
BUK !! Satu pukulan mendarat telak di sudut bibir Bima yang membuat Bima sampai jatuh tersungkur.
"Kalau sampai lo berani nyakitin Ellena, nantinya ! Gue gak bakalan diem, Bim ! Ingat itu !". Ancam Andra kepada Bima yang masih terduduk dilantai sambil mengusap sudut bibirnya yang robek mengeluarkan darah. Andra kemudian hendak berbalik dan melangkah keluar dari ruangan Bima, namun baru 2 langkah ia berjalan, Bima tiba-tiba saja datang dan memaksa ia berbalik lalu mendaratkan pukulan yang sama dipipi Andra. Andra terhuyung ke belakang, beruntung ada meja di belakangnya yang ia jadikan tempat bertumpu sehingga tidak harus terjatuh ke lantai seperti Bima tadi.
"Lo gak berhak ikut campur urusan gue, Ndra !!".Ucap Bima sambil menunjuk-nunjuk wajah Andra yang tengah kesakitan sambil memegang pipi bekas pukulannya.
"Gue kenal lo dari dulu, Bim ! Lo itu brengsek !Gue tahu lo nikah sama El cuma buat reda'in gosip yang Karina buat kan ? Lo gak sungguh-sungguh cinta sama Ellena. Lo cuma manfaatin dia.Lo gak pantas sama sekali buat Ellena. Dan gue gak akan tinggal diam kalo lo berani nyakitin Ellena."
Bima meringis masih merasakan sakit di sudut bibirnya."Lo pikir, lo itu gak brengsek ?Kita sama, Ndra ! Kita sama-sama brengsek. Dan kalo menurut lo gue gak pantas, terus menurut lo yang pantas buat Ellena siapa ha ? Lo ?".
Andra segera berdiri tegak dan berseru lantang."Iya. Gue ! Gue yang lebih pantas buat Ellena karena gue bisa bikin dia bahagia karena gue cinta sama El. Gak kayak lo, Bim !! Ellena cuma pengganti buat lo ! Selamanya lo cuma bakal cinta sama dia yang udah ninggalin lo demi pria lain. Dan hal itu bakal bikin El sakit selamanya."
"Jangan bawa-bawa dia dalam masalah ini !!! Dan Ellena itu calon istri gue sekarang. Lo gak berhak bilang cinta ke calon istri orang, apalagi ke calon ipar lo sendiri. Ngerti ?".Desis Bima tajam.
"Inget, Bim ! Sekali lo nyakitin Ellena, gue gak bakalan lepasin lo sampai kapan pun !" Ancam Andra sebelum keluar dari ruangan Bima sambil membanting pintu kasar. Okta yang berada di luar langsung terperanjat kaget saat mendengar suara pintu yang dibanting keras dan melihat Andra yang berjalan kembali ke ruangannya dengan luka lebam di wajahnya.
Sementara Bima melangkah ke arah jendela kantornya lalu meninju kaca anti peluru itu dengan keras, melampiaskan emosi yang belum tersalur sepenuhnya tadi.
"Sial !! Kenapa sih tuh anak ?". Seru Bima marah. Ia mengacak-acak rambutnya frustasi tak habis pikir kenapa Andra bisa semarah itu hanya karena Ellena. Dan yang paling membuat dia bingung adalah kenapa ia harus merasa tidak aman saat Andra mengatakan jatuh cinta pada Ellena.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 244 Episodes
Comments
fitriani
baru gini aja bina rasanya udah gak aman gmn kl sesuai sama perjanjian kl el boleh dekat sama laki2 lain....
2025-02-21
0
Ririn Satkwantono
so goooood.nih ceritamu thor
2024-04-24
0
rahmawati
maaf author akunya jarang komen,,hbsnya mau langsung baca aja,,udah gregetan banget
2022-03-19
0