Waktu menunjukkan pukul 5 sore. Ellena menengok hasil pekerjaannya kembali sebelum meraih tasnya dan bergegas pulang. Shiftnya hanya sampai jam 5 sore. Setelah yakin bahwa semua sudah sempurna, tidak ada lagi yang perlu dibereskan, Ellena memasang wajah tersenyum sambil memperbaiki ikatan rambutnya yang hampir terjatuh dan berpamitan pada mba Dina dan mas Eko.
"Mba Din, Mas Eko , El duluan ya !!".
"Buru-buru amat, El ? Mau kemana ?". Sahut Eko.
"Harus kerumah sakit dulu mas, jenguk Ellio."
"Oke, hati-hati El. Kalau ada belokan belok ya, jangan lurus. Ntar nabrak tembok kamu." Gurau Eko sambil tertawa.
"Jangan didengerin, El. Si Eko emang gitu." Suara Mba Dina terdengar menimpali.
Ellena hanya bisa tertawa. "El pulang duluan ya."
"Hati-hati !". Suara kompak Mba Dina dan Eko menjawab.
Ellena melangkah keluar dari toko Adelis. Menyusuri trotoar jalan sambil melihat kanan kiri pemandangan orang-orang yang berlalu lalang. Suasana kendaraan sudah sedikit lengang, memudahkan Ellena untuk menyeberang tanpa harus menunggu lama. Suara klakson mobil dari belakang tiba-tiba saja mengagetkan Ellena. Di lihatnya sosok tampan itu turun dari mobilnya dengan tampilan yang selalu saja terlihat sempurna. Bahkan, sampai sekarang Ellena masih tidak percaya bahwa pria ini akan menjadi suaminya, walaupun sebatas kontrak.
"Kok hp kamu gak bisa dihubungi ?". Ucap Bima selepas turun dari mobilnya.
Cepat-cepat Ellena merogoh tasnya, mengeluarkan ponselnya dan menatap Bima dengan tersenyum kecut. "Baterainya low batt, Pak.Maaf. Memangnya bapak kenapa cari saya ?".
Bima tidak menjawab. Justru pria tampan itu malah membukakan pintu mobil untuk Ellena dan menyuruh El masuk dengan isyarat kepala.
"Masuk !."
"Loh, kita mau kemana ?". Ellena sedikit bingung dengan situasinya. Kemana Bima akan membawanya ?
"Ke rumah saya. Makan malam sama mama papa." Jawab Bima masih dengan tampan cool tanpa senyuman.
"Tapi pak, saya mau ke suatu tempat dulu."
"Masuk Ellena !." Sekali lagi, suara dingin Bima terdengar. "Jangan banyak membantah !! Itu peraturannya bukan ?" Lanjutnya lagi.
Ellena menarik napas dalam kemudian menurut dan masuk kedalam mobil Bima. Sepanjang jalan, Ellena hanya diam. Tak berniat memulai pembicaraan sama sekali dengan manusia kutub disebelahnya.
"Tadi kamu ada rencana kemana ?". Akhirnya Bima yang memulai pembicaraan duluan.
"Gak kemana-mana kok, Pak ! Lupain aja." Suara Ellena terdengar lemas tanpa semangat.
Bima hanya mengangguk canggung dan kembali fokus menyetir mobilnya. Dan setelahnya, tak ada lagi percakapan yang terdengar di antara keduanya bahkan sampai mereka tiba di tujuan. Bima melangkah masuk duluan di ikuti Ellena yang berada dibelakangnya.
"El sayang ! Tante kangen banget sama kamu !!". Nyonya Puspa segera menyapa dan memeluk Ellena dengan erat. Sedangkan yang dipeluk hanya diam dan tak bereaksi apa-apa selain mempertontonkan senyum canggung dihadapan calon mertuanya.
"Kok wajah kamu pucat, El ? Sakit ?". Raut wajah Nyonya Puspa tiba-tiba saja berubah khawatir saat memperhatikan Ellena yang terlihat lemas.
Ellena menggeleng kecil. "Gak kok tante. Mungkin cuma kecape'an aja."
"Kamu harus jaga kesehatan, sayang. Kan bentar lagi kamu mau nikah. Ya sudah, kamu duduk dulu ya. Tante mau siapin makan malamnya dulu."
"Kok mama yang siapin sendiri ? Pembantu kan banyak ma." Sahut Bima.
" Kan malam ini spesial, Bim ! Jadi mama mau bikin semuanya sendiri." Jawab Nyonya Puspa.
"Ellena bantu tante ya." Suara manis Ellena menyela percakapan ibu dan anak itu.
"Kamu yakin gak apa-apa ?".Tanya Nyonya Puspa.
Ellena mengangguk mantap."Iya tante. El gak apa-apa."
Akhirnya Nyonya Puspa mengalah dan membiarkan Ellena membantu nya didapur. Nyonya Puspa kagum melihat kelihaian El didapur. Ia takjub dan sedikit tidak percaya, bahwa masih ada gadis muda seperti El yang mau bergelut dengan pekerjaan dapur. Dan lihatlah anak ini, dia bahkan jauh lebih cekatan daripada Nyonya Puspa seolah-olah pengalaman memasaknya sudah bertahun-tahun ia asah. Pukul 8 malam, hidangan sudah siap dimeja makan. Tuan Satya yang baru saja pulang sekitar 10 menit lalu juga sudah bergabung dimeja makan.
"Makanannya enak, Ma." Puji Bima.
"Oh ya ?".
Bima mengangguk dengan tangan yang masih menyuap makanan kedalam mulutnya.
"Ini memang enak ,ma ! Kelihatannya kemampuan mama masak semakin meningkat nih!". Tuan Satya ikut menimpali.
Nyonya Puspa terkekeh kecil. " Yang jago itu bukan mama, tapi El. Dia yang koki utama malam ini. Mama sih cuma jadi asistennya aja."
Mendengar itu, Bima langsung tersedak. Buru-buru ia meraih gelas minum dan menghabiskannya hanya dengan sekali tenggak. Benarkah si bocah tengil yang memasak ini semua ? Bima merasa tidak percaya sama sekali. Dari tampilannya saja, si bocah tengil terlihat lebih mirip preman daripada gadis manis yang ahli didapur.
"Kamu kenapa, Bim ?" Tanya Nyonya Puspa khawatir.
Dengan cepat Bima menggeleng, "Gak apa-apa ma."
"Oh iya , El ! Kamu benar tidak mau pernikahan kalian dipublikasikan media ?". Tanya tuan Satya.
Ellena segera mendongak dan menatap Tuan Satya bingung. "Maksudnya gimana ,Om ?".
"Kata Bima, kamu gak mau wartawan sampai tahu tentang identitas kamu. Makanya mau pernikahan tertutup yang cuma dihadiri anggota keluarga aja "
"Iya ,pa. El memang maunya begitu. Iya kan El ?". Mata Bima segera memberi kode pada Ellena untuk membenarkan perkataannya. Ellena yang mengerti segera mengangguk.
"Iya, Om. Ellena memang minta begitu ke Pak Bima."
"Kok masih panggil calon suami pake ,Pak sih ?". Sahut nyonya Puspa menyela. "Mulai sekarang kamu harus panggil Bima dengan panggilan Mas. Jangan pakai Pak lagi." Lanjutnya.
Ellena hanya tersipu malu. Bagaimana bisa ia memanggil Bima dengan sebutan "Mas Bima ?". Terdengarnya menggelikan dan membuat bulu kuduk El merinding.
"Jadi kapan rencana kalian menikah ?". Tuan Satya kembali bertanya.
"Bulan depan, Pa." Jawab Bima mantap. Sedangkan Ellena hanya membelalakkan matanya tidak percaya. Apa ini tidak terlalu cepat ? Ellena bahkan belum menyiapkan apa-apa sama sekali. Bahkan, hatinya saja belum siap jika secepat itu.
"Apa gak terlalu cepat ?". Sela Ellena.
" Justru bagus dong sayang. Lebih cepat lebih baik." Nyonya Puspa yang menjawab.
"Kamu tenang aja, semuanya biar kami yang urus, El. Tugas kamu cuma jaga kesehatan dan jangan banyak pikiran sampai acaranya terlaksana."
Ellena benar-benar spechless. Tak boleh lagi ada penyesalan. Tak boleh ada kata mundur. Sekarang Ellena harus memantapkan hati. Semua keputusan yang sudah diambilnya tak boleh di ubah lagi.
Selesai makan malam, Ellena di antar kembali ke kediamannya oleh Bima. Seperti sebelumnya, tak ada kata yang terdengar dari keduanya sepanjang perjalanan. Bahkan, saat Ellena turun dari mobil Bima pun ia hanya mengucapkan terima kasih secara singkat sebelum masuk kedalam rumah nya. Sementara Bima juga tak masalah dengan itu.
Suara langkah kaki El berderap menaiki tangga. Dia mampir kekamar Putri, melihat barangkali Putri sudah pulang. Namun, kamarnya ternyata masih kosong dan Ellena baru saja ingat bahwa Putri sudah mengabari bahwa akan shift malam hari ini. Kemungkinan pukul 11 malam baru akan tiba dirumah.
Ellena segera menuju kamarnya sendiri. Ia melempar tasnya ke sembarang arah lalu melompat naik ke atas tempat tidur, berbaring telentang dengan tatapan memandang langit-langit kamarnya yang berwarna putih. Pikirannya berkelana jauh kedepan. Sebulan lagi, ia akan menikah. Sebulan lagi semuanya akan berubah. Ellena bahkan ragu jika setelah ini ia akan tetap seperti Ellena yang dulu. Tak terasa, bulir air mata lolos dari pelupuknya. Ellena tidak tahan lagi. Tangisnya tumpah seketika. Mengapa harus begini ? Mengapa harus semahal ini ia membayar dosa yang bahkan El tak ingat pernah lakukan. Apakah yang ia lakukan untuk Ellio sepadan dengan nyawa Ellio ? Tentu saja Ellena yakin itu sepadan. Hanya saja, di hatinya terasa ada lubang besar yang kosong. Seolah hal itu ingin mengatakan bahwa yang Ellena lakukan adalah hal yang benar dan salah diwaktu yang bersamaan. Ellena terus terisak hingga matanya terasa berat dan lelah membuat ia akhirnya terlelap dengan posisi meringkuk.
######
Hari ini, Bima mengadakan konferensi pers besar-besaran. Sudah saatnya membalas perlakuan Karina padanya. Kali ini, tak ada ampun bagi rubah licik itu. Seperti biasa, dengan setelan jas mahalnya yang berwarna abu-abu, Bima memasuki ruang konferensi pers dengan langkah yakin. Disisinya berdiri Sam, yang mengawal ia masuk ke ruang konferensi. Suara jepretan kamera menyambut kedatangan Bima. Entah mengapa, semua yang ada didalam ruangan terlihat terpana dengan penampilan Bima hari ini. Meski hampir setiap hari mereka melihat wajah Bima secara langsung atau sekedar di tv atau media cetak, tak mengurangi kekaguman mereka pada Bima hari ini. Mungkin karena kacamata hitam yang bertengger manis di hidung mancung pria itu yang menambah kesan tegas dan misteriusnya pria itu.
"Jadi, apa maksud anda mengadakan konferensi pers dadakan hari ini, Pak Bima ?". Wartawan satu bertanya.
"Tujuan saya mengadakan konferensi pers hari ini adalah untuk membantah beberapa tuduhan yang Karina Munaf layangkan kepada saya beberapa waktu yang lalu."
"Lalu mengapa anda baru bersuara sekarang pak Bima ?". Kali ini wartawan lainnya ikut menimpali.
"Akhir-akhir ini saya sibuk mengurus pernikahan saya yang akan di adakan bulan depan."
Suara riuh dan jepretan terdengar semakin menggila sesaat setelah kalimat Bima selesai ia lontarkan.
"Apa anda akan menikah ? Lalu bagaimana dengan pernyataan Karina bahwa anda telah memanfaatkan dia lalu mencampakkannya begitu saja ? atau apa karena calon istri anda yang sekarang makanya anda meninggalkan Karina ?".
"Semua yang Karina katakan tidak benar. Jika di bilang memanfaatkan, justru saya yang merasa dimanfaatkan disini. Selama bersama saya, Karina sudah memakai seluruh akses saya sesukanya. Bahkan dia juga banyak menindas orang lain dengan memakai nama besar saya. Mengenai perihal berakhirnya hubungan saya dengan Karina murni tidak ada sangkut pautnya dengan calon istri saya."
"Jadi apa yang menyebabkan anda putus dengan Karina, Pak Bima ? Dan bagaimana dengan wanita lain yang membuat pernyataan sama dengan Karina ?".
"Penyebab saya mengakhiri hubungan dengan Karina itu semua karena kesalahannya sendiri. Dia sudah dengan tidak hormat menghina bahkan menyiram ibu saya didepan banyak orang. Jika kalian ragu, saya punya bukti rekamannya, nanti akan saya berikan setelah konferensi ini selesai. Karina juga ketahuan menjalin hubungan terlarang dengan pria lain dibelakang saya, bahkan dengan pria yang sudah beristri. Itu juga saya ada buktinya. Dan mengenai kelima wanita yang bersama Karina bisa saya jamin mereka hanya sekelompok wanita yang putus asa ingin bersama saya."
Para wartawan hanya manggut-manggut dengan antusias. Perkataan Bima di rasa oleh mereka cukup masuk akal. Memang tidak menutup kemungkinan banyak wanita yang sangat ingin bersama seorang Bima Dirgantara bukan ?
"Lalu, siapa wanita yang beruntung akan anda nikahi ? Kapan kalian bertemu ?".
"Untuk perihal identitas calon istri saya, saya tidak akan bocorkan. Dan mengenai kapan saya bertemu,tentu saja setelah saya dan Karina putus dan dengan keadaan tidak menjalin hubungan dengan siapapun."
Bima segera beranjak dari kursinya. Bergegas keluar dari ruang konferensi diikuti Sam yang bertugas menghalau beberapa wartawan yang nekat mengejar sampai keluar.
"Pak Bima, tunggu !!! Apa anda benar-benar akan menikah ? Jika benar kenapa harus dengan acara tertutup ?". Salah satu wartawan berhasil mencegat Bima di depan pintu lift. Mau tak mau Bima harus menjawab pertanyaan wartawan tersebut.
"Itu benar. Saya memang akan menikah. Dan kenapa tertutup ? Itu karena calon istri saya tidak menyukai jika privasinya menjadi konsumsi publik. Tapi kalian tenang saja, akan ada beberapa diantara kalian yang akan saya undang untuk menghadiri pernikahan kami." Bima segera melangkah masuk ke dalam lift setelah pintunya terbuka dan meninggalkan para wartawan yang masih berusaha mengejarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 244 Episodes
Comments
💕💕syety mousya Arofah 💕💕
q udah BCA ketiga kalinya loh thorrrr
2025-03-27
0
Shin Gao
nanti panggil hubby malah..bc ulang lagi saya
2022-08-19
1
Fitri Rachmawati
keren pak bima👍
2021-04-29
0